Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rating: M
Warning: YAOI, typo(s), Abal, and many more
Pairing: Uchiha Sasuke & Uzumaki Naruto
Don't like don't read, ok?
Rasa manis pada lidah itu bisa membuat seseorang mengernyit heran, tersenyum tipis, terdiam, menyeringai, bahkan … jatuh cinta. Rasa manis itu merupakan ungkapan kasih sayang … mungkin. Tepukan tangan pada meja berbalut tepung menambah kesan unik pada makanan itu. Hiasan warna-warni dengan sejuta sentuhan membuat makanan itu terkesan cantik dan sangat menarik. Hati yang sedang dalam keadaan berbunga-bunga menambah aroma nikmat pada makanan itu.
Manis.
Lembut.
Itulah hal yang selalu bersangkutan dengan sebuah kue buatan tangan.
Pastry Chef
PARS 1: Love Recipe
Pancaran cahaya matahari yang tipis sangat serasi dengan lembutnya warna langit. Cahaya matahari yang begitu hangat dan lembut tampak menerobos sela-sela jendela besar pada ruangan bernuansa cerah. Sentuhan cahaya itu bagaikan fragmen yang begitu manis. Langit tanpa najam ikut menyapa. Memberikan warna yang sejenis dengan mata lembutnya. Mata indah bocah itu. Tubuhnya tak bergerak. Narkosis. Seakan-akan dibius. Tak berniat sekalipun untuk bergabung dengan para nara yang telah sibuk melangkahkan kakinya ke tempat tujuan.
Tik tok tik tok….
Dentingan jam terdengar begitu tajam. Mencoba membantu sang natura untuk membangunkan bocah dengan mata sewarna langit tersebut. Indah. Nazam 'Sang Pencipta' begitu indah dan saling bersangkutan satu sama lain. Erangan kecil mulai bergabung dengan dentingan jarum jam. Netra langit itu mulai membuka secara perlahan. Menampilkan netra biru yang begitu nirmala. Gelengan kecil diberikannya pada sang pagi. "Aku masih lelah." Bibirnya berucap dengan pelan sembari menghela napas lelah. Kulit kecoklatannya mengkilat akibat peluhnya.
Dengan pelan dia beranjak dari ranjang besarnya dan menyandarkan dahinya pada pintu kamar mandinya. "Semangat! Harus semangat!" Ujarnya sembari mendongakkan kepalanya dan melemaskan otot-otot kakunya. "Yosh! Hari ini harus semangat~" dia membuka pintu kamar mandi tersebut dengan semangat dan memulai ritual paginya. Membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian, dia keluar dengan sebuah handuk di kepalanya. Rambutnya yang pirang tampak masih sangat basah. Sambil berjalan perlahan menuju lemarinya, dia mengeringkan rambut pirangnya dengan handuk yang ada di kepalanya tadi. Dia mengambil sepasang pakaian dari dalam lemari tersebut. Dengan sedikit terburu-buru dia memakai baju tersebut. Dia tersenyum saat menatap sebuah foto besar yang ada di kamarnya, "Morning, Mom. Aku akan kembali bekerja mulai hari ini. Tetap tersenyum sampai aku kembali kesini, oke?" dia tersenyum lebar sembari mengecup foto tersebut dengan penuh kasih sayang. Dia melambaikan tangannya dengan riang, "Uzumaki Naruto telah siap menantang dunia!" ucapnya sembari keluar dari kamar berukuran besar tersebut.
.
.
Naruto menatap dapur apartemennya dengan kesal, "Kyuu-nii~ cepatlah! Kita akan banyak pelanggan hari ini." Ujar Naruto seraya berdiri dengan tak sabar di depan pintu dapur tersebut.
"Kau pergilah duluan! Aku masih banyak urusan, bocah." Seseorang dengan rambut merah kejinggaan yang notabene merupakan kakak Naruto tampak sedang berkutat dengan kertas-kertas yang tidak jelas. Kyuubi nama sosok yang sedang duduk di kursi meja makan tersebut. Sebuah kacamata putih bertengger manis di hidungnya. "Aku sudah menghubungi Shika untuk membukanya lebih awal. Cepatlah! Bukankah kau punya resep baru untuk sajian hari ini?" kata sang kakak sembari menyeringai tipis ke arah adiknya. Sesekali dia memperbaiki letak kacamatanya.
