_(meanie).(trash)_ & ochi_noona

Proudly Present

A Collaboration Fanfiction entitled:

THE OTHER SIDE

.

.

.

Main Cast: Yoon Jeonghan, Kim Mingyu, Choi Seungcheol, Lee Jihoon(GS), Jeon Wonwoo

Other Cast : the rest of SVT members

YAOI / BL & STRAIGHT

RATE : M

.

Typo Epriwer!

.

.

.

Enjoy Reading :)

.

.

.

Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun tengah meringkuk di pojok ruangan kamar. Dia terlihat ketakutan sambil berkali- kali menatap cemas ke arah pintu. Bibirnya sedang mencebik menahan tangis. Tangannya menelungkup memeluk tubuhnya sendiri, mengabaikan luka bakar berbentuk bulat-bulat kecil di sekujur tangan dan kakinya diakibatkan sundutan rokok.

Lalu samar terdengar suara langkah kaki menuju ke arahnya dan membuka pintu. Anak laki-laki itu menunduk takut dan memejamkan matanya erat.

"Disini kau rupanya bocah sialan!" suara seorang lelaki menggelegar. Lelaki itu menyambar kerah baju anak laki-laki itu dan membuatnya berdiri, menyeretnya lalu menghempaskan ke ranjang. Lelaki itu itu menyeringai dan perlahan naik ke atas ranjang, matanya berkilat. Membuat anak laki-laki itu merintih takut.

"Appa...jangan...sakit appa..." anak laki-laki itu nyaris menjerit ketika lelaki itu mengarahkan rokoknya yang menyala ke urat nadi tangan kirinya.

"TIDAAAAAAAAAAKKKKKKK!" anak laki-laki itu menjerit dan memejamkan matanya.

Saat dia membuka mata, dia terengah, dan memeluk tubuhnya. Dia mengedarkan pandangannya dan menatap kamarnya yang berantakan. Tubuhnya gemetaran. Keringat dingin membanjiri kening dan lehernya. Dia mengerjapkan matanya cepat lalu bangun dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah sampai di depan wastafel dan membasuh wajahnya, dia menatap pantulan bayangannya di cermin atas wastafel. Wajahnya terlihat pucat dan tatapan matanya sayu.

"Mimpi sialan..." lirihnya sambil mencengkeram erat pinggiran wastafel.

"Oh... ayolah Jeonghanie... aku sudah sepekan tak bertemu dengannya. Aku bahkan sudah meminta manager oppa untuk mengosongkan jadwalku hari ini. Tak bisakah aku menemuinya?" rajuk seorang yeoja mungil yang tengah menatap memelas kepada namja cantik dihadapannya.

"Kau tahu dia sangat sibuk mempersiapkan acara charity minggu depan Jihoonie. Aku bahkan seharian kemarin tak berbicara sama sekali dengannya karena kami sama-sama sibuk," sahut Jeonghan sambil memilah-milah kertas yang berada di hadapannya.

Yeoja bernama Jihoon itu mempoutkan bibirnya, "Aku ini tunangannya, tak seharusnya aku diperlakukan seperti ini."

Jeonghan mendesah dan menatap Jihoon, "Aku tahu, aku akan berbicara padanya nanti kalau aku sempat ne..." Jeonghan memfokuskan pikirannya pada lembaran kertas di hadapannya lagi.

"Arraseo... Hubungi aku hari ini juga. Kau tahu aku benci menunggu terlalu lama," Jihoon berdiri, meraih tas'nya dan melangkah pelan keluar ruangan.

Jeonghan menghembuskan napas berat dan menundukkan kepalanya. Lagi, kepalanya berdenyut ketika dia sedang merasa stress dan di bawah tekanan seperti ini. Tangan kanannya terangkat dan meremas surai kecoklatannya. Beberapa detik kemudian dia mendongak pelan dan tersenyum miring.

Berjalan pelan dan percaya diri menyusuri lorong menuju dapur, senyuman miring itu tak lepas dari bibir tipis Jeonghan, membuat beberapa karyawan menatapnya aneh.

"Psst... Seokmin hyung, lihat itu. Lagi-lagi dia mendatangi Chef Mingyu. Sepertinya mereka memang sepasang kekasih..." bisik Seungkwan kepada Seokmin yang berjalan disebelahnya.

