Mulai : 02-Mei-2014

Selesai : -

Disclaimer: Masashi Kishimoto pemilik asli karakter di Komik Naruto.

Saya hanya meminjamnya.

.

Summary: Uchiha Sasuke, seorang lelaki tampan yang cerdas dan banyak digilai wanita./ Naruto kembali lagi ke Konoha./ Karin, Sasuke, Sakura dan Naruto, apa peran mereka dalam cerita ini./ Kadang sesuatu yang terlihat, bukanlah sesuatu yang sebenarnya./ Waktu harus memilih./ Aku Benci Sasuke./ AU./ 'School'.

.

Perhatian: Summary ngelantur. Alur nglabu. Deskripsi abal. Bahasa pasaran. EYD berantakan. Mungkin OOC. OC. Roman? Friendship? Kekeluargaan? Typo bersahutan. Macam kata yang tak nyambung. Bikin muntah? Segala kesalahan dalam fic-ini janganlah membenci karakter sebenarnya.

.

Peringatan terakhir: Tidak suka pair, pencet tombol kembali!

.

Uchiha Sasuke x Uzumaki Karin

Dan

Uzumaki Naruto x Haruno Sakura

.

Fic ini dibuat hanya sebagai hiburan semata

.

Sudah Ada Sedari Dulu

.

.

Chapter 1

.

.

Siang ini, matahari begitu bersemangat. Sedang awan-awan tak satupun terlihat. Hal itu membuat suasana Kota Konoha begitu tidak bersahabat. Lengang dan sepi, seperti kota mati. Meski, sesekali terlihat beberapa orang yang lewat ke sana ke mari. Namun, belum cukup untuk membuat jalanan menjadi idola yang harus ditemui.

Cuaca yang terlalu panas memang tidak begitu menyenangkan. Orang-orang kebanyakan memilih menghabiskan harinya berdiam diri di dalam rumah. Bisa dianalogikan, dari seribu orang, hanya ada sekitar lima puluh orang yang berlalu lalang.

Namun, bukan berarti kegiatan mencari penghidupan akan berhenti hanya karena suasana panas yang menyengat. Lihat saja toko bunga itu—tetap buka seperti hari-hari biasanya. Dilihat dari luarnya sedari enam jam buka, tidak lebih dari hitungan banyaknya jari-jari pada satu tangan jumlah orang yang datang ke sana.

Di dalamnya, terlihat sesosok gadis yang tengah duduk di kursi pegawai—kursi penjaga toko. Di depannya atau lebih tepatnya di sebuah meja. Ada gelas berukuran sedang yang berisi sebuah cairan berwarna merah muda dan beberapa batu-batu kecil yang bening dan dapat meleleh.

Gadis itu, nampak beraut wajah tidak bersemangat. Ia sesekali mengaduk-aduk minuman itu menggunakan sendok yang panjangnya serasi dengan gelasnya. Matanya menatap pintu masuk sekaligus keluar dalam toko itu. Ia menghela nafas.

"Huh. Kemana sih dia?" katanya pada dirinya sendiri sembari menyendok minuman yang kini tengah ia bawa. Memasukkan beberapa sendok minuman itu ke dalam mulutnya. "Kenapa aku yang malah menunggui tokonya?" Dari perkatannya tersebut, tampaknya ia tengah menunggu seseorang—atau pemilik toko di mana ia berada kini.

Di luar toko itu. Sebuah motor sport yang dikendari oleh dua orang berhenti di samping trotoar. Salah satu orang yang berada di belakang—sebut saja pembonceng turun dari motor itu. Ia membuka helmnya dan jaket yang ia kenakan, hingga tampaklah sosoknya. Seorang gadis bersurai pirang kuning panjang. Sedang, seseorang yang mengemudikan motor tadi. Saat ini, membuka helm yang ia kenakan. Menampilkan bagaimana rupa wajahnya. Ia adalah seseorang laki-laki berambut kuning jabrik berantakan, namun tidak menjijikkan. Di kedua pipinya terdapat tanda lahir seperti kumis kucing.

