NUMBER 9 (Chapter 1)

Author : Coldwarm

Cast :

-Kim Jongin

-Do Kyungsoo

-etc.

Main pair : KaiSoo, ofc kekeke~

Genre : Romance, Sad, Comedy, School Life

Rating : T (maybe)

Length : Chaptered

Warning : This is Shounen-ai/BoyxBoy/BoysLove FF. Jadi yang gasuka, gabaca FF ini juga gapapa kok. Tapi kalo suka, ya syukur Alhamdulillah lah kkk. Ada pembantaian karakter juga disini, jadi ada yang bakal dinistain, tapi niatnya canda doang kok, suer.

Inspired by : Pas lagi baru nyampe rumah langsung keinget lagu T-ara yang No. 9 terus keinget sama Kyungsoo. Aduh nak sini Cold cubit /plak

Annyeonghaseyo, joneun Coldwarm imnida! ^^ Panggil aja Cold hehehe.

Ini ff yaoi pertama yang Cold kirim ke FFn. Meskipun sering mantengin FFn, nyari FF-FF keren, tapi sayangnya Cold SiDers. Aduh Cold buka aib wkwkwk. Tapi kalo buat Cold, Cold itu terbilang newbie ekekek.

Jujur, Cold sekarang lagi demen sama FF EXO yang BL kayak gini, ato bisa disebut yaoi lah. Paling suka ChanBaek couple lah ASEK ASEK JOS /koprol di depan ChanBaek/ /dilempar bakiak sama ChanBaek/. Sekarang aja banyak FF-FF keren yang kebanyakan yaoi. Tapi sesekali Cold suka baca FF straight sih, sesekali._.

Kali ini aku mau nyoba sesuatu yang 'beda' daripada sekedar baca FF yaoinya sama jadi RP yaoi. Bikin FF yaoinya. Greget ga tuh? /apa. Berhubung ini semenya bias utama Cold, jadi pengen nyobain hehe :D

Yaudah, daripada keterusan curcol, mending capcus yuk ah! Happy reading ^^

***9***

Namja itu mengernyitkan dahinya ketika surat beramplop putih itu ada di lokernya, lagi. Ketika ia hendak berganti baju dan mengambil bajunya, terselip amplop putih dengan lis abu-abu disana. Sudah ketiga kalinya. Kemarin lusa, kemarin, dan hari ini, ia—Kai selalu mendapat surat beramplop sama seperti sebelumnya. Namun dengan kertas dan isi yang berbeda.

Dear, Kim Jongin.

Apakah kau mengenaliku? Kurasa tidak ehehehe.

Tapi… TKFKDGO. Awas kalau tidak, kkk.

By the way… Seksi sekali kulit hitammu itu saat di lapangan tadi wehehehe.

FIGHTING!

-9-

"Surat ini lagi." Kai mengeluh ketika selesai membaca surat singkat itu, lalu menghela nafasnya. TKFKDGO? Kode macam apa itu? Batinnya.

Namja berkulit tan itu bersandar pada lokernya, masih memegangi surat itu. Niatnya semula berubah, dari mengganti baju dan malah sekarang jadi merenung. Baju rugby yang sudah ia lepas tadi membuatnya kini bertelanjang dada, berkeringat. Dan ia yakin bahwa jika para fansnya melihat pemandangannya yang seperti ini akan segera mengabadikan momen ini dengan kamera masing-masing, tiba-tiba saja muncul di hadapan Kai yang melongo seperti orang bodoh.

Untung saja pelatih Choi kini melabeli bagian depan pintu ruang ganti tim rugby sekolah dengan tulisan 'HANYA PEMAIN, PELATIH, MANAJER, DAN CLEANING SERVICE KHUSUS YANG BOLEH MASUK. JIKA TIDAK BERKEPENTINGAN, TUBUHNYA DIPASTIKAN AKAN REMUK BESOK!'. Pelatih muda berkumis itu kesal jika fans Kai itu mengganggu pemain terbaiknya itu sampai di ruang ganti sehingga memutuskan untuk membuat tulisan seperti itu di atas plat batu hitam, tentunya dengan tulisan emas timbul, dan tandatangan dari pelatih Choi juga Kai, selaku pemain terbaik sekaligus pihak yang terganggu.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARGH!"

