Beyond Blood
Author: SheilaLuv
Disclaimer: Death Note adalah properti Ooba Tsugumi dan Obata Takeshi. Saya hanya memiliki plot dan sekelumit imajinasi.
Summary: Mereka rela menjalani dinamika sebagai satu keluarga, meskipun hubungan darah bukanlah faktor utama. AU.
Dedicated to my dear sista, HalfMoon-Smile. Sista, you've been inspiring me since the very beginning; you've been supporting me through these years. Please find your happiness, I know you deserve it. Stay as you are, for I won't have you any other way. I love you, sis! *hugs*
Enjoy!
*1 – Comfort
Mello, Matt, dan Near memang tidak memiliki seorang ibu, namun itu bukanlah hal yang patut dirisaukan. Mereka mempunyai dua figur ayah yang hebat, dan kenyataan itu mampu memberikan kenyamanan tersendiri tatkala ketiganya harus berhadapan dengan terjangan prasangka dari dunia luar.
*2 – Kiss
Rutinitas yang paling disukai L sebelum menutup lembaran hari adalah mencium Mello, Near, dan Matt dengan penuh kasih di kening sambil berkata selamat malam dan mimpi indah, sebelum akhirnya mengguratkan satu kecupan sarat afeksi untuk Raito, yang kemudian balas mendekapnya erat, menyatukan gelora sensasi dan gairah yang berkobar, membubung tinggi bagai nyala api abadi.
*3 – Soft
Dibalik sikap tegas dan watak keras kepalanya, L tahu Raito menyimpan kelembutan yang tiada tara untuk keluarga mereka. Dia tak pernah absen melatih Matt bermain sepak bola setiap akhir pekan tiba dengan arahan yang tepat guna, selalu bersedia menjadi sparing partner bagi Mello yang keranjingan mempraktekkan teknik judo yang dipelajarinya di dojo, serta menghabiskan jam demi jam untuk berlaga intelektualitas dengan Near yang—demi Tuhan, sejak kapan dia berkembang secepat itu?—telah mewarisi kecintaannya akan catur, shogi, dan go.
*4 – Pain
Berbaring telentang dengan kepala disangga tumpukan bantal karena demam, Matt bersyukur rasa sakitnya kian mereda, tak lain karena Mello sibuk mengompres serta memberinya obat dengan kesungguhan penuh arti, sementara Near dengan sabar menyuapinya semangkuk bubur hangat beraroma rempah-rempah. Wangi, menggugah selera, membuatnya merasa terlindungi dan terjaga seutuhnya.
*5 – Potatoes
Ritual menonton film sembari duduk-duduk santai di sofa belumlah lengkap tanpa beberapa bungkus keripik kentang, lima kaleng minuman ringan, serta kesamaan visi dan misi: kita akan melibas tuntas semuanya malam ini!
*6 – Rain
Langit yang muram tak lagi membuat Matt dan Near murung ketika mereka mendapati Mello berlari-lari menjemput keduanya di halte bus, tangannya menggenggam payung penangkal derasnya air hujan, menjanjikan perlindungan serta kehangatan di tengah rasa dingin yang menusuk tulang.
*7 – Chocolate
"Siapa yang berani-beraninya menghabiskan jatah cokelatku?" pekik Mello berang suatu hari, amarahnya mendidih. Dibimbing oleh naluri, serentak Raito, Near, dan Matt mengalihkan pandangan kepada L yang langsung memulas senyum inosen sebagai usaha untuk membela diri. Bukankah sudah terbukti, lebih baik mencegah daripada mengobati?
*8 – Happiness
Abstrak bentuknya, tak dapat diraba, luapan rasa yang melampaui perbendaharaan kata, mozaik takdir dua insan yang telah hidup bersama terlengkapi sudah dengan hadirnya tiga balita mungil, tampak ringkih terbalut baju hangat, tangan-tangan lembut menggapai-gapai wajah kedua orangtua asuh yang saat itu menggendong mereka pulang di suatu malam musim dingin lama berselang. Celotehan riang mengalir jernih layaknya gemericik air, dan ketika ketiganya membenamkan tubuh penuh kehangatan itu di lengan-lengan Raito dan L yang kukuh merengkuh, mereka berjanji dalam diam untuk melakukan yang terbaik. Disokong kasih dari dua hati, eksistensi malaikat-malaikat kecil ini tak akan pernah tersia-sia.
*9 – Telephone
"Terima kasih atas bantuanmu, Watari," ucap L dengan tulus via telepon kepada sahabatnya, seorang dermawan sekaligus pemilik panti asuhan Wammy's House yang telah bersedia membantu mereka mengurus prosedur adopsi. "Anak-anak ini akan aman berada di tangan kami."
*10 – Ears
Kediaman mereka tak lagi sunyi senyap, karena sekarang tawa, tangis, dan ocehan-ocehan polos bergaung di udara, menyambangi telinga, membuat Raito dan L semakin antusias menanti masanya anak-anak mereka tumbuh, berkembang, berjalan, berlari, berpetualang mencari jati diri di bawah bimbingan keduanya sebagai orangtua.
Author's Note: Wah, akhirnya bisa kembali lagi ke sini! Gundam 00 benar-benar menyita perhatian selama beberapa bulan terakhir, tetapi saya tidak bisa meninggalkan Death Note begitu saja. Fandom ini pun semakin ramai, namun situasinya tetap damai, ya. Senang sekali rasanya.
Segala bentuk tanggapan yang positif senantiasa ditunggu via review. Terima kasih atas atensinya, dan sampai jumpa di chapter selanjutnya!