"Terima kasih, Ino! Karena telah menemaniku." kata sang pemuda sembari menatap gadis itu dan tersenyum ramah.

"Iya. Sama-sama Naruto." tanggap Ino dengan memasang senyum tulusnya.

"Kalau begitu, aku pulang dulu. Kalau uangnya kurang, hubungi aku ya!" Naruto berujar lalu memasang helmnya lagi, dan bersiap-siap untuk meninggalkan tempat itu.

"Ah. Tidak, tidak. Ini sudah lebih dari cukup. Dan, hati-hati ya!" Setelah gadis itu mengatakan hal tersebut. Naruto menjalankan motornya pelan, dengan sebelumnya mengangguk sebaik isyarat ia akan berhati-hati. Selanjutnya, Ino melangkah masuk ke dalam toko bunga milik keluarganya itu.

Cklek.

"Forehead!" Ino berteriak keras karena terkejut, ia berjalan mendekat ke sosok yang mengejutkannya. "Kenapa kau di sini?"

Gadis yang di depan Ino hanya menepuk jidatnya, "Kau lupa? Aku tadi pagi memberikanmu pesan singkat, akan mengambil laptopku hari ini." tutur wanita berambut merah muda itu menjelaskan. "Dan Ayahmu bilang, kamarmu dikunci." katanya lagi dengan cepat menyadari tatapan Ino yang seolah mengatakan, 'Kenapa ayahku tidak mengambilkan laptopmu'.

"Maaf-maaf. Baiklah tunggu sebentar!" tanggap ino sambil bermimik takut-takut. Setelah mengakatakannya. Ino, masuk lebih dalam pada toko itu. Kemudian berbelok, dan menuju ke sebuah kamar. Ia membuka pintunya, mengambil sebuah laptop yang memiliki warna dominan merah muda. Kadang ia pernah berpikir, kenapa sahabatnya itu menyukai warna merah muda. Hingga, hampir kebanyakan benda yang sahabatnya miliki, pasti terdapat unsur warna merah muda. Tapi, sampai saat ini, Ino tidak menanyakannya. Karena ia juga yakin pasti itu karena sahabatnya, dilahirkan dengan warna rambut serupa. Kini, Ino menghampiri sahabatnya lagi. "Ini, Sakura!" tuturnya lembut.

Sakura menanggapinya dengan wajah tersenyum senang. Dengan tidak sabaran ia menekan tombol ON yang ada pada pojok kiri laptop. Kemudian setelah selesai laptop melakukan kegiatan yang sering disebut 'POST'. Dan beberapa langkah awal lainnya. Sakura membuka beberapa folder, setelahnya di layar laptop itu, muncullah beberapa dokumen-dokumen pribadi miliknya. Ia menghembuskan nafas lega.

"Bagaimana? Tidak ada yang hilang, 'kan?" tanya Ino.

Sakura menatap Ino, "Tidak." katanya singkat. "Terima kasih, Ino."

"Hm."

"Oh. Ya, ngomong-ngomong tadi kau kencan lagi ya?" tanya Sakura. Ino yang ditanyai hanya memasang wajah datar.

"Sudah kubilang. Aku hanya menemani Naruto-kun mengobrol saja. Lagipula, ini yang terakhir." Ino menyahut dengan cepat.

"Begitu ya…"