Dan di ruangan ini, semuanya memandanginya dengan tatapan curiga. Pikiran mereka masih menerka-nerka. Apa si pemain terbaik itu punya masalah dengan pelatih sehingga 'mengamuk' seperti itu? Tapi setahu mereka, Kai dan pelatih Choi merupakan pasangan pelatih-murid paling rukun seantero Hyundai High School, bahkan mengalahkan Seohyun dan si guru vokal Changmin yang menyandang predikat itu sebelumnya.

Lalu?

Apa gerangan dengan Kim Jongin?

Kai?

Si Hitam Dekil ya?

Apa si Hidung Tenggelam yang dimaksud?

Yang punya bibir setebal roda truk itu?

Yang sok seksi itu?

Yang narsisnya tidak ketulungan itu?

Ups, tapi memang begini kenyataannya. Semua pemain rugby Hyundai setuju dengan hal ini. Salah satu yang mereka herankan, seluruh yeoja sesekolahan ini sangat mengidam-idamkan Kai. Apa istimewanya seorang Kim Jongin? KIM JONGIN? K-I-M-J-O-N-G-I-N. Siswa kelas 11A Hyundai High School yang selalu dielu-elukan para yeoja, juga namja yang ke-uke-ukean.

Karena predikat pemain terbaik? Memang, Kai merupakan pemain rugby terbaik di Hyundai High School. Permainannya menakjubkan, menegangkan, mengasyikkan, sekaligus dapat membuat siapa saja yang menonton pertandingan tim rugby Hyundai pastilah terkesima dan greget dengan permainan Kai. Ini jaminannya, kalau percaya dan membuktikannya kalian bisa mengambil jus melon Hyorin ahjumma di kantin Hyundai secara gratis, itu kata salah satu anonymous, salah satu siswa Hyundai yang tidak mau disebutkan namanya. Tapi hati-hati mengambilnya, siapa tahu salah ambil, ups.

Tapi karena tampang? Apa salahnya tampang Kai? Cukup tampan, cukup. "Jika dilihat dari thedotan gelath," kata Sehun si anak kelas sebelah. Dia tidak bisa melafalkan 's' dengan baik sehingga terdengar seperti 'th'. Harap dimaklumi. Meskipun cadel, tapi perkataan si Sehun yang terkesan imut-imut ini menjadi pedoman para pemain rugby yang satu tim dengan Kai.

Yang jadi pertanyaan sampai saat ini… Mengapa orang seperti Kai memiliki banyak fans di Hyundai? Bahkan yeoja tercantik seantero Hyundai, si Krystal Jung sampai mendirikan 'KAI FANSCLUB', dan officialnya pun mempunyai ruangan tersendiri. Ini antara pemain yang lain iri dengan kepopuleran Kai, atau hanya ingin berpikir normal seperti untuk tidak memuji tampang Kai. Entah doktrin siapakah yang menyatakan seperti ini, tetapi seriously, Kai tidak cocok disebut tampan. Dan ingat, ini menurut para namja yang menyebut mereka 'masih' waras.

Tapi untuk Kaimaniac—sebutan bagi penggila Kai—bahkan Kai hampir mual karena mendengar sebutan seperti itu, mereka semua berbanding terbalik dengan para namja yang tidak menyukai Kai, meskipun terdapat namja-namja juga yang 'sepertinya' menggilai Kai. Mereka selalu memuji-muji Kai, mengelu-elukan Kai, sampai-sampai Kai bisa terbang menembus atap, jika bisa.