"Mollayo... Aku tidak yakin. Terkadang mereka berbincang seperti teman biasa, namun aku juga sering melihat mereka terlalu dekat," ujar Seokmin.

Tugas Seungkwan sebagai pelayan memang mengharuskannya untuk stand-by di depan untuk menyambut dan melayani tamu yang datang, sementara Seokmin yang bertugas sebagai asisten chef membuatnya lebih sering melihat interaksi Jeonghan dan Mingyu di dapur.

"Mwo? Wah, kalau seperti itu aku yakin kalau mereka itu ad-"

"Waktunya bekerja," ucap Hansol yang tiba-tiba muncul di belakang mereka, dia menarik lengan Seungkwan, kekasihnya, dan memberikan tatapan -hentikan ocehanmu- pada Seungkwan.

"Yak, Hansol-ah... Aku belum selesai berbicara dengan Seokmin hyung," protes Seungkwan sambil memajukan bibirnya, dengan tangan yang masih di seret Hansol menuju posisi mereka seharusnya berada.

"Boo, aku tidak suka kau bergosip seperti itu," Hansol menghentikan langkahnya, lalu mengusap tangan Seungkwan yang ditariknya tadi.

"Aku tidak bergosip! Aku hanya me-"

"Sssttt!" Hansol meletakkan telunjuknya di bibir Seungkwan agar kekasihnya itu berhenti bicara.

"Di tempat seperti ini, kau harus bisa menjaga ucapanmu jika ingin bertahan. Butakan matamu dan tulikan telingamu pada hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan dirimu," Hansol menatap mata sang kekasih yang tengah merengut sebal karena diceramahi.

"Arasseo!" ucap Seungkwan singkat.

"My Boo, aku mengatakan ini semua demi kebaikanmu, hm?" bujuk Hansol sambil mengenggam kedua tangan Seungkwan.

"Eumm, aku mengerti," Seungkwan mengangguk sambil tersenyum kecil membuat Hansol tersenyum lega.

"Nah, sekarang waktunya kita bekerja. Hwaiting!"ucap Hansol sambil mengacak lembut rambut sang kekasih sebelum meninggalkannya menuju bar.

"Tck, gara-gara manajer itu, aku jadi diceramahi Hansol," gerutu Seungkwan.

Sementara itu, saat memasuki dapur, perhatian Jeonghan langsung tertuju kepada sosok tegap yang sedang berdiri di dekat kompor dengan posisi membelakanginya. Masih tersenyum dan menatap punggung itu, Jeonghan mendekati lelaki itu. Para pelayan dan chef lain yang berada di dapur itu sudah terlalu terbiasa dengan Jeonghan yang seringkali mendatangi Mingyu. Mereka tidak ambil pusing dengan apa yang kedua orang itu lakukan, yang perlu mereka lakukan adalah pura-pura tidak melihatnya jika masih ingin bekerja di situ, karena mereka tahu jika Jeonghan adalah teman akrab pemilik hotel tersebut. Semua orang, kecuali satu, Seokmin.

"Hmmm...harum..." bisik Jeonghan ketika sudah berada di belakang lelaki itu. Lelaki itu menoleh dan sedikit terkejut mendapati Jeonghan sedang berdiri tepat di belakangnya.

"Aish...kau membuatku kaget hyung..." ucap lelaki itu, meneruskan kegiatannya memasak.

"Dan kau membuatku lapar Mingyu-ya," ucap Jeonghan dengan senyum menggoda di wajahnya.

Melihat hal tersebut, Mingyu tahu jika yang sedang berada di hadapannya ini adalah sosok lain seorang Yoon Jeonghan, sosok yang angkuh, percaya diri dan errr... liar, terutama di atas ranjang, sosok yang Mingyu sukai.

"Kau mau makan apa hyung, biar aku siapkan," ujar Mingyu, meskipun dia yakin bukan makanan yang Jeonghan inginkan saat ini.

"Kau tahu yang aku maksud Kim," desis Jeonghan dengan tatapan seduktifnya.

"Kau harus menunggu untuk yang satu itu hyung, aku sedang bekerja sekarang," jelas Mingyu dengan berbisik di telinga Jeonghan dan dengan sengaja meniupnya, membuat Jeonghan memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya.

