(Alpha/Beta/Omega Alternate Universe)

© Rusa Aneh.

I know that it would be me,

the one that you dreamt of.


Semua orang sibuk hilir mudik. Beberapa membawa kain-kain handuk, beberapa lainnya bergotongan membawa ember-ember air. Pagi ini seluruh anggota kawanan dibuat geger atas ditemukannya dua anak serigala, Alpha dan Omega, dengan tubuh dipenuhi darah dan lumpur yang mengering. Taeyong, pasangan dari Leader Pack Alpha Youngho lah yang menemukan mereka berdua di hutan, dekat dengan pemukiman kawanan mereka.

"Cepat! cepat bawa mereka menuju pondokku!" teriak Doyoung. Wajahnya memucat dan dahinya dipenuhi bulir-bulir peluh. Yuta dan Jaehyun mengangguk, lalu segera membopong tubuh anak serigala tersebut menuju pondok Doyoung.

Setelah kedua tubuh mungil itu dibaringkan di ranjang yang berbeda, Doyoung mulai memeriksa seluruh tubuh keduanya. Di mulai dari sang Alpha, yang tubuhnya paling banyak dilumuri darah.

Setelah memastikan sekali lagi, Doyoung menghela nafas lega. Darah kembali mengaliri wajahnya yang pucat pasi. "Mereka baik-baik saja," ujar Doyoung, melapor pada pemimpin kawanan mereka, Youngho. "Tetapi darah yang ada di pakaian mereka. Itu semua darah para pemburu." Taeyong menatap ke arah suaminya dengan tatapan mengiba. "Sebelum ini pasti mereka mengalami peristiwa tragis. Beruntung mereka berhasil bertahan." Youngho mengangguk. Tangannya mengusap wajah pulas penuh damai milik omega kecil berkulit tan tersebut. "Mereka anak-anak yang malang," desah Doyoung sambil menatapi tubuh-tubuh mungil yang tergeletak tak sadarkan diri di atas ranjang sana.

"Minhyung!" pekik Taeyong kepada anak satu-satunya. Bocah lelaki itu menyembulkan kepalanya di samping ranjang tempat dibaringkannya sang omega manis. Mata bulatnya menatap penasaran pada sosok mungil yang terbaring tersebut. "Jauh-jauh dari sana, Minhyungie," ujar Taeyong seraya menjauhkan tubuh anaknya dari ranjang. Ia melihat ke sekeliling dan menangkap basah anak-anak lain, yang sama dengan Minhyung, tengah mengintip dengan mata-mata bulat penuh rasa penasaran. Taeyong menghela nafas kemudian menatap kepada putranya.

"Bawa anak-anak lain bermain bersama di lapangan, oke?" Wajah Minhyung mengerut. "Tapi… Minhyungie ingin lihat," ujarnya dengan nada memelas. Taeyong menggelengkan kepalanya. "Nanti setelah mereka berdua sehat kembali, kalian baru boleh datang kesini, oke?"

Mata bulat Minhyung berkaca-kaca. "Mereka sakit?" tanya Minhyung. Taeyong mengangguk, memberikan putranya pengertian. "Iya, mereka berdua sedang sakit, dan Paman Doyoung tengah mengobati mereka." Minhyung mengalihkan tatapannya menuju dua tubuh kecil tersebut. "Jadi, bisa appa meminta Minhyungie menjadi anak baik? Dan menyuruh teman-teman untuk tidak datang kesini dulu?"

Kepala Minhyung kembali menghadap Taeyong. Dahinya berkerut lucu pertanda bocah laki-laki itu tengah berpikir. "Baiklah, Appa!" ujar Minhyung antusias. Taeyong tersenyum kemudian mengecup pipi gembil putranya yang baru berusia enam tahun itu.

"Tapi Minhyungie boleh melihat? Sekaliiii saja, appa." Bibir kecil itu tertarik ke bawah, matanya membulat dan berbinar memelas. Doyoung terkekeh di belakang Taeyong. "Baiklah nak, kalau kau sangat ingin tahu. Tapi jangan disentuh," ujar Doyoung.

Diberikan izin oleh Doyoung, Minhyung langsung melesat menghampiri calon teman barunya. Ia mendekati ranjang yang di sebelah kiri. Tempat dimana sang Alpha dibaringkan. Ia mengamati wajah bocah laki-laki itu. Kulit pucat, dahi berkerut rapat, serta bibir yang mengerucut. Pasti ia sangat kesakitan, batin Minhyung kecil. "Cepat sembuh!" ucapnya pada bocah tersebut. kemudian kakinya beralih pada ranjang di sebelah kanannya.

Dunia berhenti berputar, suara-suara berubah senyap, saat Minhyung menatapi wajah sang omega kecil. Sang omega tertidur dengan kerut-kerut ketakutan di wajahnya. Ekspresi tersebut menciptakan keinginan Minhyung untuk merengkuh tubuh mungil tersebut, untuk menjaganya. "Cepat sembuh," bisik Minhyung pelan.

Setelah puas, Minhyung berpamitan kepada Doyoung dan kedua orang tuanya. Sepeninggal Minhyung, Doyoung memberikan seringaian menggoda pada Youngho dan Taeyong. "Bila Minhyungie tahu bahwa omega ini sudah memiliki mate, mungkin dia akan patah hati." Youngho tertawa menanggapinya. Sedangkan Taeyong memberengut. "Aku akan membersihkan mereka berdua," ujarnya. Tawa Doyoung semakin keras melihat tingkah kekanakan sahabatnya tersebut.

Dua bulan kemudian

"Namaku Lee Jeno! Ini mate-ku, Huang Renjun! Yang ini Wong Yukhei dan Kim Yerim!"

Jeno tersenyum lebar memperlihatkan gigi depannya yang baru saja tanggal. Bocah laki-laki itu mengulurkan tangannya dan disambut dengan ramah oleh Jaemin.

"Aku Na Jaemin," ujar Jaemin memperkenalkan dirinya. "Yang bersembunyi di belakangku ini Lee Donghyuck." Jaemin menggeser tubuhnya untuk memperlihatkan Donghyuck pada mereka semua. Tetapi Donghyuck semakin menyembunyikan dirinya di balik tubuh kurus Jaemin.

"A-aku tidak mau dengan alpha lain selain Nana," bisik Donghyuck dari balik punggung Jaemin. Meski begitu, mereka semua masih bisa mendengar perkataannya. "Sst, jangan bilang seperti itu, Hyuckie!" Jaemin memberikan mereka tatapan maaf atas sikap Donghyuck.

Kim Yerim, anak gadis yang kelewat penasaran, melongokkan kepalanya. "Kalau aku? Aku alpha tetapi aku perempuan!" ujarnya antusias. "Donghyuck mau bermain denganku tidak?" Kepala Yerim terlalu dekat dengan wajah Donghyuck, membuat omega pemalu itu menjerit, lalu menarik ujung baju Jaemin menjauhi Yerim.