Jika di ruang ganti tim rugby Hyundai, lain lagi ceritanya. Disini pemain rugby yang lain bisa berlaku semena-mena pada Kai. Contohnya membully Kai. Bukannya dengan peraturan 'HANYA PEMAIN, PELATIH, MANAJER, DAN CLEANING SERVICE KHUSUS YANG BOLEH MASUK. JIKA TIDAK BERKEPENTINGAN, TUBUHNYA DIPASTIKAN AKAN REMUK BESOK!' itu para fans Kai tidak bisa membela idolanya? Ini kesempatan bagus, dan terbaik yang dimiliki pemain rugby lainnya.

Chanyeol, sahabat akrabnya yang sudah berganti pakaian menatap namja itu heran. Kebetulan Kai dan Chanyeol adalah teman se-tim, loker mereka pun bersebelahan.

"Kau kenapa?" tanyanya sambil menepuk bahu Kai, seperti rutinitas biasanya. Chanyeol memandang heran pada kertas berwarna hijau yang sedang dipegang Kai itu.

"Surat lagi, lagi, dan lagi…"

"Mana mana?"

Kai langsung menyodorkan surat itu tepat didepan wajah Chanyeol. Dengan seksama, Chanyeol membaca surat yang terbilang singkat itu. Seketika, raut wajah Chanyeol yang penasaran berubah jadi cengar-cengir dan menatap Kai penuh intimidasi.

"Sudah tiga kali secret admirer-mu itu mengatakan bahwa kau itu seksi? BAHAHAHAHA!"

Namja jangkung itu tertawa terbahak-bahak, memukul-mukul lantai, lalu berguling-guling dengan tawanya yang malah mirip ahjussi mesum. Oh, apa yang sedang kau tertawakan Park Chanyeol, seruangan itu, mereka semua melihatmu. Tapi urat malu Chanyeol sepertinya sudah putus. Ia kelewat bahagia menertawakan Kai.

"Roll like a buffalo, whoops they already know." Kai memutar bola mata lalu me-rap sedikit bagian lagu Kris, rapper terkenal dari Kanada itu untuk menyindir sahabat nistanya ini. Dan lirik dari lagu ini—Two Moons sangat cocok sekali untuk keadaan Chanyeol saat ini. Chanyeol memang seperti kerbau, memang.

Beberapa menit kemudian, si Park-Gigi-Rapi-Seperti-Kawat-Pagar-Rumahku—begitul ah Kai menjuluki sahabatnya ini akhirnya berhenti tertawa. Ia berdiri, berusaha menahan tawanya. Airmatanya menggenang di pelupuk matanya. Bukan karena sedih, tapi karena menertawakan Kai.

Kai berdecak kesal, memelototkan matanya, dan berkacak pinggang. "Apanya yang lucu, Park Gigi Rapi?"

"Secret admirer-mu itu memujimu bahwa kau itu seksi dengan kulit hitammu, itu bohong besar!" Suara Chanyeol menggelegar di ruang ganti dengan ekspresi wajah aku-baru-tahu-bahwa-kau-berbohong-tentang-kucingku -yang-menikah-dengan-anjingmu, lalu tertawa lagi. Kalau saja Chanyeol bukan sahabatnya dan di ruangan itu bukan hanya ada dia seorang, mungkin Kai akan menyumpal mulut lebar Chanyeol dengan tank.

Anehnya, pemain yang lain justru ikut tertawa dan berguling-guling seperti Chanyeol. Kalau diibaratkan semacam flashmob. Wajah Kai sudah memerah menahan malu yang meluap-luap di dalam dirinya.

"Yak! Aku hanya…" Kai berusaha menyanggah fitnahan Chanyeol, tetapi langsung diserobot oleh si pengejeknya tadi.

"Berkulit hitam!"

Kai melempar bola rugby di lokernya ke arah Chanyeol, membuat kepala namja itu menjadi korban sasaran bola rugby Kai yang diberi nama Yundo. Chanyeol hampir terjungkal ke belakang. Dan sukses membuat semuanya terdiam.

"ADAW!"

Kai tertawa terbahak-bahak. "Mianhae, tapi orang seksi sepertiku itu seharusnya disebut berkulit tan!"