Setelah dirasa Mingyu menjauh dari telinganya, Jeonghan pun membuka mata dan menatap Mingyu sambil tersenyum miring. Mingyu tahu arti tatapan itu.

"Aku akan selesai dalam tiga puluh menit, " Mingyu melirik jam tangannya sekilas, berharap Jeonghan mau mengerti.

"Baiklah, kau tahu aku menunggu dimana," Jeonghan mengedipkan sebelah matanya.

Setelah mengucapkan hal tersebut, Jeonghan melangkah mundur sambil masih menatap Mingyu dan meniupkan flying-kiss pada Mingyu yang masih menatapnya.

Keduanya tidak menyadari keberadaan Seokmin tengah menyibukkan diri berkutat dengan perlatan memasak sambil sesekali melirik ke arah Mingyu dan Jeonghan yang saling tatap, termasuk acara flying-kiss itu.

"Aigoo, sepertinya aku harus mengakui kebenaran kata-kata Boo tadi," gumam Seokmin.

Setelah Jeonghan benar-benar pergi dari dapur, Mingyu meneruskan kegiatan memasaknya. Dia menyempatkan diri untuk mandi setelah beberes dapur dan menyemprotkan sedikit parfum di leher dan nadinya.

Mingyu memasuki ruang kerja Jeonghan tanpa merasa perlu mengetuk pintunya lagi. Dia menemukan Jeonghan tengah sibuk berkutat dengan setumpuk dokumen di mejanya dan tampaknya dia tidak menyadari kehadiran Mingyu di ruangannya.

"Hyung..." panggil Mingyu, membuat Jeonghan mengalihkan perhatiannya dari dokumen di tangannya.

"Oh, Mingyu-ya... Ada perlu apa?" tanya Jeonghan dengan wajah polosnya.

Mingyu hanya bisa menghela napasnya. Jika tahu akan seperti ini, seharusnya tadi dia langsung meng-iya-kan saja ajakan Jeonghan untuk bercinta, toh dia kepala chef disana dan tidak akan ada yang berani menegurnya meskipun ia selesai bekerja lebih awal.

"Apa butuh alasan untuk mengujungi seorang teman, huh?" tanya Mingyu dengan wajah ditekuk.

"Hahaha, bukan begitu. Hanya saja tumben sekali kau memilih menghabiskan waktumu dengan mengunjungi seorang teman, biasanya kau bersenang-senang dengan yeoja-yeoja bodoh itu," sahut Jeonghan.

Tch, seharusnya saat ini kau sedang mendesahkan namaku Yoon Jeonghan sialan! maki Mingyu dalam hati.

"Tenang saja hyung, malam masih panjang. Yeoja-yeoja itu akan selalu siap membuka lebar kakinya kapanpun kuminta," Mingyu menatap meja di depan sofa dan melihat sebuah kaleng diet coke yang sudah terbuka.

"Terserah kau saja Kim," jawab Jeonghan sebelum kembali berkutat dengan dokumen di hadapannya.

Mingyu duduk di sofa dan mengangkat kaleng coke itu. Sepertinya masih tersisa setengah. Tak biasanya Jeonghan tak segera menghabiskan coke setelah membukanya.

"Apa Induk Ayam itu baru saja kemari hyung?" Mingyu meletakkan kaleng coke kembali ke meja.

Jeonghan mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Mingyu yang aneh.

"Induk Ayam? Maksudmu?"

Mingyu memperagakan sebuah pose aegyo yang biasa dilakukan Jihoon di sebuah MV-nya, membuat Jeonghan tergelak.

"Maksudmu Jihoon?" Jeonghan masih tergelak, "Ya, dia baru saja dari sini, darimana kau tahu?"

Mingyu mengerling pada kaleng coke di depannya, wajahnya kembali datar, "Kau tak mungkin membiarkan soda sebuah coke menguap begitu saja, aku sudah hapal kebiasaanmu hyung,"

Jeonghan mendesah, "Ah, kau benar... Dia yeoja yang mengerikan dan membuatku sakit kepala," lalu meraih ponselnya di meja dan menekan tombol dial. Dia menunggu sesaat hingga seseorang menjawab telponnya.

"Yak... Dimana kau? Jihoon ingin bertemu denganmu,"

"..."