"Rileks Hyuckie, rileks…" ujar Jaemin berusaha menenangkan sahabatnya yang semakin dalam menyembunyikan wajahnya di punggung Jaemin. "Aku omega!" seru Renjun. Donghyuck mengintip dari balik punggung Jaemin. "Hyuckie mau main denganku tidak?" tanya Renjun. Donghyuck mengangguk-angguk pelan. "Kalau Donghyuckie ingin main bersamaku, berarti Donghyuckie harus mau bermain dengan mereka semua!" ujar Renjun sambil tersenyum lebar.

Susah memang untuk membuat Donghyuck lebih terbuka. Butuh banyak bujuk rayu dari Doyoung dan Jaehyun, yang kini sah menjadi orang tua angkat Jaemin dan Donghyuck, agar Donghyuck mau bermain keluar bersama teman sebayanya. Beruntungnya ada Jaemin yang bisa meyakinkan Donghyuck.

Donghyuck menatapi mereka satu per satu, kemudian menatap kepada Jaemin lebih lama. Jaemin menganggukkan kepalanya meyakinkan Donghyuck. "Ba-baiklah…" ujar Donghyuck pada akhirnya.

Yukhei yang sedari tadi hanya diam memperhatikan pun bertepuk tangan keras. "Wow! Junnie memang yang terhebat!" pekiknya diikuti dengan tawa renyah. Meski Donghyuck sempat terkejut dengan suara menggelegar Yukhei, tetapi ia berusaha tidak menunjukkannya.

Diam-diam mereka semua menghela nafas lega saat Donghyuck keluar dari persembunyiannya dari balik punggung Jaemin. Tugas pertama mereka dalam melakukan pendekatan kepada Donghyuck berhasil.

"Hai teman-teman!" sapa Minhyung dari kejauhan. Anak laki-laki itu berlari kecil hendak menghampiri mereka, namun langkahnya terhenti saat Donghyuck menggeram ke arahnya. "Hyuckie, ada apa?" tanya Jaemin. Mata Donghyuck berubah menjadi kuning keemasan. Tatapannya nyalang mengarah pada Minhyung. Jaemin segera memasang tubuh, menghalangi Donghyuck agar tidak menyerang Alpha yang lebih tua itu.

"A-ada apa?" tanya Minhyung dengan dahi berkerut. Yerim menarik Minhyung dan Yukhei menjauh. "Kurasa, kita harus memberikan ruang untuk Donghyuckie." Yerim menganggukkan kepalanya pada Jeno, juga Jaemin. Seolah tersadar dengan apa yang dilakukannya, mata Donghyuck berubah menjadi coklat lagi. Kini omega itu kembali bersembunyi di balik badan Jaemin.

"Sampai bertemu saat makan malam? Yeah?" ujar Yukhei seraya menggaruk kepalanya canggung atas suasana tidak menyenangkan ini. Mereka semua mengangguk setuju.

Jaemin menarik Donghyuck ke dalam dekapannya. "Tenanglah, tenang. Kau baik-baik saja, semuanya baik-baik saja. Mereka semua tidak akan menyakiti kita." Donghyuck menenggelamkan wajahnya di dada Jaemin. Berusaha keras menahan air matanya. Ia sangat ketakutan.

Minhyung menatap Donghyuck yang berada di pelukan Jaemin sekali lagi, sebelum tubuhnya ditarik Yerim menjauhi keduanya.

Saat makan malam, Donghyuck menempel pada Jaemin dan Doyoung. Jika Jaemin menjauh sedikit saja maka Donghyuck akan merengek. Dari seberang meja Minhyung mengamati omega tersebut.

Apabila Minhyung tidak dapat mendekati Donghyuck, ia akan mengamatinya dari jauh, melindunginya dari jauh. Ia yakin, pelan-pelan, suatu saat nanti, hati Donghyuck akan luluh kepadanya, bersamaan dengan trauma masa lalunya.

Tiga tahun kemudian

"Apa yang kau lakukan di atas sana?"

Donghyuck menggeser sedikit bukunya dan melirik ke bawah. Minhyung menyipitkan matanya untuk menghalau sinar matahari saat laki-laki itu mendangak ke arahnya.

"Bisa lihat kan?" jawab Donghyuck ketus. Lalu ia kembali pada bacaannya dan memposisikan dirinya senyaman mungkin pada dahan pohon yang menjadi tempat membacanya. "Boleh aku bergabung?" pertanyaan Minhyung dijawab oleh gemerisik daun yang tertiup angin. Alias sama sekali diacuhkan oleh Donghyuck.

Namun hal itu tidak menghentikan Minhyung. Sang alpha muda itu mulai memanjat pohon. Tidak susah untuk mencapai Donghyuck karena dahan yang ia duduki tidak terlalu tinggi.

"Seo Minhyung, apa yang kau lakukan?" ujar Donghyuk kesal. Ia menutup bukunya keras-keras. "Menemanimu," jawab Minhyung dengan senyum lebar dan kaki yang berayun-ayun di dahan pohon.

Keeseokan harinya Minhyung menemukan Donghyuck di pohon yang sama, namun omega itu berada di dahan yang lebih susah dijangkau, dan lebih ramping. Jelas dahan itu tidak akan mampu menahan berat tubuhnya, apalagi berat tubuhnya dan Donghyuck. Diam-diam Donghyuck mengintip ke bawah. Dan tersenyum puas dari balik bukunya saat Minhyung menundukkan kepala dan berjalan menjauhi pohonnya dengan gontai.

Sorenya, Donghyuck memutuskan untuk menyudahi kegiatan hari itu. Dengan hati-hati ia turun dari pohon, dan tidak sengaja menendang sebuah buku yang tergeletak di bawahnya. Donghyuck memungut buku tersebut seraya menggelengkan kepala pelan. Lalu membawa serta buku bercetak latin S.M. kembali ke pondoknya.

Empat tahun kemudian

Pagi itu mereka menggelar alas di lapangan. Para omega sibuk membuat kerajinan dari biji pinus. Sudah berminggu-minggu Taeyong membuat heboh tentang biji-biji pinus yang berjatuhan menjadi sampah. Sebagai solusinya, Taeyong meminta mereka semua mengubahnya menjadi barang bernilai.

Donghyuck duduk bersebalahan dengan Renjun. Mereka berdua berbincang-bincang asyik dengan Yuqi dan yang lain seraya menempeli mata-mata pada landak-landakan biji pinus. "Aku rasa, mereka akan pulang sebentar lagi," gumam Renjun sambil menyipitkan matanya menatap langit. "Sudah hampir siang, harusnya mereka sudah selesai berburu." Donghyuck mengangguk, kemudian menatap pada semak-semak tempat menuju hutan bebas.

Donghyuck pernah sekali kesana, bersama Jaemin tentunya. Namun tidak pernah sampai terlalu dalam. Ia hanya disuruh Doyoung mengumpulkan kayu-kayu bakar. Donghyuck menghela nafas dalam hati. Pasti Jaemin tengah bersenang-senang sekarang. Berlari-larian bebas dalam bentuk serigalanya.