"Terserah, adaw!" Chanyeol tampaknya menyerah untuk mengejek Kai, jika bukan karena lemparan rugby Kai yang menyakitkan itu. Sampai-sampai kepala Chanyeol sakit dan pusing, lalu terhuyung karenanya.

Kai ber-smirk ria, menyampirkan surat itu di lokernya, lalu mengganti bajunya untuk bersiap pulang.

***9***

Jam pelajaran keempat sudah selesai. Siswa Hyundai berbondong-bondong keluar dari kelas, tidak terkecuali Kai. Pelajaran sejarah Son sonsaengnim yang sangat membosankan itu membuatnya menguap lebar berkali-kali. Dan istirahat merupakan hal yang menyegarkan sekali setelahnya.

Kai menuju lokernya, membuka pintu besi berwarna abu itu, dan lagi-lagi ada amplop putih berlis abu di sana. Amplop yang sama namun isi suratnya berbeda. Sudah seminggu ia menerima surat seperti ini. Sengaja ia koleksi sembari menebak-nebak siapa yang mengirim surat seperti ini. Yang selalu ia temukan di lokernya baik loker sekolah ataupun loker di ruang ganti.

Ia membuka amplop yang tidak dilem itu. Di dalamnya terdapat kertas kuning. Ia membuka dua lipatan dari kertas itu, dan tulisan agak besar tapi rapi itu berada di hadapannya kini.

Dear, Kim Jongin.

Lucu sekali melihatmu menguap saat pelajaran tadi.

Son sonsaengnim membosankan sekali, bukan? Kkk~

Tetaplah semangat!

-9-

Anehnya, Kai tersenyum seusai membaca surat itu. Biarpun sosok pengirimnya misterius, hanya melambangkan dirinya dengan angka 9, tapi ia selalu menyemangati namja itu. Kai seperti mendapat suntikan motivasi dari sosok misterius itu. Padahal beberapa hari sebelumnya, ia mengeluh dan 'hampir' mengamuk karenanya.

"Orang ini…" gumamnya. Ia menyampirkan surat itu dalam map-nya, mengabaikan surat dari para fans-nya yang sangat banyak itu, lalu segera menuju kantin sambil tersenyum-senyum sendiri.

Kaimaniac yang dipimpin oleh Krystal itu tercengang, lalu menggigit kuku mereka saat melihat pemandangan 'menyakitkan' tersebut.

"Kyaaaaa, beruntung sekali orang itu!" Pekikan Krystal itu diamini oleh Kaimaniac lainnya yang juga ikut memekik, antara senang dan iri dengan orang yang suratnya disimpan oleh Kai. Krystal yang terang-terangan memberikan surat itu pada Kai saja tidak diterima suratnya. Mengapa orang itu yang menaruh surat itu diam-diam justru disimpan oleh Kai? Apanya yang spesial?

Pasukan Kaimaniac segera bergerak menuju kantin untuk menghampiri pangeran mereka, Kim Jongin alias Kai. Sampai-sampai kantin penuh oleh mereka yang berjumlah puluhan. Tidak, sebenarnya tidak pantas disebut puluhan, karena jumlahnya sudah seratus orang, mungkin lebih karena Kai tak mungkin sempat menghitungnya. Tetapi Chanyeol yang sempat mencuri-curi kesempatan untuk membaca data para Kaimaniac mengatakan bahwa anggota aktifnya sudah mencapai 150 orang. Fantastic beibeh.

"KYAAAAAAAAAAA, KAAAAAAAAAAI!"

Pekikan khas Kaimaniac itu membuat Kai mengangkat kepalanya. Teman-teman se-gengnya memutar bola mata sambil mendesah pasrah.

"Maniak-maniak itu lagi." Chen, Chanyeol, dan Suho bergumam sedih.

Kai mengangguk pelan. Disamping senang mempunyai fans yang banyak dan selalu memujanya, perasaan risih juga menyergapnya. Seolah-olah ia tak punya privasi sama sekali. Bahkan kantin itu terasa sesak dan pengap karena mereka.