"Aishh, kau ini, dia tunanganmu Cheol-ah, berilah dia waktu sedikit saja paling tidak untuk makan malam," Jeonghan merengut. Mingyu memandangi Jeonghan yang sedang menelepon dengan sedikit tersenyum miring, seperti mengharapkan sesuatu datang.

"..."

"Aku tidak peduli. Kau harus menemuinya nanti, arachi? Aku akan membuat reservasi di tempat yang romantis. Kau tenang saja, aku akan menggantikan tugasmu mengurus acara charity," Jeonghan menekan tombol merah sebelum orang di seberang sana sempat menjawab perkataannya. Namja cantik berambut sebahu itu memijit satu sisi kepalanya.

Mingyu hanya membatin dan tersenyum, Bahkan dalam keadaan normal ini saja aura mendominasinya terasa, walau tak sekuat seperti sisi satunya.

"Berhentilah tersenyum bodoh seperti itu Mingyu-ya. Apa kau mau kupesankan dinner romantis juga?" Jeonghan menatap sebal ke arah Mingyu dan menggeser-geser layar ponselnya, mencari sebuah nama.

"Tidak, terima kasih. Aku terbiasa melakukannya langsung, tak perlu memakai makan malam, menghabiskan waktu saja. Aku pergi dulu hyung..." Mingyu berdiri dan mulai berjalan ke pintu ketika melihat Jeonghan mengangguk dan menelepon seseorang untuk melakukan reservasi dinner.

Mingyu menuang vodka pada gelasnya sambil bergumam tak jelas. Entah ini sudah berapa gelas yang dia tuangkan. Dia tak terlalu kesal hari ini, cuma dia hanya ingin minum lebih banyak daripada biasanya.

"Hari yang berat, eoh?" tanya bartender berhidung mancung, dia menatap ke arah Mingyu dan botol vodka di depannya dengan pandangan penasaran. Tangannya sibuk mengelap meja bartender.

Mingyu mendongak dan menatap sang bartender, "Ah tidak, aku hanya ingin minum saja Junhui-ya..."

"Kau sendirian?"

Mingyu mengangguk dan meneruskan meneguk vodka'nya.

"Arah jam 7, rambut ikal dan seksi. Dia sudah menatapmu kira-kira sejak sejam yang lalu," ucap Jun sambil menuangkan bir pada 2 gelas besar dan memberikannya pada pelayan untuk diantarkan kepada pelanggan yang duduk di kursi.

Mingyu menoleh sekilas ke arah yang ditunjuk Junhui dan tersenyum miring, "Boleh juga."

Mingyu menenteng gelas dan botol vodkanya menuju meja kecil tempat yeoja cantik yang tadi memandanginya dan dengan percaya dirinya langsung duduk di depan yeoja itu tanpa permisi.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Mingyu sambil menuang vodka pada gelasnya lagi.

"Err...kurasa tidak," jawab yeoja itu sambil menyesap gelas wine di tangannya.

"Lalu kenapa kau menatapku sejak tadi?"

"Mmm... mungkin karena..." yeoja itu sengaja menggantung ucapannya, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Mingyu dan berbisik, "Kau sangat tampan,"

Mingyu memberikan seringai sexy nya, "Hanya karena aku tampan, hmm?"

"Dan seksi," tambah yeoja tersebut sambil mengerling nakal.

Seringai di wajah Mingyu semakin lebar mendengar jawaban yeoja itu. Mingyu mengamati yeoja itu dari atas sampai bawah, sementara sang yeoja dengan santainya menyesap wine sambil dengan perlahan bangkit dan menempatkan dirinya tepat disebelah Mingyu, membuat Mingyu dapat dengan jelas melihat dua bongkahan padat yang seolah memberontak minta dimanjakan.

Lumayan juga, batin Mingyu.

"Kau datang sendirian?" tanya Mingyu.

"Bersama seorang teman, tapi sepertinya dia terlalu sibuk bersenang-senang daripada memperdulikanku," jawab yeoja itu sambil melihat ke sudut ruangan. Mingyu melihat arah pandangan yeoja itu dan menatap seorang yeoja lain sedang duduk dipangkuan seorang namja dalam keadaan saling melumat.

"Kalau begitu... bagaimana kalau kita juga melakukan sesuatu yang menyenangkan?"ajak Mingyu dengan seringai nakalnya.