"Ha—ah, baiklah! Aku pergi dulu." Naruto kemudian berlari keluar rumah tersebut dengan terburu-buru. Mata birunya berbinar-binar saat melihat kendaraan andalannya telah berada di hadapannya. Skateboard kesayangannya. Beruntung jarak tempat dia bekerja dengan rumahnya tidak terlalu jauh. Jadi, bukanlah hal yang mengejutkan jika dia hanya menggunakan skateboard mungil itu untuk sampai ke tujuan.
Dia tersenyum tipis saat matanya menangkap seorang penjual gulali sedang duduk manis di atas trotoar. "Aku mau satu." Ucapnya sembari memberikan selembar uang pada penjual itu dan pergi begitu saja. Dia bernyanyi-nyanyi kecil dalam perjalanannya menuju tempat kerjanya. "Makanan manis di pagi hari itu sangat baik." Ucapnya sembari sesekali memakan gulali yang ada di tangan kanannya.
'KLAK'
Naruto mengangkat skateboard miliknya sembari melangkah perlahan ke dalam sebuah café yang lumayan besar dengan nuansa hitam dan putih yang terkesan elegan. "Yo, Shika! Senang bertemu denganmu lagi. kau sehat?" tanyanya sembari memasuki sebuah ruangan kecil dengan beberapa loker. Dia membuka salah satu loker yang ada dan mengambil sepasang seragam putih. Naruto membuka bajunya dan menggantinya dengan sepasang baju putih tersebut. Baju seorang chef.
"Cukup lama aku tak melihatmu memakai baju itu. Kau sudah besar ternyata." Shikamaru tersenyum kecil sembari memperhatikan Naruto dengan intens. "Cepat sarapan dan tentukan menu hari ini." Ujar Shikamaru sembari berlalu. Dia sempat melemparkan sebuah scarf berwarna hitam kepada Naruto. "Jangan lupa dipakai!"
Naruto tersenyum tipis sembari memakai benda tersebut. "Memang sudah sangat lama sepertinya." Ucapnya sembari berlalu menuju dapur besar yang ada di tempat tersebut. Naruto mulai menuliskan bahan-bahan pada sebuah kertas polos sembari sesekali menggigit apel yang tersedia di hadapannya. "Mungkin rasa ini sangat unik." Ujarnya sembari mulai mengambil barang-barang tersebut di dalam sebuah gudang besar yang ada di belakang café.
-VargaS. Oyabun-
Naruto tersenyum tipis menatap kue hasil buatannya. "Naruto, kau yakin akan ada yang mau memakannya? Dari bentuknya saja, kue itu aneh sekali." Ucap seorang bocah dengan dua buah tato segitiga terbalik yang ada di kedua pipinya, Inuzuka Kiba.
Naruto tersenyum dan merangkul Kiba, "Jika tidak ada yang mau … biar kau saja yang memakannya. Kau pasti akan ketagihan jika merasakannya." Ujaranya sembari keluar dri ruangan tersebut, "Oi! Cepat layani tamumu, Kiba." Naruto tersenyum lebar sembari kembali berjalan ke dapur. Dia mendengus pelan saat melihat Kiba yang masih sibuk memperhatikan kue buatannya, "Kalau kau mau, kau bisa memakannya."
"NO!"
Naruto tertawa terbahak-bahak saat melihat Kiba berlari dengan cepat ke arah pintu masuk. Matanya beralih pada sebuah jam besar yang menempel di dinding besar yang ada di dekat dapur tersebut, "Sudah mendekati jam makan siang." Ucapnya sembari mengambil sebuah wadah yang terbuat dari stenlis—wadah yang cukup besar. Tangannya mulai bergerak mencampurkan sedikit tepung terigu, mentega, dan sedikit air. Sembari tersenyum tipis, dia terus mengaduk adonan tersebut. Tangannya meraih sedikit gula dan garam. Ya, sebenarnya bisa juga tidak memakai kedua perasa tersebut. Karena, kue ini akan diisi dengan cream yang cukup manis. Bisa menggunakan vla, ganache, dan ragout.