Sakura paham dengan jawaban sahabatnya itu. Sudah lima kali ini sahabatnya menemani teman masa kecilnya, mereka hanya sekedar mengobrol masalah-masalah yang tidak terlalu penting. Ino bilang Naruto cuma mau mengenal kembali kota kelahirannya ini. Dan teman-teman laki-lakinya pasti tidak mau ia ajak makan es krim. Juga, mana ada gadis yang menolak diajak untuk makan es krim? Jawabannya tentu tidak ada. Oh, ditambah satu lagi—dibayar. Sebenarnya, awalnya Ino menolak. Tapi, Naruto memaksa. Yah, katanya sebagai pengganti waktu yang telah Naruto rebut dari Ino. Ino juga bercerita banyak tentang bagaimana perubahan Naruto. Naruto kini, tampak lebih dewasa dan tambah tampan. Sakura juga paham kenapa kini Ino memanggil Naruto dengan panggilan 'kun' di belakang namanya. Sakura jadi berpikir, 'Bagaimana jika Ino nanti malah suka sama Naruto.' Padahal yang Sakura tahu, sejak kecil Ino sering memperhatikan salah satu sahabatnya yang terkenal sebagai anak yang cerdas, namun suka tidur—Nara Shikamaru. Dan Sakura yakin si pemuda malas itu juga memiliki perasaan yang sama. Terbukti, ketika Ino merusakkan laptop milik Sakura, si jenius itu dengan mau-maunya memperbaikinya. Apa yang akan terjadi jika Ino malah berubah haluan. Tapi, jika ini adalah hal yang terakhir kalinya. Sakura cukup dapat bernapas lega. Paling tidak ia tidak akan melihat drama di depan matanya sendiri.

.

-zuuzumakii-

.

Debaran jantung milik pemuda tampan itu berdetak tak seperti biasanya. Ia sedang duduk pada bangku belakang rumahnya. Wajahnya Nampak takut-takut, sedang penglihatannya fokus pada apa yang sedang ia pegang. Sebuah buku yang dengan sengaja ia ambil. Buku itu cukup menarik dilihat dari sampulnya yang kebanyakan memiliki warna merah muda di beberapa sisi. Pemuda itu seperti meyakinkan hatinya untuk membaca buku yang memiliki judul begitu sederhana.

Cara Mengetahui Orang yang Mencintaimu.

Ya. Itulah judul buku itu. Dilihat dari judulnya, buku itu pasti mengulas hal-hal mengenai 'cinta'. Dan pasti orang-orang yang membacanya adalah orang yang begitu memperhatikan dengan siapa nanti ia mengarungi carut marutnya hidup. Tapi, kalau boleh jujur. Ia bukanlah orang yang terlalu peduli dengan kehidupan asmaranya—dalam artian seseorang yang romantis. Bahkan sampai saat ini ia masih belum punya seseorang yang disebut 'pacar'. Dia hanya bingung menentukan pilihan. Bukan, bukan karena tidak ada wanita yang tertarik padanya. Tapi malah, ia menjadi sosok yang begitu diidolakan oleh kaum wanita. Nyatanya, dari hampir seluruh siswi perempuan di sekolah. Hampir delapan puluh persen menggilainya, meneriakki namanya saat berpapasan. Bahkan tak jarang ada yang memotretnya secara diam-diam.

Apakah lelaki ini tidak terganggu? Tentu saja terganggu. Coba bayangkan, setiap hari kau selalu diteriakki ketika kau sedang lewat. Dan kadang bahkan bukan hanya di sekolah saja. Sampai di jalan, di depan rumah dibuntuti. Lelaki ini tak habis pikir, memang apasih kelebihannya.

Mungkin ia tampan. Mungkin ia cukup kaya. Mungkin ia cukup pintar. Mungkin ia cukup tinggi. Tapi, kadang semua yang tampak itu adalah hal yang tidak begitu mudah didapat. Lelaki itu akui ia tampan. Itu sebuah anugerah. Lalu, ia kaya. Tapi, yang kaya adalah keluarganya—ayahnya. Ia pintar. Itu juga termasuk anugerah. Namun, juga didukung oleh dirinya yang suka belajar. Yang berikutnya, ia cukup tinggi. Kalau yang ini, sebenarnya bukan hanya karena keluarganya juga memiliki postur yang ideal, tapi juga karena ia yang suka berolahraga.

Lalu, apalagi yang para penggemarnya lihat darinya? Pertanyaan itu muncul berkali-kali. Bahkan, ia sering bertingkah menyebalkan. Dengan melakukan hal yang tidak sopan. Beberapa diantaranya, adalah ia sering meninggalkan seorang siswi begitu saja. Padahal siswi itu ingin menyatakan cinta. Itu semua ia lakukan agar penggemarnya dapat berkurang. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya.