"Annyeong!" Si ketua Kaimaniac, Krystal tampak bersemangat menyapa 'pangeran' para Kaimaniac.

"E-eh annyeong," balas Kai santai sambil tersenyum tipis. Yang terdengar kemudian adalah jeritan para Kaimaniac yang melihat senyum Kai. Oh, bahkan senyuman tipis saja bisa membuat mereka menjerit, apalagi jika ia tersenyum manis.

Dan ini saatnya Kai bersikap cool sekaligus tebar pesona untuk melayani para fansnya, membuat teman-temannya sweatdrop.

Tanpa disadari Kai, dari kejauhan, sosok itu tersenyum memandangi Kai yang terlihat bahagia.

"Syukurlah…"

***9***

Sudah genap sebulan Kai menerima surat beramplop putih lis abu itu. Jika dikalikan jumlah surat beramplop itu yang ia terima dalam sehari dengan jumlah hari dalam sebulan, maka kurang lebih sudah puluhan surat diterimanya, dan dengan isi yang berbeda pula.

Kai menghempaskan tubuhnya ke kasur sepulang latihan rugby, namja itu masih mengenakan seragamnya. Tasnya ia lempar sembarang. Ia menerawang sambil menatap langit-langit. Tersenyum-senyum mengingat puluhan surat yang ia terima selama sebulan ini. Siapa gerangan pengirim surat itu? Mengapa tulisannya sangat rapi seperti itu?

Noona tertuanya yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya pun tidak ia hiraukan. Kai masih bermain-main dengan pikiran juga imajinasinya tentang si secret admirer. Fantasinya mulai gila ketika membayangkannya. Mungkin saja ia akan me…

"KIM JONGIIIIIIIIIN!"

Ia tertegun ketika mendapati noonanya, Kim Taeyeon berdiri dengan berkacak pinggang di hadapannya kini.

"Melamunkan apa, hm?" tanya Taeyeon lembut, tetapi intonasinya terdengar mengerikan di telinga Kai. Alisnya menukik, matanya yang sipit itu kini menatap namja berkulit tan itu tajam.

Kai bergidik. Ia tidak sanggup berbicara sepatahkatapun ketika berhadapan dengan noonanya yang manis tapi galak itu.

"Cepat mandi, lalu makan malam! Jangan sampai telat atau maag-mu itu akan kambuh!" omel Taeyeon, lalu ia menceramahi Kai dengan rentetan hal lainnya. Kai hanya bisa menganggukkan kepalanya. Selalu seperti ini Taeyeon mengomelinya, dan perihal maag itu memang benar, karena Kai menderita maag sejak kecil yang membuatnya tidak boleh terlambat makan.

"N, ne noona."

Kai menurut saja ketika Taeyeon mengomel, karena ia menganggap yeoja berumur duapuluh tiga tahun itu orang terpenting dan yang paling ia sayangi di hidupnya. Orangtuanya sudah meninggal ketika ia lulus SMP. Sehingga rumah bertingkat dua itu hanya dihuni oleh Kai dan Taeyeon, juga Shin ahjumma, pembantu di kediaman keluarga Kim.

"Baguslah." Taeyeon tersenyum lega, lalu keluar dan menutup pintu kamar namja itu. Hanya tinggal Kai sendiri yang berada disana.

"Aku akan berusaha mencari tahu orang itu…" tekad Kai, lalu tersenyum melirik map kuningnya. Ia bangkit dari kasurnya, lalu membersihkan diri di kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian ia keluar dari kamar mandi. Namja itu terlihat segar dengan wanginya yang maskulin. Lima menit ia habiskan untuk memakai baju, lalu turun ke bawah menuju ruang makan. Tampak Taeyeon yang duduk disana, menungguinya.

Kai berdecak saat melihat bahwa makanan kesukaannya, chicken cordon bleu berada di meja itu dengan garnish yang menawan. Ini wajar, mengingat Taeyeon merupakan seorang chef handal yang bekerja di hotel bintang lima terkenal di Korea.