Ya, dia sedang membuat kue éclair. Tapi, sepertinya orang lebih mudah menyebutnya dengan 'Choux Paste'. Mata biru cerahnya dengan begitu antusias membuat adonan tersebut. Cukup lama dia mengadonnya sampai akhirnya dia menghela napas panjang. "Ha—ah, tinggal dibentuk dan dipanggang." Dia mengambil sedikit adonan dan membentuknya seperti kubis—namun lebih kecil dari kubis. Tangannya dengan lihai membentuk seluruh adonan tersebut menjadi beberapa buah éclair. Dengan hati-hati dia mengangkat nampan yang berisikan beberapa edonan kue yang sudah dibentuk di atasnya. Lalu dia meletakkannya di dalam sebuah pemanggang ukuran sedang.
Dia tersenyum senang sembari menepuk-nepukkan kedua tangannya dengan perlahan. "Tinggal tunggu beberapa menit. Aku ingin mencari bahan dulu di gudang." Ucapnya sembari meninggalkan dapur tersebut. Matanya menerawang memperhatikan gudang yang terbilang padat tersebut. Dengan hati-hati dia mengambil beberapa bahan dan meletakkannya di dalam sebuah keranjang putih yang ada di tangannya. "Oke, cukup. Sepertinya kuenya akan matang sebentar lagi." ucapnya sembari meninggalkan gudang tersebut. Dia tersenyum ramah saat matanya melihat sosok yang baru-baru ini dikenalnya. Pria dengan rambut merah dan tato 'Ai' di dahinya, Sabaku no Gaara.
Dengan sedikit terburu-buru dia masuk ke dalam dapur—takut kuenya gosong. Dengan perlahan dia membuka panggangan tersebut dan mengambil nampan yang ada di dalamnya dengan hati-hati menggunakan sarung tangan khusus masak.
.
.
'CRING'
Bunyi bel pada pintu masuk membuat Kiba tersenyum lebar. Tampaklah dua orang pria dengan paras yang sedikit mirip. "Selamat siang. Silahkan duduk di tempat yang Anda sukai." Ucap Kiba sembari mengikuti kedua orang tersebut. Di tangannya sudah ada dua buah buku pesanan. "Ini menunya." Kiba menyerahkan menu tersebut kepada masing-masing kedua orang tersebut. Cukup lama Kiba berdiri di dekat meja kedua orang tersebut.
"2 kopi hangat dan Madelaine." Seorang pria dengan rambut hitam panjang tampak memberikan Kiba menu tersebut. Mata kelamnya tampak menatap Kiba dengan ramah.
"Akan segera datang, umm?"
"Itachi. Panggil saja Itachi. Dan ini adikku, Uchiha Sasuke." Ucap sosok tersebut sembari tersenyum tipis ke arah Kiba. Matanya menatap sang adik yang hanya memasang tampak datar yang tak tertarik sedikitpun dengan suasana di sekitarnya.
"Baik, Tuan Itachi. Tunggu sebentar. Saya permisi dulu." Jawab Kiba sembari membungkuk sedikit. Dia melangkahkan kakinya dengan sedikit tergesa-gesa menuju dapur. Matanya menerawang mencari orang yang harus segera ditemuinya. "Ah! Naruto!" teriaknya saat orang yang dibutuhkannya sedang sibuk memperhatikan setumpuk coklat. "Ini pesanannya. Cepat, ya!" Kiba menyerahkan kertas pesanan tersebut sembari kembali berlari kecil menuju pintu masuk—untuk menyambut tamu.
Naruto memperhatikan kertas pesanan tersebut, "Pahit dan manis. Orang yang aneh." Ujarnya seraya menempelkan kertas tersebut di lemari yang ada di dekatnya. Dengan sangat cekatan dia membuat kopi dengan sedikit ukiran cream di atasnya. Matanya lalu beralih pada beberapa kue yang tak jauh darinya. Dia mengambil beberapa potong dan meletakkannya di sebuah piring dengan ukuran sedang. Sedikit hiasan warna-warni ditaburkannya di atas kue-kue tersebut. "Oke, sudah siap." Ucapnya sembari membunyikan lonceng yang ada di atas kepalanya. "Pesanan!"
Kiba tersenyum lebar ke arah Naruto, "Siap diantar!" dengan nada riang Kiba menghampiri Naruto. Tangannya dengan segera mengambil piring yang ada di atas meja pesanan. Dia menaruhnya di atas sebuah troli makanan dan membawanya keluar dari dapur. Matanya mencari-cari meja yang memesan pesanan tersebut. "Ah! mereka yang memesan." Kiba berlari kecil menuju meja tersebut.