"Oh! Mereka sudah kembali!" pekik Yuqi. Yang pertama kali muncul adalah Yerim. Gadis itu membawa ayam hutan di mulutnya. Meski dalam bentuk serigalanya, Donghyuck dapat melihat senyuman puas gadis itu. Yerim berjalan pelan menuju Yuqi, kemudian menjatuhkan hasil buruannya di dekat gadis tersebut. "Terima kasih Yerimie!" pekik Yuqi senang. Ia membelai lembut surai coklat licin Yerim. Donghyuck dan Renjun saling sikut dan terkikik.

Tak lama Yukhei datang. Ia membawa dua ayam hutan, lalu berjalan menuju tempat Yerim dan Yuqi berada. Ia menjatuhkan dua ayam hutan itu, kemudian mencondongkan moncongnya pada Yuqi. "Terima kasih Xuxi!" pekik Yuqi senang. Gadis itu merangkul keduanya, membawa serigala coklat dan abu-abu itu ke dalam pelukan kecilnya.

"Bisakah kalian melakukan ini di tempat lain? sekarang aku rindu Jeno!" Renjun memberengut sebal. Donghyuck terkekeh saat kedua alpha itu menjulurkan lidah serigalanya pada Renjun. Seolah mengatakan 'Biar saja. Masa bodoh denganmu!'

Mata Donghyuck menangkap serigala Jaemin, yang berjalan beriringan bersama Minhyung dan Jeno. Donghyuck terkesiap. Bukan pada sahabatnya yang semakin besar semakin gagah. Namun pada Alpha Minhyung yang berhasil menarik penuh perhatiannya. Bukannya ia tidak pernah melihat Minhyung dalam bentuk serigalanya. Sudah sering malah. Tetapi sesering itu juga Donghyuck dibuat salah tingkah dengan pipi merona merah.

"Jeno-yah!" pekik Renjun sambil melambai-lambaikan tangannya ceria. Serigala Jeno berlari menuju mate-nya. Bukan rahasia lagi apabila Jeno payah dalam hal menghadapi Renjun. Donghyuck menunggu sampai Jaemin berdiri di hadapannya. Jaemin memberikannya satu ayam hutan, namun tetap membawa satu ayam hutan lainnya di dalam moncongnya.

Mata Donghyuck mengikuti arah lirikan Jaemin yang menuju Jeno dan Renjun. Donghyuck, yang merupakan sahabat sehidup semati Jaemin langsung mengetahui apa yang ada di pikiran sahabatnya itu. "Apa yang kau tunggu? Cepat sana berikan ayamnya!" perintah Donghyuck. Serigala Jaemin menolehkan kepalanya dan mata gelana berkilat bingung. Apabila Jaemin dalam bentuk manusia, mungkin ia sudah menunjukkan ekspresi 'Bagaimana kau bisa tahu?!' Tentu saja Donghyuck tahu karena mereka telah melewati hidup dan maut bersama.

Serigala Jaemin menjatuhkan buruannya, kemudian beringsut mendekati Donghyuck. Donghyuck menerima Jaemin ke dalam pelukannya. Membelai surai hitam halus milik Jaemin, kemudian mengeluarkan aroma miliknya, mencoba memberikan Jaemin dukungan sekaligus menenangkannya. "Aku tahu. Sudah sana!"

Serigala Jaemin menggeram di tengkuk Donghyuck. Kemudian melepaskan pelukan mereka dan menggigit ayam buruannya untuk dibawa menuju Jeno dan Renjun. Jaemin menjatuhkan ayam hutannya di dekat Renjun. Sejenak Renjun terdiam, mungkin terkejut, namun omega tersebut membawa Jaemin dan Jeno ke dalam pelukannya. Donghyuck tersenyum lembut melihat pemandangan itu tanpa sadar bahwa sedari tadi ada seekor serigala yang dengan sabar mengantri di belakang Jaemin.

Bangkai ayam hutan jatuh di paha Donghyuck, masih berdarah, membuat Donghyuck menjerit kaget. "Astaga Minhyung!" semua yang ada disana terkekeh geli melihat tingkah keduanya. Serigala Minhyung mengaing, sambil menyundul hasil buruannya tersebut mendekati Donghyuck.

"Untukku?" tanya Donghyuck. Serigala Minhyung mendekatkan moncongnya pada pipi Donghyuck, kemudian menatap Donghyuck dengan mata biru berkilaunya. "Terima kasih, Minhyung," Ujar Donghyuck seraya menerima ayam hutan tersebut. Melihat hasil buruannya diterima oleh Donghyuck, serigala Minhyung melolong. Lolongan itu diikuti oleh Yerim, Yukhei, Jeno dan Jaemin. Donghyuck tidak mengerti maksud lolongan Minhyung, namun saat Minhyung menatapnya dengan mata biru itu, ia membalasnya dengan senyuman lembut.

Sejak saat itu Minhyung rutin memberikan Donghyuck hasil buruannya. Setiap minggu binatang buruan Minhyung semakin besar ukurannya. Minggu lalu Minhyung memberikannya bison dan ia bingung mau diapakan kerbau amerika tersebut. Akhirnya Donghyuck, dibantu oleh Doyoung dan Kun, memasak daging itu untuk makan malam bersama para anggota kawanan.

Di umur Donghyuck yang ke-16, Minhyung kembali berulah. Donghyuck tengah duduk di dahan favoritnya untuk membaca. Saat Serigala Minhyung datang dari arah hutan, menggeret setumpuk bulu berwarna coklat. Saat tumpukan coklat itu tidak lagi tertutupi semak-semak, barulah Donghyuck mendengar jeritan entah dari mana. Satu per satu anggota kawanan mulai memenuhi lapangan, mengeliling Minhyung yang masih kesusahan menggeret monster itu.

"Seo Minhyung!" suara Leader Pack Alpha Youngho menggelegar. Membuat burung-burung berterbangan sangking kagetnya. Donghyuck mengubah posisi duduknya untuk dapat melihat lebih baik apa yang tengah terjadi. "Apa yang kau bawa itu?!"

Serigala Minhyung melepaskan gigitannya pada beruang yang menjadi buruannya hari itu. kepalanya menunduk, menujukkan ketundukannya pada Leader Pack Youngho. Dari arah lain, terdengar pekikan terkejut Taeyong. Dengan terburu-buru ia menyusul ke tempat kejadian, dimana Minhyung membawa beruang mati dari hutan. "Astaga Minhyungie bisakah kau jelaskan ini?"

Serigala Minhyung bertransformasi menjadi bentuk manusianya. Barulah Donghyuck dapat melihat luka-luka pada tubuh Minhyung. Bahkan di bagian lehernya terdapat luka segar berbentuk cakaran beruang. Pastinya luka itu akan meninggalkan bekas.

"Aku… sedang berburu?" adalah penjelasan yang sangat pintar keluar dari mulut Minhyung. Taeyong mendesah lalu memijit pelipisnya. "Ya, tentu sangat jelas apa yang kau lakukan adalah berburu, nak. Tetapi beruang?" Alpha Youngho sedang tidak ingin berhadapan dengan omong kosong anaknya. "Beruang bukanlah daftar buruan kita, Minhyung. Beruang hewan yang berbahaya dan kau bisa mati!" pekik Alpha Youngho yang mulai kehilangan ketenangannya.

