Ini semua berawal dari pertengkaran kecil leader Choi Seungcheol dengan malaikat yang terkadang berhati devil, Yoon Jeonghan. Pertengkaran kecil yang merambat hingga berhari-hari dan berdampak kepada para member yang sebenarnya hanya ikut-ikutan saling memusuhi satu sama lain. Dan, ini terhitung sudah hampir dua minggu grub mereka yang selalu mengutamakan kekompakan dan kebersamaan itu dalam keadaan genting yang melebihi emergency.

"Aku sudah bilang! Kau tak perlu ikut campur!" Seru Jihoon yang membuat semua member yang berada di dalam ruang practice memperhatikan pertengkaran antara Jihoon dan Soonyoung.

"Aku bukannya ikut campur, tapi aku hanya membenarkan antara irama dan koreo-nya ada beberapa yang harus diubah Lee Jihoon!" Balas Soonyoung masih dengan mode sabarnya.

"Kau yang seharusnya menyesuaikan dengan iramanya bukan aku yang menyesuaikan dengan koreo-nya! Bukankah, kau membuat koreo setelah lagu yang kubuat selesai? Kenapa kau justru menyuruhku merubahnya?" Jihoon menatap Soonyoung tajam. Yang ditatap hanya mendengus lemah.

"Begini Jihoon antara irama pembuka itu terdengar tidak begitu jelas dan aku kasihan pada member yang mendapat part awal dan sesudahnya! Tidakkah kau mengerti?" Terang Soonyoung ngotot. Jihoon berfikir sejenak, sebenarnya apa yang dikatakan Soonyoung itu memang benar tapi disisi lain ia juga tidak mau membenarkan pria bermarga Kwon itu, gengsi! Itulah yang ia rasakan saat ini.

"Yasudah, kau rubah saja sendiri bagaimana yang baik menurutmu!" Seru Jihoon berbalik badan dan pergi melangkah meninggalkan ruang practice itu. Soonyoung mendengus lemah.

"Latihan, cukup sampai sini saja!" Ucap Soonyoung manguar aura dingin sebelum ia juga ikut berlalu dari ruang practice itu.

Hening. Kesebelas orang yang yang tersisa hanya diam ditempat mereka tanpa berniat untuk berpindah tepat.

"Aku akan bicara pada Jihoon!" Seungcheol beranjak berdiri tanpa menunggu jawaban dari dongsaengnya. Kepergian Seungcheol itu tetap membuat suasan kembali hening. Jeonghan yang melihat kecanggungan yang menyelimuti diantara mereka saat ini mendengus lemah.

"Apa kalian tidak kembali ke dorm? Lebih baik kita pergi sekarang!" Ajak Jeonghan meskipun nada bicaranya terdengar agak aneh tidak seperti biasanya.

"Kajja hyung!" Seungkwan beranjak dari duduknya dan langsung menarik tangan Jeonghan keluar.

"Kemarin Seungcheol hyung dan Jeonghan hyung sekarang Soonyoung hyung dan Jihoon hyung, selanjutnya siapa lagi?" Tanya Hansol lelah

"Apa kita diam saja jika sudah begini?" Tanya Minghao

"Ahh, hyung! Aku sangat takut jika grub kita menjadi seperti ini!" Rengek Chan yang langsung di tenangkan oleh Wonwoo yang berada di sampingnya.

"Gwenchana Chan-ie! Semuanya pasti akan baik-baik saja!" Ujar Wonwoo yang juga menenangkan member yang lain.
.

.

.
"Jihoon-ie!" Seru Seungcheol mengejar Jihoon yang berjalan cepat meninggalkan kantor agency Seventeen. Dengan langkah cepat Seungcheol sedikit berlari menyusul Jihoon yang jaraknya semakin jauh darinya.

"Lee Jihoon! Hentikan langkahmu!" Seru Seungcheol yang membuat si pemilik nama seketika menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badannya. Dengan langkah cepat Seungcheol menyusul Jihoon selagi ia hanya diam di tempatnya berdiri. Seungcheol meraih pundaknya dan membalikkan badan pemuda yang lebih muda darinya.

"Ada apa denganmu?" tanya Seungcheol. Jihoon menatapnya garang.

"Ada apa denganku? Seharusnya hyung tanyakan hal itu padanya! Ada apa dengannya!" Jihoon berujar setengah berteriak bahkan dapat Seungcheol lihat dengan jelas jika pemuda mungil itu tengah menahan tangisnya. Hey, kenapa kau ingin menangis Lee Jihoon?

"Apa maksudmu?" tanya Seungcheol tak mengerti. Jihoon kembali menatapnya tajam.

"Jangan tanya padaku, jika kau tidak tahu masalahnya hyung!" Jihoon berlalu begitu saja dari hadapan Seungcheol yang membuatnya menendang angin karena kesal.

"Apakah semua pria seperti itu?" kesal Seungcheol, ia berfikir sejenak kemudian menghela nafas lelah. "Ah, aku juga seorang pria!" dengus Seungcheol kemudian melangkah menyusul Jihoon untuk kembali pulang menuju dorm mereka yang jaraknya memang tak begitu jauh jika ditempuh dengan jalan kaki.

