A/N: Aku kembali lagi untuk pair ini...^^
Semoga minna suka...
Disclamer: Bleach punya Tite Kubo
Title: True Love
Rated: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Ket: Semua chara umurnya sama, sekitar 20 tahunan.
Warning: AU, OOC
True Love
Sosok gadis berambut senja yang memakai gaun warna hitam memasuki sebuah gedung yang sangat luas. Iya, gedung pernikahan. Sudah banyak tamu-tamu yang datang. Dia dan sahabatnya yang berambut hitam pendek datang ke acara pernikahan teman mereka.
"Dimana Ichigo?" tanya gadis berambut hitam.
"Entah Tatsuki-chan," ujar gadis berambut senja sambil mencari-cari seseorang di sekeliling gedung itu. "Nanti kita akan bertemu mereka."
Lalu tiba-tiba lampu di gedung itu mati, semua tamu heran dan lampunya menyala dalam waktu yang cepat. Setelah lampu kembali menyala tampak sosok kedua pasangan pengantin yang sedang berjalan mendekati mereka.
"Wah...Itu Kurosaki-kun dan Kuchiki-san." ujar gadis berambut senja itu.
"Bukan Kuchiki-san kan Orihime," ujar Tatsuki. "Sekarang dia Nyonya Kurosaki juga."
"Oh iya ya. Hehe..."
Tidak lama pasangan pengantin itu, yaitu Ichigo dan Rukia menghampiri Orihime dan Tatsuki. Sosok Rukia yang memakai baju pengantin membuatnya terlihat sangat cantik, jujur Orihime sedikit iri melihatnya.
"Hai, Inoue dan Tatsuki..." sapa Rukia sambil berlari-lari kecil ke arah mereka.
"Hai..." balas keduanya.
"Selamat untuk pernikahan kalian." ujar Orihime.
"Terima kasih, Inoue." ujar Ichigo yang juga sudah berada di hadapan mereka. Ichigo dan Rukia sangat serasi hari ini, dan acara pernikahan mereka telah selesai tadi.
"Inoue, apa kau mau berpartisipasi untuk penerimaan buket pernikahan?" tanya Rukia.
"Benarkah? Aku mau!" seru Orihime senang.
Rukia segera berlari-lari kecil menuju panggung yang ada dan disana banyak para gadis menunggu Rukia melemparkan buket bunganya. Orihime juga berada diantara gadis-gadis itu. Dia ingin bisa mendapatkan buket bunga.
"Baiklah. Ini!" seru Rukia sambil melempar buket bunga miliknya. Para gadis-gadis langsung berusaha mendapatkan buket itu. Orihime juga tidak mau kalah, karena melihat ada celah dia langsung melompat untuk mendapatkan buket itu.
"Dapat!" seru Orihime senang.
Tapi Orihime tidak melihat ke arah bawah dan disebelah panggung itu adalah stand minuman dan ada seorang pemuda disana yang tampaknya telah selesai mengambil minumannya dan berjalan ke pojok panggung. Tapi melihat Orihime yang hampir jatuh itu, sang pemuda langsung menangkap tubuh Orihime dan mereka berdua terjatuh dengan posisi Orihime menimpa tubuh pemuda itu. Dan tanpa sengaja Orihime menyenggol minuman pemuda itu dan mengenai jasnya.
"Orihime, kau tidak apa-apa?" tanya Tatsuki khawatir yang langsung menghampiri Orihime, demikian juga Rukia dan Ichigo.
"Aku baik-baik saja." jawab Orihime.
"Sampai kapan kau mau begini, onna?" tanya pemuda itu dingin.
"Eh? Maaf, maaf..." Orihime kaget dan dia langsung bangun dari tubuh pemuda itu dengan wajah yang memerah. Betapa malunya dia sebegitu inginnya mendapat buket bunga dari Rukia dan harus menimpa pemuda yang menolongnya. "Terima kasih sudah menolongku."
"Tidak apa-apa." ujar pemuda itu.