Anak laki-laki berusia 17 tahun itu mengusap tengkuknya. Matanya menatap mana saja, asal selain menatap mata Alpha Youngho, dan bibir bawahnya digigit-gigit, pertanda ia sedang gugup. "Aku… ingin membuat mantel dari bulu beruang ini?"

Dari atas pohon, Donghyuck mendengus. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian kembali pada posisinya semula saat membaca buku. Memilih tidak peduli dengan tingkah konyol Minhyung yang membuat geger satu kawanan hari ini. Satu per satu orang-orang mulai meninggalkan lapangan. Tentunya karena usiran dari Alpha Youngho. Minhyung menggeret beruang hasil tangkapannya itu, sambil sesekali melirik ke arah Donghyuck yang tengah nangkring di atas pohon.

Tiga malam setelah kejadian tersebut, Donghyuck mendapat ketukan di pintu pondoknya dan menemukan sebuah keranjang besar tergeletak di bawah kakinya. Ia membawa masuk keranjang tersebut, dan membaca secarik kertas yang terselip disana.

Untukmu yang membenci dinginnya musim dingin.

Minhyung

Donghyuck mengambil mantel yang terbuat dari bulu beruang itu dan merabanya. Halus, dan yang terpenting, hangat. Malam itu Donghyuck tidak pernah tidur senyenyak ini.

Hari itu semua kawanan disibukkan oleh persiapan upacara kedewasaan bagi mereka yang berumur 18 tahun. Sekaligus acara pamitan untuk para Alpha muda memulai pelatihannya. Udara bulan Januari masihlah dingin, namun itu semua tidak meredupkan kehangatan dalam pemukiman kawanan kecil tersebut.

Sedari pagi Kun dan Taeyong mondar mandir di dapur. Ten, Jungwoo dan lainnya sibuk meronce kalung-kalung, begitu pula dengan Doyoung dan Taeil yang terus berkoordinasi dengan Alpha Youngho selaku para orang penting di kawanan mereka.

"Kenapa kau tampak tidak bersemangat, huh?" Jaemin menyikut pelan lengan Donghyuck. Sahabatnya itu malah menghela nafas dan menyandarkan kepalanya pada pundak Jaemin. Donghyuck menguap. "Aku hanya mengantuk," bohong Donghyuck.

Sejujurnya Donghyuck sangat khawatir. Tahun ini Minhyung dan Alpha lainnya melakukan upacara kedewasaan. Kemudian mereka akan dilatih, jauh dari sini, bersama Alpha-alpha lain yang sudah mencapai umur seharusnya. Setelah melewati 2 tahun pelatihan, para alpha akan kembali ke kawanan mereka. Tetapi Minhyung tidak. Sebagai calon pemimpin kawanan selanjutnya, Minhyung harus menghabiskan, paling tidak lima tahun masa pelatihan. Tergantung seberapa mampunya ia melewati training untuk menjadi Alpha kawanan.

Lalu apa hubungannya semua itu dengan kekhawatiran Donghyuck? Tentu saja, sekembalinya Minhyung dari pelatihan, ia akan dilantik menjadi pemimpin yang baru. Lalu Minhyung membutuhkan pasangan untuk memimpin kawanan ini. Sama halnya seperti Alpha Youngho dan Taeyong, atau Alpha Jaehyun dan Doyoung. Minhyung akan melakukan ritual mating bersama seorang omega. Seorang omega yang sama sempurnanya seperti dia. Omega yang juga sanggup memberikannya keturunan sempurna. Sedangkan Donghyuck? Dia hanyalah anak yatim piatu yang menumpang tinggal di kawanan ini. Masih baik Doyoung dan Jaehyun mau mengangkatnya menjadi anak. Siapa dia berani mengharap? Alpha Youngho pasti telah mempersiapkan pasangan terbaik bagi Minhyung jauh sebelum Minhyung bisa bicara.

Ah astaga, apa sih yang Donghyuck pikirkan? Mau Minhyung mating dengan siapapun itu bukan urusannya. Toh Donghyuck juga tetap harus mating dengan mate-nya. Mate yang sudah ditetapkan sejak ia lahir. Pastinya bukan Minhyung.

"Apa kau khawatir?" tanya Jaemin memutus kereta pikiran Donghyuck. "Tahun depan aku yang akan ada disana, apa kau akan baik-baik saja?" bisik Jaemin.

"Nana, aku akan baik-baik saja." Donghyuck menatap dalam-dalam manik gelap milik Jaemin. "Kita berdua selalu melewati ini bersama, dan selalu berhasil." Donghyuck memberikan Jaemin senyuman terbaiknya.

Semalam sebelum keberangkatan Minhyung, Alpha muda tersebut muncul di depan pintu pondok milik Donghyuck.

"Kalau kau terus-terusan menyelinap ke pondok omega, Alpha Jaehyun akan memarahimu." Donghyuck mempersilakan Minhyung memasuki pondoknya. Di belakang, Alpha muda tersebut membunti sang omega sambil terkekeh. "Alpha Jaehyun menganggapku sebagai anaknya sendiri." Donghyuck mendengus mendengar jawaban sombong dari Minhyung. "Kalau kau lupa, aku adalah anak dari Alpha Jaehyun. Pastinya ia lebih memilihku daripada kau."

Donghyuck melipat kedua tangannya di depan dada. Ia memperhatikan Minhyung yang menggeret sebuah kursi untuk ia duduki. "Aku kesini ingin berpamit."

"Okay? Bukankah itu tujuan untuk acara hari ini?"

"Tidak. Ini pamitan khusus denganmu."

Sang omega berdecak. "Kau membuatnya terdengar seperti mau berangkat perang." Lagi-lagi Minhyung tertawa. Oh, betapa Donghyuck akan merindukan suara tawanya. "Lima tahun, Hyuckie. Itupun kalau aku berhasil pulang dengan selamat." Mata Donghyuck mendelik sebal. "Jangan sekali-sekali bilang seperti itu! Kau Seo Minhyung! Pasti kau bisa melewati semuanya dengan baik."

Sunyi melanda keduanya. Namun Donghyuck merasa nyaman dengan sunyi ini.

"Ini," ujar Minhyung seraya menyodorkan sebuah kotak beludru berwarna biru. "Apa ini?" tanya Donghyuck mengamati kotak tersebut dengan tatapan penasaran. "Buka saja."

Saat dibuka, Donghyuck mendapati gelang dari batu-batuan alam, yang dipoles sedemikian rupa hingga mengkilap. Di tengah-tengahnya terdapat liontin keemasan berbentuk matahari dan kepala singa. Gelang itu agak berantakan, namun mengetahui itu dibuat sendiri oleh Minhyung membuat hati Donghyuck meleleh.