"Makanlah," suruh Taeyeon.

Kai mengangguk. Ia segera mengambil posisinya, dan yang terdengar kemudian adalah denting garpu dan pisau beradu dengan piring putih lebar. Taeyeon tersenyum memandangi Kai yang memakan masakannya semangat. Sangat nikmat ketika melihat dongsaengnya makan dengan lahap dibandingkan dengan orang-orang biasa yang memakan masakannya.

"Mashita!" Kai mengacungkan jempolnya.

Taeyeon mengangguk. "Gomawo!" Yeoja itu tertawa singkat kemudian.

Giliran Kai yang mengangguk, mengiyakan ucapan terimakasih dari noonanya, kemudian melanjutkan makannya kembali. Denting itu terdengar lagi, dan Kai baru menyadari suasana sangat hening.

"Noona?" panggilnya.

"Ne?" sahut noonanya.

"Emm…" Kai memberi jeda. "Apa boleh aku bercerita padamu?"

"Silahkan."

Kai menghela nafas. "Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya tapi…"

"Apa?" sergap Taeyeon, membuat namja itu menelan ludahnya kasar. Mau tidak mau Kai harus menceritakannya kepada Taeyeon, tapi…

"Mian. Hehe, aku lupa ingin menceritakan apa."

Hanya alasan itu yang dapat dilontarkan Kai, ia malu menceritakan yang sebenarnya. Bukannya ia takut menceritakan perihal surat itu kepada Taeyeon, hanya saja ia ragu. Ini urusan namja dan berkonsultasi dengan yeoja itu tidak membantu—menurutnya.

"Dasar pikun," cibir Taeyeon kemudian.

Kai menghela nafasnya. Biarlah ia yang mencari tahu sendiri. Lagipula ini urusannya, jadi biarkan ia yang bertindak.

Setelah menghabiskan makanannya, ia kembali ke kamarnya. Taeyeon yang heran sempat bertanya mengapa ia secepat itu kembali ke kamar, namun Kai beralasan bahwa ia harus mengerjakan tugas yang harus diselesaikan hari ini juga. Meskipun nyatanya Kai berbohong. Oh, berbohong sesekali itu tidak akan berpengaruh, bukan?

Sesampainya ia di kamar, ia menutup pintunya. Sudah pukul 7 lewat. Kai memilih duduk di kursi biru yang menghadap meja belajarnya. Tergeletak manis map kuning yang selalu ia gunakan untuk menyimpan hal-hal penting. Tangannya yang kekar itu perlahan membuka map itu, lalu mengambil amplop putih berlis abu. Walaupun semua amplop surat itu sama, tetapi Kai tahu yang diambilnya adalah surat pertama yang ia terima dari sang 'secret admirer'.

Dear, Kim Jongin.

Mianhamnida aku mengganggumu lewat surat ini.

Tapi bolehkah aku mengungkapkan kekagumanku padamu?

Sungguh, kau sosok terbaik yang pernah kutemui seumur hidupku.

-9-

Tanggal 12 April saat itu ketika ia menerima surat itu untuk pertama kalinya. Reaksinya adalah shock, ia ingin membuang surat itu tetapi tidak jadi, dan malah ia simpan. Begitu juga dengan surat keduanya. Tetapi untuk surat ketiga, tampaknya ia hampir 'mengamuk' di ruang ganti karena sahabatnya yang menyebalkan itu. Tetap saja surat itu ia simpan, hingga berpuluh-puluh surat ia simpan di dalam map kuningnya.

Ia menghabiskan waktunya membaca semua surat-surat itu berurutan. Si number nine—begitulah Kai menjulukinya, karena untuk menyamarkan dirinya si pengirim memakai angka itu. Hampir di setiap suratnya ia menyertakan dukungannya, kecuali di surat pertama. Tanpa sadar, bibir namja itu membentuk lengkungan manis yang sering disebut senyum. Kai mengeluarkan semua isi map itu, lalu memindahkannya ke toples bekas yang cukup besar. Untung saja toples itu cukup untuk menampung semua suratnya.