Ia juga sering mendapatkan cemoohan dari beberapa laki-laki yang tidak suka dengan tingkahnya. Mulai dari teman kelasnya, teman kakaknya, bahkan orang-orang yang ia sendiri tidak tahu siapa namanya, ataupuna apa hubungan dengannya.

Ada beberapa alasan lain juga kenapa ia bertingkah seperti itu. Ia hanya tidak ingin menyakiti orang lain, dengan menerima semua perempuan yang menyatakan cinta kepadanya, lalu hari berikutnya memutuskan hubungan begitu saja. Meski ia sampai sekarang belum memiliki seorang pacar, tapi ia cukup mengerti arti dari satu kata tersebut. Ia hanya ingin memiliki seseorang yang dianggapnya sebagai 'pacar', apabila memang orang itu dan ia sendiri memiliki ikatan kasih sayang.

"Huh." Ia mendesah. Kembali meyakinkan hatinya, untuk membaca buku itu. Buku yang ia lihat di kamar kakaknya secara tidak sengaja, hanya karena ia ingin mengambil telepon genggamnya, mata miliknya menangkap buku yang mencurigakan. Karena ia penasaran, ia ambil saja buku itu. Dan kini, berada ditangannya.

Ia mulai membuka lembar pertama. Raut mukanya masih datar-datar saja. Kemudian ia mulai lagi membuka dan membaca tulisan-tulisan yang tertera di dalam sana. Kini, raut wajahnya terlihat berubah-ubah. Seperti ingin menangis, seperti sedang meneguk ludah, seperti sedang gugup dan takut-takut, bahkan seperti sedang menahan pipis. Ouh! Apa hubungannya? Yang pasti, buku itu buku yang mengerikan, bukan?

Dan akhirnya setelah melalui perjuangan yang begitu berat. Ia berhasi merampungkan membaca buku itu. Beruntung tidak ada yang sedang melihatnya sore ini, karena ia begitu—konyol. Kalau sampai ada, bisa-bisa hilang sudah namanya sebagai Pangeran Es Uchiha.

Satu hal yang ia ingat, 'untuk mengetahui orang yang mencintaimu, bertanyalah pada hatimu!'. Sebuah kata-kata yang terkesan ambigu dan sulit dipahami. Kata-kata itu, haruslah dilakukan dengan praktik sendiri.

.

-zuuzumakii-

.

Deru nafas seseorang di balik tempat yang remang-remang itu terlihat tersengal-sengal. Kaki dan hampir sekujur tubuhnya terasa pegal. Ia bahkan tidak tahu di mana kini sekarang. Dia terduduk lesu, dengan kedua tulang kering kakiknya menempel di jalanan itu. Sungguh malam ini sepertinya malam yang begitu buruk untuknya. Dari sejak turun dari bis yang mengantarkannya menuju arah pulang. Ia terus saja dikejar oleh segerombolan preman-preman tak berperi kemanusian. Ah, ia sungguh bodoh, bukan? Mana ada preman yang memiliki rasa belas kasihan.

"Akhirnya kutemuken juga kau nona manis!" Suara ini lagi. Suara seorang bos preman. Ia tak habis pikir, kenapa ia bisa bertemu dengan preman-preman sialan ini.

Dalam kondisi menunduk ini, ia hanya bisa diam, pasrah tentang nasib apa yang akan dia alami, badannya sungguh sudah lemas. Berlari lagi, bukanlah sebuah pilihan. Ia hanya menunduk kuat-kuat, berharap preman-preman ini akan berubah pikiran.

"Tenang saja nona manis, hanya satu malam kok. Dan aku jamin, kamu akan mendapatkan kaca matamu lagi." Suara khas seorang bos preman terdengar lagi, dengan nada-nada menjijikkan.