"Aku membuatnya saat berumur 10 tahun. Aku harap kau memakluminya jika itu berantakan." Minhyung mengusap-usap belakang tengkuknya. "Sebenarnya aku ingin memberikannya padamu saat itu juga. Tetapi saat itu kau sangat anti padaku."

Donghyuck mengembalikan gelang tersebut ke dalam kotak dengan hati-hati. Seolah-olah gelang tersebut terbuat dari berlian paling langka.

"Aku harap dapat selalu menemanimu di dalam gelang itu."

Minhyung pamit karena sudah terlalu larut. Donghyuck mengantarnya hingga ke depan pintu pondok. "Minhyung!" laki-laki itu berbalik. Ia mengangkat sebelah alisnya dan menunggu Donghyuck untuk berbicara. Tetapi Donghyuck malah menempelkan bibirnya di pipi Minhyung. Sangat cepat karena sehabis itu Donghyuck masuk ke dalam dan menutup pintu pondoknya.

Minhyung masih terkejut, tubuhnya terpaku pada tanah. Tangannya tergerak menuju area tempat bibir Donghyuck menempel sepersekian detik tadi. Minhyung menggelengkan kepala, tersenyum, kemudian berbalik dan berjalan menjauh. Namun langkahnya lagi-lagi berhenti saat pintu pondok Donghyuck terbuka sedikit dan menampilkan wajah squishy Donghyuck.

"Hati-hati, Alpha Minhyung." Lalu pintu pondok itu tertutup lagi.

Donghyuck bersandar pada pintu pondoknya. Dibukanya kotak beludru biru itu. ia memasang gelang tersebut ke pergelangan tangannya hati-hati. Selama ia tidur, Donghyuck tidak pernah menjauhkan tangannya dari dada.

.

.

Donghyuck membantu Jaemin memakai kalung tulangnya. Ia membenarkan letak topi Jaemin, kemudian telapak tangannya berhenti dan menempel pada dada telanjang Jaemin. keduanya bertatapan lama, seolah sedang berkomunikasi dengan bahasa mereka sendiri.

"Apa kau akan baik-baik saja?" tanya Jaemin menggenggam tangan Donghyuck di depan dadanya. "Aku akan baik-baik saja Nana," senyum Donghyuck menenangkan. Jaemin menarik tubuh yang kini lebih mungil darinya itu ke dalam dekapannya. "Berjanjilah padaku, Chocoball." Donghyuck terkekeh mendengar panggilan khusus yang digunakan sang Alpha untuknya. "Janji. Kau juga janji padaku untuk terus berhati-hati, kembali padaku dengan sehat dan selamat." Jaemin mengangguk kemudian mengecup kening Donghyuck lama.

Berat. Bagi Donghyuck segalanya ini berat. Tidak ada lagi yang ia punyai selain Jaemin. Satu-satunya hubungan dari lahir yang ia punya adalah Jaemin. Meski Jaemin terlahir dari rahim yang berbeda, tetapi ikatan keduanya serupa anak kembar, saling bergantung hidup satu sama lain, menghalau maut bersama-sama.

"Dua tahun tidak akan lama. Jalani latihanmu dengan sungguh-sungguh, Alpha. Agar kau bisa melindungiku hm?" goda Donghyuck sambil menyikut lengan Jaemin. "Aku berharap aku bisa menemanimu di heat pertamamu, Hyuckie," rengek Jaemin. laki-laki itu menarik bibirnya ke bawah dan memberikan Donghyuck tatapan anak anjing bersedihnya. Donghyuck terkekeh pelan. "Aku akan baik-baik saja! Disini ada Doyoungie appa, Jaehyunie appa, dan Renjunnie!" Donghyuck memberikan senyum secerah mentari untuk menghilangkan kegelisahan dalam hati Jaemin.

Meskipun ia berjanji kepada Jaemin bahwa ia akan baik-baik saja, tetap heat pertamanya sangat menyakitkan. Doyoung dengan sabar menyeka peluh yang keluar dari dahi Donghyuck. Sedangkan Ten bolak-balik memberikannya kompres air dingin. "Sabar Hyuckie sayang, kau bisa melewati ini." Taeil datang sambil membawa mangkok. Doyoung mengambil alih mangkok tersebut dan meminumkan isinya pada Donghyuck.

"Itu ramuan untuk mengurangi rasa sakitnya. Juga membuatnya tertidur nyenyak," jelas Taeil. Doyoung mengusap dahi Donghyuck kemudian mengecupnya. "Beristirahatlah sayang."

Donghyuck memejamkan kedua matanya selagi rasa kantuk menjemput. Berharap bayangan Jaemin muncul di dalam kepala dan membantunya mengurangi rasa sakit ini. Malahan sosok yang ia dapatkan di alam mimpi adalah serigala perak bermata biru menyala.

.

.

Sudah lima tahun berlalu. Bagai sekejap mata, tetapi juga bagai berabad-abad. Apapun itu yang Donghyuck rasakan, ia tetap tidak siap menyambut kedatangan Minhyung. Hari ini, Minhyung akan pulang setelah menjalani pelatihan selama lima tahun. Pemukiman dihias sesuai adat, orang-orang ramai berlalu lalang. Terlihat antusiasme mereka dalam menyambut kepulangan sang calon pemimpin baru.

Alpha Youngho berdiri di barisan paling depan tepat menghadap gerbang. Dimana Minhyung dan rombongan yang menyertainya akan muncul. Donghyuck berdiri di barisan belakang dengan gelisah. Ia ingin melihat Minhyung setelah lima tahun lamanya tidak bertemu, tetapi ia juga tidak ingin melihatnya.

Suara gendang dibunyikan. Pertanda rombongan Minhyung sudah sangat dekat. Orang-orang otomatis bergerak membuat jalan di belakang Alpha Yongho. Ia melihat Leader Pack mereka itu mengangkat tangannya di udara, kemudian melolong membelah hutan yang sunyi. Sesaat setelah lolongan itu berhenti, yang lain juga membalas lolongan sang Alpha, mereka bersahut-sahutan.

Minhyung berdiri di atas panggung. Bersama Tetua Taeil, Doyoung dan Alpha Youngho. Taeil mencelupkan tiga jarinya pada mangkok yang dipegang oleh Doyoung, kemudian mengusapnya pada dada kanan dan kiri Minhyung. Kemudian jari telunjuk Tetua Taeil mengusap dahi Minhyung mengarah ke bawah.

Tetua Taeil menganggukkan kepalanya pada Alpha Youngho, kemudian Doyoung mengambil mangkok lainnya dan maju mendekati Minhyung sambil menyodorkan isi mangkok kedua. Minhyung menerima mangkok tersebut dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Ia melihat ke semua kawanannya sebelum meneguk habis isi dari mangkok tersebut.