Orihime menatap ke arah pemuda itu, berambut hitam, berkulit putih pucat dan warna mata hijaunya yang sangat indah. Untuk sesaat Orihime serasa terhipnotis melihatnya. Tapi buru-buru Orihime alihkan pandangannya dari mata pemuda itu, dan dia terkejut melihat jas pemuda itu basah.
"Eh? Jasmu basah karena aku kan?" tanya Orihime.
"Sudahlah. Tidak usah kau pikirkan." jawab pemuda itu.
"Tidak bisa. Karena kau sudah menolongku, akan kubersihkan noda di jasmu." Orihime langsung menarik tangan pemuda itu dan membawanya ke toilet. Karena tidak ada siapa-siapa di toilet wanita Orihime langsung menarik pemuda itu kesana.
.
.
.
Orihime mengeluarkan sapu tangan miliknya dan membasahi sapu tangan itu dengan air wastafel dan segera mengusapnya pada noda di jas pemuda itu. Noda itu tepat di bagian dada pemuda itu, Orihime bahkan tidak melihatnya dan langsung membersihkannya saja. Wajahnya agak malu karena tingkahnya tadi.
"Kenapa kau diam, onna?" tanya pemuda itu.
"Maaf." jawab Orihime dan dia telah selesai membersihkan noda di jas pemuda itu. Mata abu-abu Orihime bertemu dengan mata hijau pemuda itu dan mereka hanya diam. Entah apa yang mereka pikirkan.
Pemuda itu berjalan meninggalkan Orihime sendiri. Tapi Orihime segera menahan gerakan pemuda itu dengan memegang ujung jas putihnya. Pemuda itu langsung menoleh ke arah Orihime.
"Ada apa?" tanya pemuda itu.
"Jangan pergi dulu. Aku merasa tidak sopan karena sikapku tadi, maaf ya." jawab Orihime sambil menundukkan kepalanya. Poninya menutupi sebagian wajah cantiknya itu.
"Kau tidak perlu minta maaf. Jangan membesarkan masalah seperti ini."
"Baiklah..." Orihime langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum manis pada pemuda itu. "Kita belum kenalan kan? Namaku Inoue Orihime, salam kenal."
"Ulquiorra Schiffer." ujar Ulquiorra datar.
"Salam kenal Schiffer-san."
"Panggil Ulquiorra saja." Dan kali ini Ulquiorra benar-benar meninggalkan Orihime sendiri dan Orihime hanya menatapnya dalam diam sambil tersenyum sendiri.
'Dia misterius sekali.' batin Orihime.
Ulquiorra berjalan keluar dari toilet dan dia menemui pasangan pengantin itu. Memberikan ucapan selamat atas kebahagiaan mereka dan berjalan pergi. Rukia terkadang heran kenapa Ichigo bisa bekerja sama dengan rekan yang dingin seperti itu.
"Ulquiorra, dimana Inoue?" tanya Ichigo.
"Dia masih di toilet." jawab Ulquiorra acuh dan pergi meninggalkan sejoli itu, sekaligus meninggalkan gedung pernikahan ini. Tidak lama Rukia melihat sosok Orihiem berlari-lari kecil ke arahnya.
"Inoue, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Rukia memastikan.
"Aku tidak apa-apa Kuchiki, eh maksudku Kurosaki-san." ujar Orihime sambil tersenyum. Sekarang temannya ini sudah menjadi bagian dari keluarga Kurosaki dan dia akan memanggilnya seperti itu.
"Wah...Jangan dipanggil seperti itu," ujar Rukia dengan wajah memerah. "Panggil Rukia saja, Inoue."
"Baiklah, Rukia-san."
Ichigo hanya tersenyum saja melihat istrinya dan temannya itu. Sesekali Ichigo mengacak-acak rambut hitam Rukia. Orihime hanya tersenyum, tapi terbesit rasa iri di hatinya. Dia sama sekali belum merasakan indahnya jatuh cinta seperti itu dan hanya berharap kedua temannya itu bahagia.
