Standar Disclaimer Applied

.

.

The Love Reason © Tsurugi De Lelouch

.

.

Sabaku no Gaara & Haruno Sakura

.

.

Enjoying for Reading and Reviewing

.

.


.

.

.

Sungguh menyesakkan di hati sang kunoichi merah muda memandang batu nisan yang tertulis mantan buronan—sekaligus kekasihnya. Ini diluar dugaan kalau dia sudah pergi selama-lamanya padahal mereka akan membina rumah tangga dua bulan lagi tapi kenapa takdir tak memihak mereka, ironis sekali.

"Sakura-chan, relakan dia pergi. Dia tidak akan hidup tenang," bujuk sang Rokudaime menepuk pundak mantan cinta pertamanya.

"Bagaimana aku bisa merelakannya, Naruto? Aku sudah menunggu beberapa tahun untuk dia kembali—tapi hasilnya apa? apa? Dia sudah pergi…" isak Sakura semakin menjadi-jadi.

"Sshh… tenanglah," ucap pelan Naruto.

Dibalik kerumunan para pelayat, Kazekage muda ikut datang jauh dari desanya hanya untuk menyaksikan seorang yang dulu seperti dirinya. Entahlah apa yang membuat dia bersikeras untuk datang sebagai teman Naruto, dia turut bersedih. Tapi yang paling membuat dia ada disini adalah—wanita itu… wanita yang berhasil mengusik ketenangan hati dingin Kazekage Suna ini.

"Saki, kumohon lepaskan dia. Aku tahu kau sangat mencintainya, tapi kau mempunyai kehidupan lebih baik," ucap Ino menarik sahabatnya ke dalam pelukannya.

Tak biasanya pria berklan Nara ini sambil menggaruk kepalanya memberi support untuk sahabat kekasihnya, "kau pasti bisa, Sakura. Biarlah dia tersenyum melihatmu bahagia disini."

Bibir Sakura tersenyum kecut, "tapi aku yang tidak bahagia. Hati ini terasa sakit sekali. Kau tidak bagaimana rasanya?!"

"Diamlah, Saki. Tenangkan dirimu dulu," pinta Ino.

Sabaku bungsu ini termenung sejenak sampai Naruto tiba-tiba mengagetkan dirinya, "melamunkan apa, Gaara?"

"Aa… tidak ada," sahut singkat Gaara.

"Jangan berbohong padaku, Gaara. Kau melamunkan sahabatku bukan?" tanya Naruto yang tepat sasaran.

"Bisakah kita menjauh dari sini? ada hal penting yang harus kau ketahui," ajak Gaara untuk menyingkir sejenak.

Hokage keenam itu mengangguk dan mereka mencari tempat yang jauh dari pemakaman, sambil menyenderkan tubuhnya dan menyilangkan kedua tangannya. "Kau mau bicara apa, Gaara?"

"Aku mendapat desakan untuk menikah, Naruto."

Seraya menautkan alisnya, Naruto berkata, "dan sampai sekarang kau belum mendapatkan calon istri?" tebak Naruto

"Benar sekali. Aku diberi jangka waktu selama dua minggu untuk mencari calon istri atau dijodohkan oleh wanita yang belum kukenal. Ini membuatku pusing."

"Tunggu dulu, Gaara. Sebernanya maksudmu menatap sahabatku itu—"

"Gomen, Naruto. Aku tertarik dengan sahabatmu itu tapi bukan bermaksud untuk mengacaukan situasi menyedihkan ini. Aku ingin dia menjadi pendampingku."

Iris Sapphire blue milik Naruto menatap tajam, "apakah kau mencintainya?"

"Entahlah kau anggap apa, Naruto. Menyebutku pengecut karena menyukai wanita yang sama sekali tidak akan menolehku walau aku seorang kazekage karena dia sudah cinta mati dengan Uchiha bungsu itu," jelas Gaara yang membuat Naruto agak tercengang.

"Tapi apakah kau sanggup bisa menggantikan dia dihatinya, Gaara?" tanya Naruto tersenyum miris.

"Rasanya tidak mungkin," lirih Gaara.

"Aku tidak mau melihat sahabatku menderita. Tapi demi kebahagiaan dia, bolehkah aku meminta tolong padamu?"

"Hm, apa?"

"Tolong bahagiakan dia, Gaara. Aku tahu ini sulit, sebagai teman yang kupercaya dan aku yakin Sakura akan memiliki perasaan yang sama denganmu." Pinta Naruto.

Sudut bibir Gaara agak tertarik membentuk senyuman, "ini bukan karena aku menceritakan masalahku jadinya kau memohon untuk kebahagiaan dia?"

"Bukan, karena aku ingin Sakura bahagia … itu saja."

.

.


.

.