"Permisi. Maaf menunggu lama. Ini pesanan Anda, Tuan." Ucapnya sembari meletakkan dua cangkir kopi dan sepiring Madelaine di atas meja tersebut. "Selamat dinikmati." Ucap Kiba sembari tersenyum ramah dan pergi dari meja tersebut.
"Apa di tempat ini senyuman merupakan syarat penjualan?" tanya Sasuke sembari mendengus pelan. Matanya menatap malas pada beberapa pelayan yang memasang senyuman ramah. Bahkan ada yang selalu tersenyum.
"Hei, coba kau lihat dua orang yang ada di sana. Sepertinya mereka tak menjual senyumnnya." Itachi tampak tertawa kecil saat memperhatikan dua orang yang sedang berdiri di belakang meja pemesanan. Yang satu adalah seorang pemuda dengan rambut merah dengan tampang datar. Yang satunya lagi adalah seorang pemuda dengan rambut yang dikuncir ke atas seperti nanas yang tampak memasang tampang ngantuk.
"Mereka orang yang an—"
"Huaaaaa! Ke-kenapa kau memukulku?"
Sasuke mendelik kesal terhadap orang yang memutus omongannya. Matanya menatap sosok yang sedang dipukul menggunakan perata adonan. Matanya memperhatikan sosok itu dengan sangat lekat. Rambut pirangnya yang tampak sedikit keluar dari topi masaknya dan netra biru yang sangat cerah.
"K-kyuu-nii! Sudah cukup! Aku kan membuatnya dengan keinginanku sendiri." Ucap sosok tersebut dengan sedikit terbata-bata. Mata birunya menatap kakaknya dengan sedikit kesal sembari sesekali memijat lengan kanannya.
"A-apa kau bilang? Cukup? Kau membuat kue tidak jelas sebanyak ini dan aku hanya membiarkanmu? Dasar bocah nakal!" sosok berambut jingga kemerahan yang dipanggil Kyuu-nii oleh Naruto itu tampak sangat marah dan ingin memukul Naruto. "Naruto … kauuu!"
Naruto yang melihat gelagat kakaknya yang seperti rubah sedang mengamuk hanya mampu membulatkan matanya. Dia berlari ke balik meja pemesanan dan bersembunyi di belakang pemuda berambut nanas, Shikamaru Nara. Naruto bersembunyi di belakang Shikmaru sembari mengambil sesuatu dari balik apronnya. Matanya mencari-cari sebuah pisau.
"Naru, kau sedang ap—"
Omongan seorang pemuda dengan rambut merah terpotong oleh gerakan Naruto yang tiba-tiba mengambil pisau yang ada di tangannya. Gaara nama pemuda tersebut yang saat ini mengangkat sebelah alisnya tak mengerti. "Pinjam." Ucap Naruto sembari memotong barang yang ada di tangannya. Gaara hanya mengangguk kecil.
"Naruto cepat kau kesi—"
'SLEP'
Omongan Kyuubi terhenti saat sebuah potongan apel melayang ke mulutnya. Dia tampak bingung dan mengambil potongan apel tersebut dari mulutnya. Dia menggigitnya pelan. Matanya memperhatikan Naruto yang sedang tersenyum ke arahnya. "Kau! Siapa yang mengajarimu untuk menyuap kakakmu dengan sepotong apel, hah?" Kyuubi dengan geram menarik Shikamaru yang hanya menguap pelan. "Kemari, kau!"
"Aaaaaaa." Naruto berteriak sembari menunduk.
-VargaS. Oyabun-
Naruto memegang kepalanya yang tampak benjol akibat ulah kakaknya. Saat ini dia sedang duduk di gudang belakang café. Matanya menatap sebungkus kue yang ada di tangannya. "Ini kan kreasiku. Kenapa aku harus membuangnya. Kyuu-nii kan belum mencicipinya. Rasanya enak, kok." Naruto mengambil sepotong kue dari dalam plastik tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya. "Tuh kan enak. Meskipun rasanya sedikit aneh."