"Sudahlah bos, kami sudah tidak sabar!" Dan kini, suara-suara anak-anak buahnya terdengar tidak sabaran. Apa mereka tidaklah tahu, bahwa yang mereka lakukan kelak akan dipertanggungjawabkan.

Wanita atau gadis itu masih menunduk. Dan bahkan ketika bos preman itu mengangkat wajahnya. Ia masih menutup kedua bola matanya. Ia seperti terisak, menangis dalam diam.

"Aku mulai nona manis, ini tidak akan sakit kok! Kau hanya tinggal menikmatinya saja!" Sungguh kata-kata yang dikeluarkan preman ini, begitu tak memiliki sopan santun.

Preman itu memajukan wajahnya mendekatkan bibirnya pada bibir gadis yang akan diperkosanya. Namun…

Buagh.

… sebuah pukulan tiba-tiba mengenai pipinya telak.

"Aku tidak akan membiarkan seorang gadis dilecehkan, dattebayo!" Dan teriakan tegas seorang laki-laki terdengar. Ia berdiri tegap di depan gadis tadi. Laki-laki itu tidak diketahui bagaimana bentuk rupanya. Karena ia menyembunyikan bentuk wajahnya di balik kantung belanjaan yang ia lubangi.

"Cih… siapa kau sebenarnya? Kami tidak punya urusan apa-apa denganmu!" Bos preman itu berteriak keras juga kasar. Ia sungguh benci dipermalukan, bahkan oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal.

"Ah. bagaimana ya? Aku juga belum kenal dengan kalian juga." kata lelaki penolong tadi menimpali. "Tapi, apa boleh buat?" Sambil berkata demikian lelaki penyelamat itu mengluarkan satu buah ikan yang tidak muat dalam sekali telan, dari kantong belanjaan yang ia pegang di tangan kirinya.

"Ha ha ha." Preman-preman itu tertawa dengan mulut yang terbuka lebar.

'Ini kesempatanku,' batin laki-laki itu. Tanpa menunggu waktu ia segera melemparkan ikan ke mulut preman itu, dan ikan-ikan lain dari kantong belanjaannya ke preman-preman yang lain.

Preman-preman itu seketika bergidik ngeri. Ketika, ikan yang masuk setengah badan ke mulut mereka itu tak dapat dikeluarkan—atau menyangkut istilahnya. 'Apa yang orang ini rencanakan,' batin salah satunya. Sedang laki-laki itu menyeringai.

Ctak… Ctak…

Suara yang dihasilkan karena sentuhan ibu jari dan jari tengah miliknya terdengar.

"Puuusssssh…!" panggilnya. Dan tak berapa lama kemudian.

Meong… meong… meong…

Dalam sekejap, tempat itu sudah dipenuhi oleh puluhan kucing-kucing ganas yang kelaparan. "Selamat bersenang-senang preman-preman brengsek!"

"Aa-aaargh…!"

Teriakan-teriakan yang memekakkan telinga itupun tak terelakkan untuk tak keluar dari mulut preman-preman itu. Bahkan masih bisa terdengar meski samar-samar, ketika mereka sudah berlari tunggang langgang dari kejaran kucing-kucing itu.

Lelaki itu lantas mengambil kaca mata milik gadis yang ia tolong. Ia berbalik, menghampiri gadis itu. Menunduk, menekuk lututnya, menyentuhkannya ke jalanan, mensejajarkan tinggi mereka. Ia menyentuh kedua pundak gadis yang masih terpejam itu pelan, mencoba untuk menenangkannya. "Tenanglah semua sudah aman!"

Lantas perlahan iris mata yang senada dengan rambut merahnya yang terlihat berantakan karena jauh berlari itu pun terlihat. Pandangan gadis itu masih buram. Ya, ia memang memiliki masalah dengan penglihatan. Dan soal lari dari kejaran preman-preman, ia memang tidak tahu arah jalan—hanya sekedar kabur.

Seolah mengerti dengan keadaan, laki-laki itu memasangkan kacamata milik gadis itu. Dan membuka kantong belanjaan yang menyembunyikan bentuk rupanya.