Kurang lebih tiga hari berturut-turut Sakura tidak mau makan dan hanya meminum air putih saja. Bahkan itupun dipaksa oleh Hinata dan Ino yang mendampinginya langsung di rumah sakit. Keduanya sangat tidak tega dengan kondisi sahabatnya yang kurus akibat dari aksi mogok karena belum bisa menerima kepergian mantan calon suaminya yang telah meninggal.

"Ayoolah, Saki. Berhentilah menyiksa dirimu sendiri," bujuk Ino memaksa Sakura untuk menyantap makanan.

"Aku tidak mau, biarlah aku mati!"

"Sakiii, aku tidak senang denganmu kalau kau menyebut kata itu didepanku," bentak Ino yang mulai habis kesabaran.

Sakura tertawa mengejek, "buat apa kau peduli padaku, Ino? Lebih baik aku menyusul—"

Sreekk…

Suara decitan pintu membuat ketiga wanita itu menoleh dan mendapati sang Rokudaime dan Kazekage masuk ke dalam kamar tersebut.

"Maaf telah menganggu kalian," ucap Naruto.

"Naruto-kun, S-sakura-chan… d-dia…" ucap Hinata menghampiri suaminya.

"Tenanglah Hinata-chan…" ucap pelan Naruto.

Siluet iris jade terpaku melihat kondisi miris wanita musim semi itu—apakah dia sanggup menjadi pengganti Sasuke yang sudah terlanjur tertancap dihati Sakura. Dan apakah dia sanggup membuat wanita itu menoleh padanya. Dia mencoba mendekati ranjang itu dan menatap lurus-lurus iris teduh milik Sakura.

"Ada apa menatapku seperti itu, Kazekage-sama?" cibir Sakura menyentakkan pandangan Gaara kepadanya.

"Sekedar melihatmu, apa itu tidak boleh?" ucap Gaara dengan nada sedatar mungkin. Dia menoleh sedikit Naruto dan memberi isyarat untuk meminta meninggalkan mereka hanya berdua.

Setelah menyadari mereka sudah keluar dari ruangan itu, Kazekage muda itu menggerakan bibirnya membentuk beberapa kata tapi sebelum dia mengeluarkannya, ucapan Sakura membuat dia terdiam. "Buat apa kau datang kemari, Kazekage-sama? bukankah urusan di desamu lebih penting daripada menjenguk wanita menyedihkan sepertiku?"

"Kau belum bisa melupakan dia…"

Seakan luka hati terbuka lebar membuat Sakura kembali dalam ketakutan dan tetesan mengalir disudut iris matanya. Tanpa sadar, tangan Gaara menghapus jejak-jejak itu hingga Sakura menyesapi perlakuan pemimpin Suna yang cukup dibilang mendadak.

"Banyak yang bilang padaku, kalau aku harus bisa melupakan dia. Tapi ini terlalu pedih untuk dihilangkan bahkan aku trauma untuk jatuh cinta lagi."

Gaara tersenyum kecut, "tidak ingin jatuh cinta lagi?"

"Aku tidak ingin merasakan rasa ini lagi. Cukup sekali dalam seumur hidupku, aku tidak mau—"

"Tapi kalau ada seorang pria yang ingin membahagiakanmu walau kau tidak mencintainya, bagaimana menurutmu?" tanya Gaara.

Sakura terkekeh sesaat. "Menurutku aku hanya akan menyakitinya saja. Hatiku sekarang kosong dan kukunci rapat-rapat. Mmm—bolehkah aku tahu siapa pria itu?"

"Pria itu sekarang yang ada dihadapanmu," sahut Gaara yang secara tak langsung membuat bibir Sakura terkatup.

"Memang kau bisa membuatku bahagia dan melupakan kesedihanku?" tanyanya seolah menantang Gaara.

Seulas senyuman yang tak pernah diperlihatkan oleh siapapun, "bukan hanya kebahagiaan tapi aku akan membuka hatimu itu, Sakura."

"Modus apa kau seorang kazekage memilih wanita sepertiku?"

"Karena kau—"

Sakura tanpa sengaja menatap intens iris jade milik Gaara. "apa?"

"—istimewa."

.

.

Bolehkah aku memilikinya, hei Uchiha. Batin Gaara

.

.

Untuk melupakan rasa ini sungguh menyakitkan

Kau sudah tidak bisa kugenggam

Apakah aku harus menemukan pengganti dirimu?

Rasanya aku tak sanggup

-Haruno Sakura-

.

.

TBC


Tsurugi Notes (Wulanz Aihara)

Kupersembahkan buat penggemar GaaSaku dan Sakura centric, kuusahakan ini hanya sampai lima chapter saja. Saya mohon bantuan sekalian untuk memberikan sumbangsih idea tau semacamnya.

Keep or delete?

Palembang, 04 November 2012

Tsurugi De Lelouch