"Nah." gumamnya lega.

Namja itu mengambil selembar kertas dan pena hitamnya, lalu menggoreskan tinta pena itu di atas kertas sambil mengingat-ingat isi-isi surat yang ia terima selama ini. Ya, ia akan mengirimi si 'number nine' itu surat. Hitung-hitung saja balas budi karena sudah menjadi moodbooster-nya selama ini.

Dear, Number Nine.

Kamsahamnida, jeongmal kamsahamnida atas surat-suratmu selama ini.

Kau benar-benar menyemangatiku kekeke.

Teruslah seperti ini!

-Kim Jongin-

Kai tersenyum-senyum memandangi surat yang baru saja ia tulis. Ia melipat kertas itu rapi-rapi, lalu memasukkannya ke dalam amplop biru. Dan ia menulis di depan amplop itu 'To: Number Nine' agar si pengirim tidak keliru menentukan suratnya. Semoga saja ia membacanya, harapnya dalam hati.

***9***

Pagi-pagi sekali Kai sudah bangun. Dan kini ia sedang berada di ruang makan, menikmati nasi goreng kimchi buatan noonanya, Taeyeon. Keahlian Taeyeon dalam memasak tidak perlu diragukan lagi, sehingga Kai selalu mengatakan bahwa masakannya amatlah lezat, apapun itu.

"Mashita!"

Dan kali ini Kai memuji noonanya untuk kesekian kalinya. Taeyeon pun membalasnya dengan senyuman, dan ucapan terimakasih untuk dongsaeng kesayangannya karena penghargaan darinya, itu sudah cukup membuatnya bersemangat untuk menjalani hari, begitu pula dengan Kai. Senyuman noonanya yang manis itu tidak ingin ia lewatkan sedikitpun tiap paginya. Ia sangat menyayangi noonanya, apapun yang terjadi.

Beberapa saat kemudian, nasi goreng kimchi Taeyeon ludes dilahap oleh Kai. Namja itu menyandang tas punggungnya dan beranjak dari kursi makannya.

"Noona, aku berangkat dulu!" Kai mencium pipi Taeyeon.

"Hati-hati!" pesan Taeyeon.

Kai mengangguk dan bergegas menuju garasi. Motor ninja merahnya sudah menantinya untuk dinaiki oleh pemiliknya. Alangkah gagahnya ketika Kai mengendarai kuda besi itu. Dengan tegasnya ia meng-gas motor itu dan melaju menuju sekolahnya.

Kai melangkahkan kakinya di sekolah, menuju kelasnya. Di tangannya sudah ada amplop biru yang berisi surat yang ia tulis semalam. Walaupun surat itu singkat, tetapi, ya itulah tanggapan darinya. Dan surat dari 'number nine' itupun juga biasanya singkat, namun tepat pada intinya. Maka dari itu Kai ingin melakukan hal yang sama.

Di perjalanannya, ia singgah sebentar di lokernya, mengambil beberapa buku untuk pelajaran pertama dan menaruh amplop biru itu di atas buku pelajaran paling atas.

"Ayo, kuharap kau akan membacanya, jebal..." harapnya.

Namja itu menutup pintu lokernya perlahan, lalu bergegas pergi ke kelas karena tidak ingin berurusan dengan Kaimaniac pagi ini.

Tanpa Kai sadari, seorang namja bermata bulat sedang mengendap-endap menuju loker Kai. Berjingkat-jingkat seperti seorang pencuri. Perlahan, ia membuka loker itu, hendak menaruh suratnya disitu, namun alangkah terkejutnya ia mendapati sebuah amplop biru itu.

"M, mwo?!"


Segini dulu part 1 nya ekekekek ^^

Mian kalo alurnya kecepetan ya kkk~

Cold undur diri, mohon ya reviewnya sekalian, babai~~ /joget T-ara Number Nine/