Terlihatlah, sesosok pemuda yang memiliki surai pirang kuning, mata biru, dan tiga tanda lahir seperti kumis kucing di kedua pipinya. Ia tersenyum lembut pada gadis itu. Sementara gadis itu masih belum sadar akan apa yang terjadi. Hingga satu detik… dua detik berjalan…

"Hiks… hiks… hiks…" Ia menangis. "Arigatou…"

"He he he." Pemuda itu hanya dapat meringis dan salah tingkah.

.

-zuuzumakii-

.

"Ayo naik!" Lelaki yang menolong gadis itu berujar dengan direksinya menunjuk pada sebuah 'boncengan' sebelah belakang sepeda miliknya.

"Eh? Ke situ?" tanya gadis itu.

"Iya. Ayolah!" Pemuda itu menduduki jok depan sepedanya dan berkata dengan nada tidak sabaran. "Kamu akan menginap dulu di rumahku!" tegasnya.

"…?" Gadis itu hanya memasang wajah bingung.

"Tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam. Lagipula dirumahku juga ada ibuku kok!" kata lelaki itu sambil cengengesan.

'Nadanya begitu polos. Ia pasti bukan orang jahat.' batin gadis itu.

"Em… baiklah."

Pada akhirnya tidak ada pilihan yang lain bagi gadis itu selain mematuhi 'malaikat penolongnya' itu. Ia tentu tak mau mengambil risiko bertemu dengan preman-preman lain yang lebih kejam.

"Jadi, namamu siapa nona?" tanya laki-laki itu ketika sepeda yang mereka naiki telah melewati tiga sampai empat rumah.

"Ka-karin." jawab sang gadis. "Em. Terima kasih sekali lagi, tuan."

"Ah. sama-sama. Tapi, jangan panggil aku tuan dong!" protes lelaki itu. Karin—wanita itu menatap punggung laki-laki yang ada di depannya. "Naruto, namaku Naruto. Ingat ya!"

"Em." Kini, Karin menatap ke pinggiran jalan, menatap rumah-rumah penduduk. Perasaan lega bercampur ketidakpercayaan akan apa yang terjadi malam ini, membuatnya semakin lelah. Tanpa sadar ia menyenderkan kepalanya pada pemuda bernama Naruto itu. 'Pemuda yang baik hati.' batinnya.

Sedikit terkejut akan apa yang dilakukan Karin, Naruto melambatkan laju sepedanya. Kemudian ia mengayuh dengan kecepatan yang tak seberapa. 'Gadis ini, sepertinya butuh seseorang untuk menjaganya.'

Tak berapa lama, sekitar kurang lebih lima belas menit. Naruto menghentikan laju sepedanya di depan sebuah rumah.

Ting tong… Ting tong…

Cklek.

"Naruto! Kau sudah da…" Seorang wanita dewasa keluar dari sebuah pintu rumah. Ia bersurai merah dan bermata biru. "Eh? Itu siapa?"

"Ini…"

.

TBC

.

Yap. Ini adalah fic multi chap. Kemungkinan akan saya buat sekitar 17 chapteran, jadi gak terlalu panjang ya.

Dan untuk SasuKarin, saya belum dapat moment yang terlalu special. Tapi, saya akan berusaha. Kalau boleh, saya mau tanya adakah moment SasuKarin di manga atau anime, selain ketika Karin diserang sama beruang. Saya cuma bertanya, namun untuk jalan cerita dan sifat, belum tentu akan terpengaruh/ berubah.

Lalu, terima kasih untuk yang telah memberikan review di fic Sasuke's Kiss

Diantaranya:

Namikaze Sholkhan

Lutfisyahrizal

Yassir2374

YonaNobunaga

Chiaki 'Sha' Akera

Pixie-Yank

Yang tidak login:

Guest

Cindy elhy

Saya sudah saya cantumin semua. Apa yang saya tulis memang masih terkesan kurang di sana dan di sini. Jadi…

.

.

.

.

Review, Please?

.