"Oh ya Kurosaki-kun, kau tahu siapa Ulquiorra?" tanya Orihime tiba-tiba.
"Tentu. Dia rekan bisnisku," jawab Ichigo. "Kami bekerja di perusahaan yang sama."
"Oh begitu..."
"Kenapa Inoue, kau menyukainya?" tanya Rukia tiba-tiba. Wajah Orihime langsung memerah, dia mengalihkan pandangannya dari Rukia.
"Ah tidak...Hanya penasaran saja." jawab Orihime malu-malu.
"Benarkah?"
Rukia tersenyum saja melihat wajah Orihime yang malu-malu. Ichigo juga sama seperti Rukia, menggoda Orihime dengan pertanyaan mengenai Ulquiorra. Karena tidak mau ambil pusing Orihime langsung berpamitan pada pasangan pengantin itu dan pulang menuju apartemennya.
Keesokan harinya Orihime sedang berjalan-jalan santai menuju toko buku yang terletak tidak jauh dari apartemennya. Setelah selesai bekerja dia memang suka pergi ke toko buku. Disana Orihime langsung menuju ke bagian buku-buku mengenai administrasi.
"Hmm...Kira-kira lebih cocok buku yang mana?" gumam Orihime sambil melihat ke rak-rak buku. Mata abu-abunya terhenti pada salah satu buku yang menarik perhatiannya, mengenai hubungan management yang bersampul kecoklatan. Orihime berusaha meraihnya tapi dia tidak sampai. "Wah...Tinggi sekali, aku tidak sampai."
Baru saja Orihime selesai mengeluh karena tidak bisa mengambil buku yang dia inginkan tiba-tiba ada seseorang yang memberikannya. Orihime kaget dan segera melihat seseorang di sampingnya, dan betapa terkejutnya dia orang itu adalah...
"Ulquiorra..." gumam Orihime.
"Kau menginginkan buku ini kan?" tanya Ulquiorra sambil memberikan buku itu pada Orihime.
"Te...terima kasih," ujar Orihime sambil menerima buku yang diberikan Ulquiorra. "Ngomong-ngomong Ulquiorra kenapa kamu ada disini?"
"Memangnya tidak boleh aku kesini, onna."
"Boleh kok..."
Ulquiorra melirik ke samping rak buku management itu, buku mengenai hukum. Ulquiorra segera mengambilnya dan memperlihatkannya pada Orihime.
"Aku mencari ini." ujar Ulquiorra.
"Wah...Kau suka tentang hal berbau hukum seperti itu?" tanya Orihime.
"Itu kan pekerjaanku."
"Eh?"
Sementara Orihime sedang terbengong-bengong Ulquiorra berjalan meninggalkannya. Ulquiorra segera menuju kasir untuk membayar buku yang dia beli. Orihime langsung menyusl Ulquiorra yang berada di antrian kasir.
"Tunggu Ulquiorra," ujar Orihime. "Kamu kan belum jawab pertanyaanku."
"Apakah harus, onna? Aku rasa aku akan menjawabnya nanti."
"Eh?"
Orihime kembali dibuat bingung oleh Ulquiorra. Orihime berfikir Ulquiorra terlalu menyukai berbuat sesuai kehendaknya. Setidaknya itu yang Orihime ketahui saat pertama kali bertemu dengannya.
"Setelah ini kau ada waktu?" tanya Ulquiorra.
"Ada. Kenapa?" Orihime balik bertanya pada Ulquiorra.
"Kau mau kalau kita ke cafe dulu, aku akan menjawab pertanyaanmu tadi."
"Benarkah? Aku mau!"
.
.
.
Orihime merasa senang karena bisa bersama dengan Ulquiorra lebih lama. Setelah mereka berdua membayar buku yang mereka beli, mereka menuju cafe. Cafe yang nuansanya sangat unik karena bertema layaknya restoran Inggris. Orihime dan Ulquiorra segera masuk ke cafe dan mencari tempat duduk yang berada paling pojok di cafe ini.