Seungcheol membuka pintu dorm dengan lunglai. Ia yakin, semua member sudah pulang terlebih saat ia melihat sepasang sepatu berserakan di teras dorm mereka.

"Kau sudah pulang hyung?" itu suara Seokmin yang menyapanya setelah ia menutup pintu. Seungcheol hanya mengangguk lelah.

"Apa semuanya sudah pulang?" tanya Seungcheol kemudian.

"Nde!" jawab Seokmin singkat dan Seungcheol hanya kembali mengangguk. Ia berjalan menuju kamarnya dan tak sengaja berpapasan dengan Jeonghan. Jeonghan melengos dan tak memperdulikan Seungcheol yang melewatinya.

Seungcheol mendengus.

"Yak! Kau!" seru Seungcheol memanggil Jeonghan. Jeonghan yang dipanggilpun membalikkan badannya dengan malas.

"Wae?" tanya Jeonghan ketus. Seungcheol kembali mendengus kesal.

"Aku tahu, ini semua pasti karena kau kan?"

"Mwoya?" Joenghan membulatkan matanya tak mengerti.

"Kau yang membuat mereka bertengkar bukan?" tuduh Seungcheol.

"Kenapa kau malah menyalahkanku?" tanya Jeonghan tak mengerti.

"Jika bukan kau siapa lagi?"

"Hey! Tuan Choi Seungcheol yang terhormat, apa kau perlu cermin? Kau juga sendiri sedang bermasalah kenapa tidak menyalahkan dirimu sendiri juga, hm?" seru Jeonghan yang membuat semua member berkumpul dan menyaksikan pertengkaran diantara kedua member tertua Seventeen itu.

"Aku? Kau menyalahkanku?"

"Nde, kaulah akar permasalahan ini Choi Seungcheol! Kau membuat masalah kecil menjadi masalah yang besar dan itu merembet ke member yang lain. Hari ini Soonyoung dan Jihoon, apa kau akan tahu siapa lagi besok yang akan kembali bertengkar? Kenapa kau hanya menyalahkanku! Jika itu salahku! Baiklah! Semuanya memang salahku, apa yang ada disini memang salahku! Salahkan saja aku! Dan kau! Jangan pernah lagi bicara dan menyapaku! Karena aku muak melihatmu!" Jeonghan berlalu seraya membanting pintu kamarnya. Seungcheol mendengus.

"Apa-apaan dia!" cibir Seungcheol. Ia menatap semua dongsaeng yang menatapnya takut-takut. "Wae? Kenapa kalian disini? Masuk ke kamar kalian sana!" usir Seungcheol cetus, membuat semua nyali dongsaengnya menciut dan segera bergegas pergi meninggalkan leader-nya yang tengah dilanda asmara itu, eh (?)

.

.

.

"Choi Seungcheol pabbo-ya! Choi Seungcheol pabbo-ya! Choi Seungcheol pabbo-ya!" seolah tengah mengucapkan mantera, Jeonghan tanpa hentinya mengucapkan umpatan bagi leader grubnya itu.

"Aku heran, dimana pikirannya selama ini? Senang sekali menyalahkanku!" gerutu Jeonghan mengurucutkan bibirnya sebal.

"Lihat saja pelajaran apa yang akan aku berikan padamu Choi Seungcheol pabbo!"

"Hyung?" panggil Wonwoo tiba-tiba.

"Wonu..." rengek Jeonghan langsung berhambur memeluk Wonwoo.

"Nde, hyung—aigoo!" Wonwoo membalas pelukan hyung kesayangannya itu.

"Wonu, bukankah Seungcheol itu memang pabbo?"

"Eh!" Wonwoo tersentak heran.

"Dia selalu saja menyalahkanku!"

"Memangnya apa yang kalian berdua lakukan hyung, hingga kalian berdua bisa bertengkar dan ini sudah hampir dua minggu! Belum lagi, kini ditambah Soonyoung dan Jihoon!" Jeonghan melepaskan pelukannya pada Wonwoo.

"Kau tahu, Choi Pabbo Seungcheol itu dua minggu yang lalu membiarkanku untuk bertemu dengan Jang Doyoon. Dia tidak mencegahku! Gengsinya benar-benar sangat besar, aku tahu dia tidak suka jika aku bertemu dengan Doyoon tapi—dia tidak mau mengatakannya secara langsung!"

"Lalu?"

"Ya sudah, aku sekalian saja membuatnya kesal! Aku benci dia yang tidak peka!"

"Ah, kau menyukai Seungcheol hyung, kan hyung?"

"EH? Ani!" Jeonghan salah tingkah.

"Ouh, jinjja? Kenapa wajahmu memerah seperti itu?"

"Jeon Wonwoo!"

.

.

.

"Hah! Apa kita akan diam saja jika sudah seperti ini? Jika sudah Soonyoung dan Jihoon yang bertengkar akan sangat sulit, tapi jika Seungcheol hyung dan Jeonghan hyung tidak juga akur akan bertambah sulit!" ujar Jun pada Mingyu, Seokmin, dan Jisoo.