"Apakah aku punya alasan untuk menolak?" yeoja itu mengangkat tangannya dan memainkan rambut ikalnya.

"Baiklah, kajja!"

Mereka berdua berlalu meninggalkan club diiringi tatapan datar Junhui dari balik meja bartender.

Jam 10 malam, namun Jeonghan masih berada di ruangannya. Dia berterima kasih kepada sang atasan dan tunangannya yang merepotkan, membuat dirinya harus mengambil alih pekerjaan Seungcheol untuk mengurus acara charity.

Jeonghan menghela napas lelah. Sejak Mingyu meninggalkan kantornya sore tadi, dia belum beranjak sedikitpun dari meja kerjanya. Jeonghan pun menundukkan kepala sambil memijat kepalanya yang berdenyut. Sesaat kemudian, dia kembali menegakkan kepalanya dan dia menatap tajam pintu ruangannya.

Perlahan dia bangkit dari duduknya dan menuju pintu. Dia membuka pintu itu dan keluar perlahan, kakinya otomatis melangkah menuju dapur. Pikirannya tertuju pada Mingyu. Tapi ketika dia membuka pintu dapur, matanya tak menemukan Mingyu, hanya ada beberapa karyawan yang sedang sibuk mencuci piring.

Ketika kakinya akan melangkah pergi, telinganya menangkap suara-suara yang tak sengaja terdengar begitu saja datang dari arah ruang staff di depan ruang dapur.

"...bahkan pernah melihat mereka berciuman, aku jadi merinding. Tapi memang dia sangat cantik, pantas saja chef Mingyu mau dekat dengannya, aku saja merasa gagal sebagai yeoja ketika melihat wajah cantik manajer Yoon," seru seorang yeoja.

"Aish jangan begitu. Aku merasa sedikit malu sebenarnya mempunyai atasan seperti dia. Bagaimana jika salah satu tamu kita memergoki kelakuan anehnya itu? Bisa-bisa hotel ini jadi sepi pengunjung," Jeonghan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Dia tahu suara seseorang yang barusan berbicara. Boo Seungkwan.

"Kau sih enak sudah punya pacar seganteng Hansol. Aku yang mengidolakan chef Mingyu ini jadi tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Yoon Jeong..."

Tiba-tiba pintu yang sudah sedikit terbuka itu terdorong pelan dan terbuka lebar. Seungkwan dan seorang yeoja bernama Yeori membeku menyaksikan pemandangan di depannya. Seungkwan merasa jantungnya seakan terhenti ketika melihat Jeonghan yang sedang menatapnya tajam dari ambang pintu. Tapi hatinya lebih mencelos lagi melihat bahwa Hansol sedang berada di belakang Jeonghan, tangannya bersedekap, tatapannya pada Seungkwan sulit diartikan.

"...han," Yeori mengutuk mulutnya yang masih bisa melanjutkan kata-katanya. Dia bersumpah dalam hati bahwa mulai hari ini dia akan bekerja lebih rajin agar tak dipecat karena ketauan bergosip. Yeori dan Seungkwan menunduk.

Jeonghan menatap Seungkwan dan Yeori, memikirkan kata-kata apa yang pantas dia ucapkan. "Aku tak melarang kalian bergosip. Tapi lain kali, tolong pastikan orang yang kalian bicarakan tidak ada di sekitar kalian,"

Seungkwan dan Yeori terlihat masih membeku dan lidah mereka terlalu kelu untuk menjawab saat mereka sadari bahwa Jeonghan sudah melangkahkan kakinya menjauh dari situ.

TBC

Annyeong~

_(meanie).(trash)_ disini... ^^ {please remove the bracket for my IG acc}

Dalam rangka mengatasi gejala ke baperan akut yang gw & my lovely nuna (ochi_noona) alami menjelang comeback sebong kali ini, maka kami dengan segenap jiwa dan raga #elahh memutuskan untuk berkolaborasi menyatukan pikiran kami dalam bentuk ff ini...

Mianhe udah menelantarkan ff yang "IF I" sama "MARS", klo dapet ilham, bakal dilanjut kok, ehehhee ^^v

Kkeut!

Mind to leave some review?

PS: find us on IG n lets be friend! :)