"Disini suasananya lebih tenang." ujar Orihime.
"Kau benar." sambung Ulquiorra.
Tidak lama datanglah seorang waiter yang melayani mereka berdua. Mereka pun segera memesan makanan mereka. Setelah sang waiter mengulang pesanan mereka, waiter itu segera pergi dan mereka berdua langsung bercerita.
"Jadi apa jawabannya?" tanya Orihime penasaran.
"Masalah yang tadi ya?" tanya Ulquiorra memastikan. "Aku seorang pengacara yang bekerja kalau aku mau."
"Kalau kau mau?"
"Aku tidak mau sembarangan menangani kasus yang gampang. Maka dari itu jika tidak bekerja sebagai pengacara, aku bekerja di kantor."
"Tampaknya kau sibuk sekali."
"Biasa saja."
Tidak lama kemudian sang waiter telah datang membawa pesanan mereka berdua, yaitu chesse cake dan milk tea pesanan Orihime, sedangkan Ulquiorra memesan salad dan milk tea juga. Lalu mereka melanjutkan pembicaraan sambil sesekali menikmati makanan yang mereka pesan.
Tanpa Ulquiorra sadari Orihime daritadi mengawasinya. Dilihat dari rambut hitamnya, mata emerald hijau itu dan semua yang ada di diri Ulquiorra. Bagi Orihime Ulquiorra itu unik. Tampaknya Ulquiorra menyadari Orihime sedang menatapnya dan sekarang dia juga meanatap Orihime.
"Kenapa memperhatikanku seperti itu, onna?" tanya Ulquiorra.
"Eh tidak kok..." elak Orihime dengan wajah sedikit memerah.
Ulquiorra heran kenapa gadis yang dihadapannya ini wajahnya gampang sekali memerah, tapi Ulquiorra tidak terlalu memikirkannya. Dan yang baru saja dia pikirkan Orihime terlihat manis jika seperti itu.
'Apa yang kupikirkan?' batin Ulquiorra.
Tiba-tiba Orihime bangkit dari tempat duduknya. Ulquiorra sempat kaget melihat Orihime yang tampaknya akan pergi itu.
"Aku pulang dulu ya, Ulquiorra." ujar Orihime.
Benar seperti dugaan Ulquiorra, Orihime mau pulang. Ada sedikit kekecewaan di hati Ulquiorra. Tapi dia sendiri bingung, kecewa karena apa? Ulquiorra hanya mengangguk pelan dan Orihime berjalan meninggalkannya sendiri di cafe itu. Ulquiorra memandang ke arah jendela luar yang menampakkan langit yang hampir gelap.
'Apa dia baik-baik saja?' batin Ulquiorra.
Orihime berjalan pulang menuju apartemennya, langkah kakinya dipercepat karena sekarang sudah malam. Dia memang biasa pulang malam jika sedang bekerja, tapi karena satu-satunya jalan menuju apartemennya jika dari cafe tadi hanya ada satu dan jalan itu sangat kecil, Orihime berusaha secepat mungkin sampai di apartemennya.
Dan sejak tadi Orihime merasa ada seseorang yang mengikutinya, dia berhenti berjalan dan menoleh ke belakangnya. Tidak ada siapa-siapa di sana, hanya beberapa lampu penerang jalan dan satu mesin kopi otomatis.
"Hanya perasaanku saja ya." gumam Orihime.
Lalu dia meneruskan perjalanannya dan kali ini dicegat oleh seorang pria tinggi besar dengan wajah yang terlihat menakutkan. Pria itu langsung menarik tangan Orihime. Orihime panik, wajahnya terlihat ketakutan.
"Wah, wah...Ada seorang gadis jalan sendirian saja," ujar pria itu sambil menggoda Orihime. "Daripada sendirian lebih baik ikut aku saja."
"Tidak!" seru Orihime sambil berusaha menarik tangannya dari pria itu. Tapi tidak bisa karena pria itu mencengkram tangan Orihime cukup kuat. Pria itu memojokkan Orihime di dekat tembok dan Orihime sekarang benar-benar ketakutan. "Tolong!"