"Seungcheol itu sangat keras kepala dan gengsinya sangat besar. Sedangkan, Jeonghan sangat mudah tersinggung dan selalu ingin perhatian!" balas Jisoo. "Kita pikirkan bagaimana mengakurkan kedua orang ini baru kemudian Soonyoung dan Jihoon! Tapi, sebelum itu kita harus mengetahui akar permasalahannya!"

"Wonu hyung, sedang berusaha bertanya pada Jeonghan hyung!" sahut Mingyu.

"Jinjja?" tanya ketiganya.

"Kalau begitu kau saja yang tanya pada Seongcheol hyung!" usul Seokmin.

"Kau gila? Kau mau memasukkanku ke kandang singa?" tanya Mingyu menolak usul Seokmin.

"Ani! Aku kan hanya usul saja!"

"Menurutku, tidak ada salahnya!" ujar Jisoo

"Nde, coba saja kau yang bicara pada Seungcheol hyung!" kini Jun ikut membujuk Mingyu agar mau bertanya pokok permasalahannya pada Jeonghan secara langsung dari Seungcheol. Mingyu mendengus.

"Kenapa harus aku?"

"Wonwoo saja mau bertanya!" sahut Jisoo.

"Hyung! Seungcheol hyung dan Jeonghan hyung itu berbeda!"

"Sudah, kau coba saja—tidak ada salahnya kan?" Mingyu meneguk ludahnya gusar.

"Arra—arra!" putus Mingyu akhirnya beranjak dan melangkah menuju kamar Seungcheol yang tertutup rapat. Mingyu menarik nafas, mempersiapkan diri sebelum memasuki kamar yang entah kenapa berhawa panas itu.

Mingyu membuka pintu kamar itu perlahan dan menyembulkan sedikit kepalanya.

"Seungcheol hyung?" panggilnya lirih.

"Mingyu?" sahut Seungcheol sedikit terkejut.

"Bolehkah aku masuk?" Seungcheol hanya mengangguk.

"Ada apa?" tanya Seungcheol. Mingyu menggaruk tengkuknya gusar. "Duduklah!" ujar Seungcheol. Mingyu mendudukkan dirinya secara perlahan di samping Seungcheol yang duduk di atas ranjang tempat tidurnya.

'Apa kau baik-baik saja?" tanya Mingyu.

"Hm!" Seungcheol mengangguk singkat.

"Hyung, sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Jeonghan hyung?" tanya Mingyu to the point.

"Aku sudah menduganya kau kemari pasti akan menanyakan hal itu!" Seungcheol menunduk membuat Mingyu menjadi merasa bersalah.

"Ani! Tidak masalah jika kau tidak ingin bercerita lagi pula bukankah kita keluarga hyung? Tapi—tidak masalah jika kau tidak ingin menceritakannya padaku ataupun pada siapapun tapi—tak baik jika kau memendamnya seorang diri!" pesan Mingyu yang kemudian ia dengar helaan nafas dari Seungcheol.

"Bukannya aku tidak mau cerita hanya saja, aku sangat sebal dengan Jeonghan!"

"Eoh?"

"Bagaimana perasaanmu melihat orang yang kau sukai dekat dengan pria lain? Pria yang kau kenalkan padanya yang justru akan membuat orang yang kau sukai tertarik pada pria itu?"

"Ah, kau menyukai Jeonghan hyung, hyung? Dan Jeonghan hyung menyukai Doyoon hyung? Begitu?"

"Kenapa kau bisa menebaknya?"

"Kau pikir aku anak TK?" Mingyu berdecak.

"Bukan hal sulit jika masalah itu!"

"Aku selalu kesal jika Jeonghan dekat dengan Doyoon!"

"Kau cemburu hyung!"

"Tidak! Aku hanya kesal!"

"Ya, itu namanya cemburu! Cemburumu itu membuat dampak bagi semua member!"

"Huft, aku tahu—tapi, Jeonghan—!"

"Ada apa dengan Jeonghan hyung?"

"Dia terang-terangan mencium Doyoon didepanku dua minggu yang lalu!"

"Apa?" Mingyu membulatkan kedua matanya. "Mereka berdua memang benar-benar sangat jahat!"

"Tidak tahukah kau bagaimana rasanya?" tanya Seungcheol murung. Mingyu mengelus punggung Seungcheol lembut.

"Tenanglah hyung! Kami disini akan mendukungmu dan menyadarkan Jeonghan/Seungcheol hyung!" tanpa Mingyu dan Wonwoo sadari kedua mengucapkan kalimat yang sama akan tetapi berbeda penyebutan nama untuk menenangkan hyung tertua mereka. Aigoo! Yang dilanda asmara kenapa bisa menjadi seperti ini? Lalu, ada apapula dengan Soonyoung dan Jihoon? Hm, apa mungkin ya mereka iri—iri? Apa yang perlu di-iri-kan?

TBC

Absurd? Banget!
Gaje? Apa lagi!

Mianhae readernim...

Want to next?

Kamsahamnida,

Bye bye,

Kokoya Banana