Sorak sorai terdengar sesaat Minhyung menyelesaikan tegukan terakhirnya. Tabuhan drum dibunyikan dan para penari maju menarikan tarian tradisional mereka. Donghyuck mengamati Minhyung dari kejauhan. Ia hampir tidak mengenali pria yang berdiri di depan sana. Badan kurus dan bungkuknya berubah menjadi tegap dan berisi. Lengan yang menggelantung canggung itu berubah menjadi lebih kokoh. Lemak di pipinya menyusut, memperlihatkan tulang pipi dan rahang yang tajam. Minhyung tampak lebih dewasa, lebih matang, dan lebih tampan. Perlahan-lahan Donghyuck melangkah mundur menjauhi keramaian.

Alpha Youngo duduk di sebelah Taeyong. Di seberangnya terdapat Jaehyun dan Doyoung. Kedua pasangan itu tampak terlibat dalam pembicaraan serius.

"Minhyung akan segera membutuhkan omega untuk memimpin kawanan ini." Jaehyun mengernyitkan dahinya. "Youngho, kau tahu kan?" tanyanya menggantung. Bertepatan dengan itu, Minhyung berdiri tak jauh dari mereka. Sehingga ia dapat mencuri dengar pembicaraan keempat orang dewasa tersebut. "Jaemin dan Donghyuck adalah mate, Youngho."

Jantung Minhyung berhenti berdetak. Ia berdiri bagai orang linglung. Suara-suara di sekitarnya tak lagi ia dengar, kecuali kalimat Alpha Jaehyun barusan yang kini terus-terusan terngiang di kepalanya.

"Bagaimana kalian akan memberitahukan ini pada Minhyung?" tanya Doyoung seraya menggigit bibir bawahnya. Ia meremas tangan Jaehyun, dan Jaehyun mengusap buku jari Doyoung, berupaya menenangkan mate-nya itu. "Alpha Daniel, dan putrinya Mina, beberapa hari lalu mengunjungi kami." Alpha Youngho melirik ke arah Taeyong sebelum meneruskan, "Kami sepakat, jika Minhyung tidak juga menemukan mate-nya, kami akan menjodohkan Minhyung dengan Mina."

Tidak tahan dengan pembicaraan yang didengarnya, Minhyung pergi menjauhi tempat itu. Ke tempat mana saja langkah membawanya, asal ia tidak mendengarkan kabar menyakitkan tersebut lebih lama.

.

.

"Donghyuck! Donghyuck!" Jaemin berlari memasuki hutan lebih jauh lagi. Tubuhnya dipenuhi keringat dingin dan panik yang luar biasa. "Donghyuck!" teriaknya lebih keras.

"Nana?"

Pundaknya yang menegang merosot lega saat sosok yang dicari-carinya itu duduk di salah satu dahan pohon yang tidak terlalu tinggi. "Turun, Hyuckie!" perintah Jaemin. Omega itu dengan lincah turun dari atas pohon dan mendarat dengan selamat di atas tanah. "Kau membuatku khawatir, tahu!" Donghyuck memberikan Jaemin senyuman bersalah. "Maaf Nana. Disana terlalu ramai, jadi aku jalan-jalan sendiri."

Jaemin membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Wajahnya ia tenggelamkan ke ceruk leher Donghyuck, dan menghirup aromanya. Berusaha menetralkan detak jantungnya yang menggila.

"Ayo, kita kembali," ujar Jaemin setelah menjauhkan wajahnya dari leher Donghyuck. Omega itu mengangguk patuh dan melepaskan pelukannya pada Jaemin. Mata tajam Jaemin menangkap sesuatu yang berkilau meluncur ke arah mereka, tepatnya di belakang Donghyuck.

"Awas!" refleks ia mendorong tubuh Donghyuck ke kiri, menjauhi benda mengkilap yang melesat cepat ke arah mereka. "Nana!" pekik Donghyuck terkejut.

Mata Donghyuck mendelik horor. Di hadapannya Jaemin jatuh terbaring sambil mengerang. Sebuah anak panah menancap di lengan kanannya. Perlahan tubuh Jaemin menyusut, berubah bentuk menjadi bentuk serigalanya.

Langkah kaki menginjak dedaunan terdengar dari kejauhan. Donghyuck yang panik melihat ke sekeliling, berusaha mencari asal suara. Sepasang mata menatapnya tajam dari balik pohon. Pemburu.

Dengan cepat Donghyuck berubah ke bentuk serigalanya. Ia melolong keras-keras, berharap kawanannya menyadari suara permintaan tolongnya. Pemburu itu sudah mengambil anak panahnya. Bersiap meluncurkan panah beracun itu ke arah Donghyuck. Dengan sekuat tenaga, Donghyuck melolong lagi. Lagi, dan lagi.

Angin berhembus kencang dari arah belakang Donghyuck, dan ia melihat sekelebat warna perak. Pemburu itu mengubah arah panahnya menuju arah lain. Donghyuck menyundulkan moncongnya ke arah Serigala Jaemin yang mengerang kesakitan. Suaranya semakin mengecil bersamaan dengan kesadaran Jaemin yang semakin habis.

Suara jerit kesakitan dan lolongan serigala merobek sunyinya hutan malam itu. Donghyuck tidak tahu apa yang terjadi. Segalanya tampak sekelebat saja di matanya. Yang ia ketahui adalah Jaehyun menghampirinya dan mengangkat tubuh serigala Jaemin. sedangkan serigala perak itu tengah menggigit potongan tangan, yang pastinya milik pemburu itu. beberapa kawanan serigala lain telah berkumpul disana, termasuk Alpha Youngho yang berlari menghampiri serigala perak yang bak kesetanan tersebut.

.

.

Doyoung meminumkan ramuan yang telah diracik oleh Taeil ke mulut Jaemin. Pria itu mengelus lembut telinga Jaemin, sebelum mencium ujung moncongnya. Donghyuck membaringkan badannya, memeluk tubuh serigala hitam itu erat-erat. Air mata tak kunjung berhenti keluar dari maniknya yang berubah keemasan.

"Aku… aku tidak bisa berbicara dengannya, appa," isak Donghyuck lebih keras. "Aku tidak dapat mendengarnya!" teriak Donghyuck pilu. Jaehyun mengusap-usap pundak Donghyuck mencoba menenangkan putranya. Tetapi Donghyuck semakin menenggelamkan wajahnya pada bulu-bulu hitam halus milik Jaemin.

"Dia baik-baik saja, sayang. Kita tepat waktu untuk mencegah racun itu menyebar ke seluruh tubuhnya," ujar Doyoung lembut. Meski ia juga bersusah payah menahan isakannya. "Tetapi kenapa aku tidak dapat merasakannya, appa? Kenapa aku tidak bisa merasakan ikatanku dengannya?" Pertanyaan Donghyuck terjawab oleh hening yang menyesakkan. Baik Doyoung maupun Jaehyun tidak dapat menjawabnya.

.

.

Keeseokan paginya Donghyuck terbangun dengan badan pegal-pegal. Pasalnya ia tidur berbagi ranjang dengan seekor serigala dewasa, seekor Alpha pula. Namun, saat lengannya bergerak, ia tidak lagi merasakan bulu-bulu halus yang biasa dipunyai mamalia. "Nana!" pekik Donghyuck girang. "Selamat pagi, Hyuckie," balas Jaemin lemah. Donghyuck memeluk sahabatnya itu dengan hati-hati. Takut jika ia menyakiti Jaemin.