Orihime langsung memejamkan matanya dan tiba-tiba dia mendengar suara tubuh seseorang jatuh. Dengan perlahan Orihime membuka kedua matanya dan melihat sosok pemuda berambut hitam di hadapannya dan dibawahnya adalah pria yang tadi mengganggunya.
"Ulquiorra!" seru Orihime senang.
"Ada gunanya juga aku mengikutimu, onna." ujar Ulquiorra datar.
"Terima kasih... Lagi-lagi kau menolongku."
"Tidak apa-apa."
Mereka berdua segera pergi dari tempat itu dan menuju tempat lain yang lebih terang. Dan suasana hanya hening, tidak ada seorangpun yang berbicara.
"Mau kuantar pulang?" tanya Ulquiorra tiba-tiba.
Entah kenapa Orihime merasa senang, dengan cepat Orihime menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Ulquiorra.
"Aku mau." ujar Orihime cepat.
Lalu Ulquiorra mengantar Orihime pulang. Tapi selama di jalan mereka berdua tidak berbicara sama sekali, hanya keheningan malam yang menemani mereka. Mereka hanya bicara jika Ulquiorra menanyakan dimana apartemen Orihime.
Tidak lama mereka telah sampai di apartemen Orihime, apartemen yang tidak terlalu luas tapi cukup jika hanya tinggal sendiri saja.
"Terima kasih sudah mengantarku." ujar Orihime malu-malu.
"Sama-sama. Selamat malam, Orihime." ujar Ulquiorra dan dia berjalan pulang meninggalkan Orihime.
Jantung Orihime berdetak kencang, Orihime buru-buru masuk ke dalam apartemennya dan berdiri di depan pintu masuk. Orihime masih bisa merasakan jantungnya berdetak cepat, apalagi tadi Ulquiorra memanggil namanya. Itu pertama kalinya Ulquiorra memanggilnya seperti itu.
Orihime tersenyum sendiri mengingat semua moment-nya dengan Ulquiorra. Ini adalah kedua kalinya mereka bertemu dan dalam waktu yang cukup lama. Orihime merasa senang bisa bertemu Ulquiorra, wajahnya tiba-tiba saja memerah.
"Mungkinkah..." gumam Orihime.
Keesokannya Orihime berangkat kerja dan bekerja seperti biasa. Rutinitas kerja mulai memanggilnya kembali dari ingatannya mengenai Ulquiorra itu. Dan mungkin karena hal itu Orihime lebih bersemangat hari ini.
"Wah Inoue, kamu semangat sekali hari ini." ujar Rukia yang juga rekan kerja Orihime.
"Iya." ujar Orihime sambil tersenyum.
"Pasti ada kejadian yang menyenangkan."
"Hehe..."
.
.
.
Sepulang kerja Orihime ingin kembali ke cafe itu sekedar untuk bersantai. Tapi ada sesuatu yang mengejutkannya, dia melihat Ulquiorra disana.
'Apakah ini kebetulan?' batin Orihime senang.
Orihime tidak percaya bisa bertemu lagi dengan Ulquiorra. Dia ingin segera memasuki cafe itu tapi mata abu-abunya melihat ada seseorang di samping Ulquiorra, seorang gadis. Gadis berambut hijau yang sesekali tersenyum di dekat Ulquiorra.
Entah apa yang Orihime rasakan sekarang. Cemburu? Iya, mungkin seperti itu. Orihime hanya melihat dari kejauhan dan dia ingin memastikan apa yang dilihatnya.
'Akan kuikuti dia.' batin Orihime sambil melangkahkan kakinya menuju cafe itu.
TBC
A/N: Segini dulu minna...
Akhirnya aku bisa bikin fic multichap UlquiHime lagi.
Semoga fic ini lebih baik dari yang dulu.
Dan seperti biasa ditunggu reviewnya...^^
