[Antagonist]

NCT belongs to themselves

"Antagonist" belongs to Lexa Alexander

Main Pair: Lee Taeyong x Ten Chittapon Leechaiyapornkul

Other Pair: Jung Jaehyun x Kim Doyoung

Johnny Seo x Moon Taeil


Ten menikmati perannya sebagai tokoh antagonis di kehidupan orang lain. Tertawa di atas penderitaan orang lain, memaki, mengumpat tentang betapa tidak bergunanya hal-hal yang dianggapnya tidak berguna, dan juga menjadi panutan anak-anak lain untuk melakukan hal yang sama. Dirinya merasa bangga saat orang yang menjadi targetnya tidak bisa melakukan hal yang lebih baik darinya, memasang wajah puas ketika melihat orang yang tidak disukainya memasang wajah putus asa, dan tertawa dengan senyum miring yang terlihat menyebalkan di mata orang lain.

Permainan ini memang menyenangkan.

Dewi Keberuntungan selalu berada dipihaknya. Dia tidak membiarkan Ten menikmati semuanya sendirian. Ada Taeyong, yang juga sama jeleknya seperti dirinya –sedikit lebih kejam karena keputusasaan orang-orang selalu membuatnya bahagia. Taeyong selalu mendukungnya, menasihatinya saat dia butuh nasehat, dan memberinya semangat kala dirinya jatuh. Taeyong selalu ada di saat tersulit dalam hidupnya, dan Ten akan selalu ada untuk Taeyong. Mereka adalah dua dalam satu –tidak akan ada Taeyong kalau tidak ada Ten, dan sebaliknya.

"Permainan dimulai." Wali Kelas mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dengan hiasan sulur berwarna biru, dan di bagian depannya terdapat logo spade biru berkilauan. "Kelas 3-Spade, dengan jumlah siswa 14. Hari ini kalian akan mengulangi permainan yang sama dengan tahun kemarin. Jangka waktunya mulai besok sampai tahun ajaran baru."

Taeyong melirik Ten, tersenyum miring. Masih ingat tahun lalu Taeyong menjadi Jack dan Ten menjadi Queen, dengan Jaehyun sebagai King –Jaehyun adalah teman dekat mereka, anak pendiam yang menjadi incaran gadis-gadis di seluruh sekolah. Pelayan pribadi Taeyong sejak kecil. Baik Ten maupun Taeyong tidak banyak tahu tentang apa yang ada dalam pikiran Jaehyun, dan tidak mau tahu. Yang jelas, Jaehyun tidak pernah membantah Tuan Muda-nya. Juga Taeyong, walaupun Jaehyun adalah pelayan pribadinya, dia tidak pernah memperlakukan Jaehyun secara semena-mena. Ten masih tidak tahu kenapa Jaehyun bisa sangat setia pada Taeyong –mungkin karena dia selalu diperlakukan secara manusiawi, atau karena Taeyong selalu memperlakukan Jaehyun layaknya temannya sendiri (hampir seperti saudaranya)? Ten pun sempat terpikirkan, apa Jaehyun tidak pernah terbesit untuk memanfaatkan kebaikan Taeyong?

"Wah~ kira-kira, Joker tahun ini siapa, ya?" Ten berbisik pada Taeyong, melirik sahabatnya dengan senyum miring menyebalkan.

"Si kacamata?" Taeyong menunjuk siswi yang duduk di barisan paling depan, terlihat rajin dengan seragam rapi dan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya.

Ten tertawa pelan, "Kalau aku sih, inginnya yang sedikit tidak biasa," katanya, mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas, "seperti, dia." Jemari Ten menunjuk seseorang, dan saat Taeyong tahu siapa yang ditunjuk sahabatnya, dia tertawa, mengangguk menyetujui.

Obrolan keduanya terhenti karena Wali Kelas yang mulai mengedarkan kotak sembari berbicara tentang hal-hal yang berkaitan tentang permainan. Seperti, peran kartu As dan nomor dua, atau peran kartu nomor enam dan lain sebagainya.

Taeyong mengambil satu amplop hitam dengan simbol spade biru di sudut kanan atas –amplop berisi selembar kartu yang belum diketahui. Tiap anak mengambil satu, dan di saat yang ditentukan, mereka akan membukanya secara bersamaan. "Aku percaya Dewi Fortuna masih berpihak padamu, Ten." Taeyong melirik temannya yang terlihat tidak sabar membuka amplopnya.

"Oh?" Ten meringis, "Dewi Fortuna tidak akan pernah meninggalkan peran antagonis seperti kita." Laki-laki dengan kardigan rajut merah muda itu tertawa, kemudian mengalihkan tatapannya pada Jaehyun yang duduk di bangku belakang, "Menurutmu, kau mendapat kartu apa, Jaehyun?" tanyanya.

"Joker."

Taeyong dan Ten tertawa, "Pangeran sekolah adalah seorang Joker dari kelas Spade. Lucu sekali. Aku menantikan saat-saat menjahilimu, Jae. Aku ingin melihat ekspresi lain selain wajah datarmu." Taeyong menepuk bahu Jaehyun –kalimatnya yang panjang itu hanyalah candaan semata, walaupun kalau Taeyong atau Ten yang mengatakannya tidak akan terlihat seperti sebuah candaan.

Laki-laki dengan cardigan hitam itu mengangguk, "Saya akan memainkan peran dengan baik, Tuan Muda," katanya pada Taeyong, membuat Ten tertawa makin keras.