"Kau membuatku takut," bisik Donghyuck. "Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku sudah kehilangan kedua orang tuaku, keluargaku, seluruh kawananku, dan aku tidak ingin kehilanganmu di tangan para pemburu." Isak yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah ruah. Jaemin bangkit dari posisi berbaringnya. Kini mereka duduk berhadap-hadapan. Jemari Jaemin dengan lembut menghapus air mata yang mengalir di pipi Donghyuck. "Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku kan sudah berjanji padamu. Kita sudah saling janji." Jaemin mengecup dahi Donghyuck lama. Donghyuck memejamkan kedua matanya yang meneteskan air mata lagi.

Sinar mentari masuk melalui celah jendela pondok tersebut. Jemari Donghyuck bergerak secara otomatis menyisiri rambut Jaemin yang tiduran di atas pahanya.

"Nana?"

"Hm?" gumam Jaemin.

Donghyuck menggigit bibirnya seolah ragu akan apa yang akan ia sampaikan ini. "Aku rasa, kita bukan… tidak ditakdirkan…" kalimat Donghyuck menggantung. Terdengar helaan nafas panjang dari Jaemin. "Aku sudah tahu, dari malam upacara kedewasaan."

Benar. Seharusnya Donghyuck juga merasakan ada yang aneh. Ia tidak dapat merasakan ikatannya dengan Jaemin, yang mana seharusnya, jika mereka memang sepasang soulmate, maka ikatan itu sudah terbentuk kuat saat keduanya memasuki kedewasaan.

"Walaupun aku bukan mate-mu, aku tetap tidak akan mating sampai kau menemukan mate-mu, Hyuckie."

Donghyuck menatap ke bawah, ke arah Jaemin yang tengah memejamkan matanya.

"Kalau kau mau, aku bisa menjadi mate-mu."

"Itu hanya akan menyakiti kita berdua." Donghyuck mendesah berat. "Aku adalah omega yang lahir memiliki soulmate, dan kau tahu kan…?"

Mata Jaemin terpejam erat. "Aku tahu. Awalnya aku pun mengira akulah soulmate-mu. Semua orang juga mengira begitu."

"Bukankah itu bagus? Artinya kau bisa bersama Jeno dan Renjun?"

"Mereka sudah melakukan mating, Donghyuck. tidak mungkin mereka mau menerima orang asing untuk menjadi mate mereka."

Kesal, Donghyuck menarik beberapa helai rambut Jaemin. "Ow! Untuk apa itu?" tanyanya seraya mengusap-usap kepalanya. "Untuk rasa pesimismu. Sudah dapat dipastikan, mereka berdua itu tergila-gila padamu, Nana!" Donghyuck memutar bola matanya mengingat beberapa kejadian yang menunjukkan betapa bucin pasangan itu kepada sahabatnya.

Jaemin membuka kelopak matanya, kemudian menatap manik coklat Donghyuck. "Terserah. Yang penting aku akan tetap sendiri sampai kau menemukan mate-mu."

Ketika hari berganti siang, Doyoung menjenguk mereka berdua. Pria itu mengusir Donghyuck dari kamar rawat Jaemin. Karena sejak semalam Donghyuck sama sekali tidak makan, ataupun bebersih.

Donghyuck menutup pelan pintu kamar Jaemin. Ia menempelkan dahinya pada pintu. Memejamkan mata sejenak, kemudian menghela nafas. Saat ia berbalik, ia dikejutkan oleh kehadiran Minhyung.

"Donghyuck," panggilnya. Bahkan suara Minhyung berubah menjadi lebih berat. Donghyuck memberikan pemuda itu senyuman lemah. Tanpa basa-basi lagi, Minhyung menyodorkan sebuah keranjang piknik. "Roti, dan beberapa makanan dari dapur siang ini." Donghyuck menerima keranjang tersebut dan mendongak, menatap Minhyung. "A-aku dengar kau sama sekali belum keluar dari kamar Jaemin sejak tadi malam. Jadi… jadi kubawakan makan pagi, ah makan siang,"

"Terima kasih Minhyung." Donghyuck tersenyum. Kali ini senyumnya terlihat lebih tulus dan bermakna. Minhyung berubah pendiam dan hanya menganggukkan kepala. "Mungkin kau mau menemaniku menyantap makan siang?"

.

.

Panas mulai menjalar ke seluruh tubuh Donghyuck. Dengan sabar Doyoung menemani putranya melawan rasa sakit dari heat yang sedang dialaminya. "Doyoung, aku tidak bisa terus-terusan memberikannya ramuan pengurang rasa sakit," ujar Taeil. Sang Beta menatap iba kepada Doyoung. "Jika ia terus-terusan meminum ramuanku, bisa mengurangi kesuburannya dan berujung mandul. Satu-satunya cara adalah menahan sakit sampai mate-nya benar-benar datang."

Donghyuck mengerang, kemudian menggeliat bak cacing kepanasan. Rasanya ia ingin menyobek tubuhnya dan keluar dari tubuh ini. Terlalu panas… terlalu sakit…

"Tapi bagaimana? Jaemin bukan mate-nya, Taeil! Waktunya pun dua tahun lagi sampai dia benar-benar mandul permanen!"

Air mata keluar dari pelupuk matanya. Entah dari rasa sakit yang mendera tubuh, atau dari kalimat yang keluar dari mulut Doyoung. Taeil menggelengkan kepalanya pasrah. "Ayo pindahkan Donghyuck ke hutan. Baunya sudah terlalu tajam."

.

.

Lagi. Ia bermimpi tentang sekelebat warna perak. Terlalu kabur untuk tahu apa itu. di tengah-tengah warna perak tersebut ada biru yang menyala. Mata. biru itu adalah sepasang mata.

Ditengah-tengah tidurnya yang gelisah, telinga tajamnya menangkap suara pintu yang dibuka. Donghyuck terjaga dan langsung terduduk di atas ranjang dalam posisi siaga.

Kemudian ia melihat sepasang mata biru terang menyala dalam keremangan pondoknya. "Min..hyung?" ucapnya terbata. Sosok itu kini terlihat jelas di bawah sinar pucat rembulan yang masuk menembus jendela pondoknya.

Minhyung seolah tersadar, ia berjalan mundur menjauhi Donghyuck. "Seharusnya aku tidak disini. Ma-maaf…" ujarnya, lalu seperti orang yang linglung Minhyung berjalan cepat menuju pintu pondok.

"Tunggu!" teriak Donghyuck. Donghyuck memejamkan matanya, kemudian dengan perlahan membuka kelopak matanya dan memperlihatkan sepasang manik yang berwarna kuning keemasan. Minhyung perlahan berbalik, dan matanya berubah menjadi warna amber yang menyala indah dalam remang-remang.

"Alpha," lirih Donghyuck.

Minhyung menggeram dan melangkah maju menuju Donghyuck. "Omega… mate."