"Boleh aku mencicipinya." Seseorang dengan rambut biru kehitaman tampak menginterupsi kegiatan Naruto. Dia menatap Naruto dengan datar sembari menjulurkan tangannya—meminta kue yang dimakan Naruto. Lama dia menjulurkan tangannya dan tak mendapat respon dari Naruto. Naruto hanya terus-menerus memperhatikannya dengan bingung. "Kalau tidak boleh, aku pergi sa—"
"E-eh, tunggu! Kua boleh mencobanya." Ucap Naruto sembari menarik tangan orang tersebut dan menaruh dua potong kue di gennggaman orang tersebut. "Silakan dinikmati." Naruto memberikan senyuman manisnya pada Sasuke.
"A-ah, iya. Terima ka-kasih." Sasuke tersenyum tipis dan menatap Naruto dengan lekat, 'Oh, shit! Kenapa aku tersenyum kepadanya! Dan … dan aku berterima kasih? Hell! Sejak kapan Uchiha Sasuke berterima kasih?' Sasuke membatin sembari memijat dahinya dengan kasar.
"Kau kenapa?" tanya Naruto sembari melambaikan tangannya di hadapan Sasuke.
"Tidak. Aku tidak jadi berterima kasih." Ucap Sasuke cuek sembari menatap Naruto dengan datar. Dia menggerak-gerakkan kepalanya sembari menatap Naruto dengan lekat. Respon yang di dapat hanyalah tatapan bingung dari Naruto. "Geser sedikit. Dasar dobe!" bentak Sasuke kesal sembari mendudukkan dirinya dengan kasar.
"A-apa? Kau memanggilku, dobe? Enak saja! Namaku Uzumaki Naruto! Bukan dobe! Dasar, teme!" bantak Naruto balik sembari mendorong badan Sasuke dengan kuat.
'BRUK'
"Aw! Ka-kau! Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke dengan kesal sembari memegangi bokongnya. Dia meringis pelan saat bangkit. Matanya menatap kesal pada Naruto yang sedang sibuk tersenyum puas. "Dasar, Dobe!"
Naruto menutup kedua telinganya sembari menjulurkan lidahnya. Dia sedikit melirik ke arah Sasuke yang mencoba kembali duduk di sampingnya. Dia memperhatikan jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kanannya. "Ah! jam istirahat sudah habis. Aku harus kembali." Naruto beranjak dari duduknya dan berjalan perlahan manjauhi Sasuke.
"Enak."
Naruto tampak berhenti dan berbalik menatap sosok berambut gelap itu, "Huh?"
"Kuemu enak."
Naruto tersenyum dan membungkuk semangat, "Thank you. That was my love recipe." Ucapnya dengan riang sembari berlari masuk. Setidaknya masih ada orang yang mangakui kue buatannya. Dan … dia tidak berbohong soal resep cinta itu. Karena, setiap adonan yang dibuatnya … selalu berdasarkan perasaannya.
Sasuke mendengus pelan sembari kembali memasukkan kue Naruto ke dalam mulutnya. Dia mengunyahnya dengan perlahan. Merasakan setiap tetes rasa cinta yang berbeda yang tertuang di kue itu. Dia menatap telapak tangannya yang sudah kosong, "Pelit sekali. Aku hanya diberi dua kue."
"Ha—ah, ternyata kau disini. Aku mencarimu kemana-mana." Ucap seseorang dengan rambut hitam panjang sembari mengatur nafasnya yang tampak terengah-engah. "Ayo cepat pulang!" ajak Itachi sembari berbalik arah. Sasuke hanya mengendikkan bahunya tak peduli.
"Hem, kenapa aku lebih memilih memakan Madelaine dengan secangkir kopi dan bukan teh?" Sasuke berucap sembari tersenyum tipis. Matanya menerawang menatap langit biru cerah yang terhampar luas di atas kepalanya.
'Karena pahit akan mengimbangi rasa manis.'
To Be Continued
Yo! Author balik, nih! Kangen? Tidak? Oke terima kasih. Hehe maaf buat fic yang sempat hiatus. Mulai bulan ini saya akan melanjutkannya kembali. Tenang saja. Umm, terima kasih bagi yang telah membaca fic ini. Mungkin fic ini tidak akan bertema terlalu berat. Dan terima kasih untuk temanku yang 'tidak dekat dan juga tidak jauh' yang sudah membantuku mengepostkan beberapa cerita. Sekali lagi terima kasih.
Saa, Mind to Review?