"Oh, Jaehyun. Kata-kataku tadi jangan dianggap serius." Taeyong tertawa, "Aku bercanda."

Jaehyun hanya mengangguk.

Selesai dengan pembagian amplop, Wali Kelas kembali ke podium dan meletakkan kotak hitamnya. "Baiklah, kalian boleh buka amplopnya."

Tanpa basa-basi, Ten menyobek amplopnya dan mendapati kartu biru spade Queen. "What –oh my, I've got another Queen." Ten mengeluh, lalu tertawa. "What a luck." Tangan kanannya memainkan kartu itu, lalu berbalik dan melihat kartu yang didapat Jaehyun.

"Kau dapat Joker yang kau inginkan, Jae?" goda Ten dengan wajah jenaka.

Yang ditanya menggeleng. "Jack." Jaehyun menunjukkan kartu itu di hadapan Ten.

"Woah –how lucky."

Kelas ribut untuk sejenak, sampai Wali Kelas menepuk tangannya dua kali dan kelas kembali hening. Di papan tulis sudah tertulis 14 peran yang ada –dari King hingga Joker. "Baiklah. Angkat tangan untuk peran yang saya sebutkan." Wali Kelas cantik berambut pirang itu menyiapkan pulpen dan kapur untuk menulis di kertas dan papan tulis. "Who's the King?"

Taeyong –dengan wajah datarnya mengangkat tangan. Membuat Ten membulatkan mata. Tidak disangka Taeyong mendapat kartu King, walau Ten sudah menebak kalau Taeyong akan seberuntung dirinya. Taeyong tidak akan mendapat kartu rendahan –tapi kalau King, apa itu berarti Taeyong harus menjadi pasangannya?

"Queen?"

Ten angkat tangan.

"Jack?"

Kali ini Jaehyun.

Lalu posisi angka lain. Yang masih termasuk high class seperti nomor 10 sang pleaser dan 9 sang wannabe –pengikut setia King, Queen, dan Jack. Lalu middle class, nomor 8 yang memiliki peran sebagai prep –yang harus berperan menjadi anak pintar, kutu buku, dan taat aturan– (Ten tertawa saat tahu kalau yang mendapat nomor 8 adalah Taehyung, si begundal yang rankingnya selalu menengah kebawah), nomor 7 sang messenger –yang nantinya harus berperan sebagai yang menjalankan tugas, mengatur segalanya untuk King, Queen, dan Jack–(Jungkook sempat menghela nafas karena nantinya dia akan kerepotan), dan nomor 6 sang slacker –berperan layaknya idiot, bodoh dan selalu aneh– (Taeyong dan Ten tertawa karena Yoongi mendapat peran merepotkan yang satu ini, karena Yoongi adalah anak jenius dengan tingkat kecerdasan yang tidak bisa diremehkan, dan harus berperan sebagai anak bodoh selama setahun). Lalu low class, kartu nomor 5 yang didapatkan oleh Irene berarti geek –dimana Irene harus berperan sebagai orang yang fanatik dan maniak akan sesuatu–, nomor 4 yang didapatkan oleh Chan bearti goth –yang berarti Chan harus mengenakan pakaian serba hitam–, dan nomor 3 yang didapatkan Seulgi (si anak berkacamata) berarti brain –Seulgi harus berperan menjadi orang yang sangat egois, suatu sifat yang sangat berkebalikan dengan sifat aslinya yang selalu mengalah kepada siapapun–.

Taeyong menghela nafas, melihat Taeil –sang pleaser– yang sedang cengar-cengir sembari menunjukkan kartu padanya. Tatapannya kurang lebih berarti, "Tahun lalu aku dapat wannabe, dan tahun ini tidak beda jauh."

Lalu Doyoung, teman dekat Jaehyun yang mendapat kartu wannabe. Sama-sama pendiam dan tidak banyak bicara –dan sama populernya. Taeyong sempat berpikir bagaimana bisa dua orang yang sama-sama irit bicara itu bisa menjadi teman dekat dan menjaga komunikasinya satu sama lain.

Taeyong kembali memperhatikan Wali Kelasnya. Dua orang yang cukup beruntung karena berada di luar hierarki –yang mendapat kartu nomor 2 dan kartu As.

Bobby –yang mendapat kartu nomor 2 (floater) dan harus berperan layaknya orang aneh, eksentrik. Dan yang mendapat kartu As atau kartu bad boy dan berperan layaknya begundal adalah Mingyu –yang jelas-jelas kesehariannya berpakaian rapi layaknya anak seorang pengusaha besar.

Bobby, di pojokan sana menghela nafas. Tidak terima harus berperan menjadi orang aneh. Juga harus rela mengubah penampilannya yang seperti idol menjadi serba amburadul.

"Dan terakhir," kalimat Wali Kelas menggantung. Baris paling bawah yang masih kosong bertuliskan Joker belum terisi. 13 anak yang namanya sudah tertulis di papan tulis mendadak diam, membuat seisi kelas menjadi hening, mencekam. 13 pasang mata langsung menatap seorang siswi yang duduk di bangkunya yang berada di tengah, sedang menunduk. Tangannya gemetar saat diangkat, benar-benar ketakutan dan cemas. Berharap apa yang terjadi pada dirinya adalah tipuan.

"S-saya ... Joker."

Park Serim, merasakan 13 teman sekelasnya sedang tersenyum miring dan merencanakan berbagai siasat di kepala mereka –untuk satu tahun.


Next?


Hola! Lexa disini!