Kelegaan luar biasa, dan perasaan mendamba yang sudah lama memberatkan hati, seolah mengalir deras mengisi ruang dada Donghyuck. "Mate," bisik Minhyung seraya menghirup aroma Donghyuck lebih dalam. Donghyuck mendesah lega. Ia memiringkan kepalanya. Memberi akses pada Minhyung menuju kelenjar aromanya. Tempat dimana mating bite berada. Minhyung mengusap hidungnya pada kulit leher Donghyuck, namun kemudian ia tiba-tiba berhenti. Minhyung menjauhkan kepalanya dari Donghyuck dengan wajah bingung.

"Ta-tapi? Jaemin? dan kau?" tanyanya dengan dahi berkerut lucu. "Serigala perak bermata biru yang muncul dalam mimpiku setiap aku mengalami heat, kurasa mampu menjawab keraguanmu, hm?" Minhyung terkekeh.

"Instingku sudah mengatakannya sejak aku pertama kali melihatmu." Donghyuck menatap dalam-dalam manik Minhyung yang sudah berubah menjadi coklat gelap. Donghyuck memiringkan kepalanya bingung. "Berarti?" Donghyuck memberi jeda sejenak, sembari menghitung di dalam hati. "Saat kau berumur enam tahun?" Minhyung menganggukkan kepalanya. "Yup, sejak saat itu aku meng-courting-mu."

"Hey! Aku tidak menyadari semua itu."

Wajah Minhyung berubah menjadi terkejut, sekaligus merasa sedikit kecewa. "Kau tidak merasa?" Donghyuck menggeleng. "Gelang yang kuberikan sebelum aku pelatihan adalah yang pertama kali kubuat. Tetapi aku merasa itu menggelikan. Jadi aku memberikanmu barang buruan saja. Ayam hutan? Kijang? Bison? Bahkan Beruang yang bulunya kujadikan mantel." Donghyuck tidak dapat menahan tawa gelinya.

"Yah, saat itu aku sangat yakin Jaemin adalah mate-ku, okay? Jaemin pun juga, semua orang juga menganggap begitu."

"Ya, dan hanya aku yang menyadarinya. Mungkin Jeno dan Renjun juga, tapi dua cecunguk itu lebih suka melihatku menderita." Minhyung memberengut.

"Lalu, bagaimana kau bisa menemukanku disini?" tanya Donghyuck. "Pondok ini khusus untuk breed omega. Tidak ada yang tahu kecuali para omega lain."

"Secara tidak sadar kau memanggilku, Hyuckie. Serigala bermata biru di mimpi-mimpimu. Selama masa pelatihan adalah masa yang paling sulit untukku."

Donghyuck tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia membawa Minhyung berbaring ke dalam pelukannya. "Hampir saja aku dijodohkan dengan omega lain. mungkin bagiku itu tidak berarti karena aku seorang Alpha. Tapi aku tidak bisa membayangkan betapa menyakitkannya seumur hidupmu." Donghyuck menghela nafas, kemudian ia mengusap-usap punggung Minhyung.

Mereka berdua terdiam. Tangan Donghyuck masih mengusap-usap punggu Minhyung. Sedangkan Minhyung menikmati alunan detak jantung milik Donghyuck.

"Apa lagi yang kau tunggu? Apa lima tahun belum cukup?" tanya Donghyuck.

Minhyung memposisikannya di antara kaki Donghyuck. Kemudian kedua lengannya menopang berat tubuhnya di atas omega tersebut. "I have done waiting," bisiknya halus. Ia menatap manik kuning keemasan Donghyuck dengan tatapan penuh cinta. Yakin jika miliknya saat ini pun juga berubah menjadi amber.

"Let me help you with your heat from now on."

Minhyung menurunkan sedikit tubuhnya untuk mencium dahi Donghyuck. Kemudian turun untuk memberi kecupan di antara kedua alisnya.

"Yes, Alpha."

"Let me claim you, let me make you mine."

Nafas Donghyuck bergetar. Matanya terpejam saat bibir Minhyung mengecup kedua kelopak matanya. Kemudian pipinya, dan rahangnya. Hidung Minhyung mengusap permukaan lehernya dan berhenti pada kelenjar aromanya, lalu Minhyung mengecupnya ringan.

"Yes, Alpha."

"Let me make love to you. And I let you carry my pups. Let me make you feel loved, feel safe in my arms. Let me love you with all of me."

Kepala Minhyung terangkat. Mereka berdua bertatapan. Amber bertemu dengan emas. Sebentuk lengkungan tercipta di bibir masing-masing. Donghyuck dapat merasakan nafas Minhyung menerpa permukaan bibirnya.

"I'd take what you give, I'd give what you want. I'm forever yours, my Alpha."

FIN.

.

.

.

Notes :

Leader Pack : setiap kawanan serigala selalu ada pemimpinnya, yaitu seorang Alpha.

Mate : pasangan. beberapa serigala ada yang udah meng-claim pasangannya dari masih kecil ya. kayak Jeno dan Renjun contohnya

Mating : kalo manusia istilahnya kawin hehehehe

Soulmate : pasangan yang udah ditakdirkan dari lahir

Breed omega/alpha : ini jenis omega (bisa juga alpha) yang emang bener-bener buat mempertahankan garis keturunan. breed alpha ini sebenernya leader pack juga merangkap sebagai breed alpha. tugas dia selain menjaga kawanan, juga bertanggung jawab dalam keberlangsungan kawanannya (menghasilkan keturunan). breed omega di dalam AU aku, itu buat para omega yang emang ditakdirkan mating sama soulmatenya aja. kalo mating sama selain soulmatenya, si omega ini bakalan tetep ngerasain sakit yang banget-banget kalo lagi heat dan kemungkinan untuk mandulnya besar. breed omega cuma punya waktu dari 20-24 tahunan, lewat dari itu, kalo gak ketemu mate-nya dia bisa mandul permanen.

/

tambahan penjelasan : jadi, kalo alpha mating sama omega lain selain mate-omega nya, dia gak bakal kenapa-kenapa. Nah yang menderita ini si omega nya. bisa-bisa mandul. beberapa kasus omega yang mandul bisa sampai diusir dari kawanan. omega itu yang paling lemah, kalo dia gak bisa menghasilkan anak, gunanya apa dong? selain nyusahin kawanannya kan?


Hello!

akhirnya saya balik lagi pake ff markhyuck A/B/O AU! hehehehe. maaf ya saya publish ff pemanasan dulu. soalnya lama gak ngetik jadi kaku.

saya suka baca A/B/O soalnya macem-macem versinya, dan bisa disesuaikan sama imajinasi para author. tapi saya paling suka versi yang ada soulmate-nya. jadilah saya nyoba-nyoba bikin ff markhyuck pake universe ini. semoga gak gaje lah ya jadinya T_T

saya belum berani bikin ff yang mengarah ke smut, jadilah ending yang menggantung begitu. untuk selebihnya saya serahkan ke imajinasi para reader ya ^^

mucho love,

rusa