Disclaimer always Masashi Kishimoto
a fic by belivixx
.
Heart and Mind
.
Pesta ini berlangsung meriah.
Tampak sang tuan rumah menyalami kolega-kolega bisnisnya. Pembukaan cabang baru perusahaan Uchiha. Aku turut serta hadir dalam pesta ini.
Bukan sebagai undangan, tetapi pasangan.
Untuk kesekian kalinya aku menghembuskan nafas keras. Aku merasa gaun ini membalut tubuhku terlalu ketat, padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Justru aku yang meremas gaunku erat-erat.
Aku melangkahkan kakiku untuk menjauh dari kerumunan. Sudah berapa kali aku larut dalam acara formal? Sudah berapa kali aku berakhir di klub malam? Entahlah, bukan hal penting yang harus kuhitung. Tapi seberapa sering pun aku tenggelam dalam glamor pesta, tetap saja aku tidak terbiasa.
Goyangan pelan ku lakukan pada gelas di tanganku, kuhirup dalam-dalam aroma wine favoriteku. Kilasan kejadian itu kembali berputar di ingatan kala aku memejamkan mata. Sesak kembali menyapa. Lagi dan lagi aku menghembuskan nafas pasrah.
Angin malam menerbangkan helaian rambutku, menyapu bersih agar tak menutupi wajahku. Aku tersenyum kecut. 'Hei angin yang berhembus, jika kau bersedia, tolong hapus juga rasa sakit ini.'
Sebuah tangan merebut gelas wineku. Aku menatapnya pura-pura kesal.
"Kau terlalu banyak minum Hinata. Jangan terus lari, hadapilah jika kau ingin semua ini berakhir."
Pemuda itu tersenyum kepadaku, senyuman yang tulus. Aku menatapnya lama, lalu akhirnya menggangguk dan membalas senyumannya. Aku heran padanya, padahal beban yang kami tanggung tak jauh beda. Tapi kenapa dia bisa lebih tegar? Kenapa aku tidak? Apa yang membuat kami berbeda? Padahal kami telah setuju untuk bersatu dalam penderitaan ini.
"Naruto, ajari aku cara untuk tersenyum."
Dahinya mengerut,ia tampak berfikir sejenak, lalu tertawa seperti biasanya. "Untuk apa aku mengajarkan cara tersenyum kepada seorang Hinata yang ramah dan baik hati?"
"Jangan samakan dulu dan sekarang. Hinata yang kau maksud hilang. Aku berusaha mencarinya tapi seseorang menghapusnya. Mungkin lebih tepatnya, menghancurkannya." Niat hanya bercanda, namun kelihatannya garing. Naruto tidak meresponku.
Dia mengulurkan tangannya padaku, aku menyambut uluran tangan itu. Naruto membawaku kembali tenggelam dalam kerumunan. Selalu begitu, Naruto tidak pernah meninggalkanku sendiri. Padahal, aku bukan siapa-siapa.
'Hei Naruto, terima kasih. Terima kasih karena telah bersedia menemaniku dalam kegelapan ini. Ketika aku kehilangan cahayaku, dan ketika cahayamu di renggut. Terima kasih telah membantuku berjalan dalam kebutaan. Kebutaan yang kuciptakan dengan sendirinya. Sekali lagi, terima kasih telah ikut serta.'
Uzumaki Naruto menyalami beberapa kenalannya, aku pun sama. Memasang senyuman manis dan berkata ramah. Menjadi seorang Hyuuga Hinata yang sekarang amatlah sulit, karena orang lain pasti akan selalu mengaitkanku dengan diriku dimasa lampau.
Aku yang murah senyum. Yang baik hati dan tidak sombong, Hinata yang pemaaf. Akan bersemu merah ketika digoda oleh teman-temannya. Hyuuga Hinata yang disukai semua orang. Gadis Hyuuga yang bersikap bak putri kerajaan.
Padahal hanya seorang gadis dengan kehidupan sederhana. Mungkin bisa dikatakan kurang mampu. Tetapi begitu beruntung. Yah sekiranya, begitulah.
Tanganku tak pernah lepas dari genggaman Naruto. Naruto mengerti dengan keadaanku saat ini. Maka dari itu, ia tak meninggalkanku bahkan sedetik pun.
Saat Naruto tengah bercengkrama dengan teman sekolahnya dulu, aku mengedarkan pandanganku pada kerumunan. Mataku menangkap siluet seseorang, orang itu adalah tuan rumah pesta ini.
Tatapanku terkunci oleh dirinya. Tampak dirinya tengah berbincang-bincang dengan beberapa orang. Matanya menampakkan bahwa dirinya tengah bosan, aku tersenyum kecil melihatnya. Tatapan bosannya adalah hal yang paling menciri khaskannya. Aku hafal betul itu.
Tuan muda Uchiha pasti sudah muak dengan keramaian dirumahnya ini. Tapi apa boleh buatkan? Sebagai tuan rumah tentu tidak baik meninggalkan acara lebih dulu.
Apapun yang dilakukannya aku suka. Aku selalu suka, sangat menyukai apapun itu. Aku menikmati kegiatanku memandangi si putra tunggal Uchiha tersebut.
Kegiatan memandangku terinstrupsi oleh kedatangan seseorang. Dia memeluk lengan Sasuke dan ikut bergabung dalam obrolan Sasuke bersama rekannya. Sasuke mengecup singkat pipi gadis itu dan sepertinya mereka berada dalam obrolan seru hingga membuat Sasuke tertawa singkat.
Uchiha Sasuke tertawa.
Mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang langka. Namun tidak bagiku.
Perasaan rindu serta merta menusuk dadaku. Aku merindukan tawa itu, senyumannya, apapun itu asal tentang Uchiha Sasuke.
Mataku menatap kosong kepada dua insan yang sedang larut dalam pembicaraan mereka. Uchiha Karin tampak sangat pas untuk melengkapi kesempurnaan Sasuke.
Lahir dikeluarga yang terlampau mampu, berparas sangat cantik dengan matanya yang sangat indah. Rambut merahnya yang berkilau kini ia gulung keatas. Menampakkan leher jenjangnya yang begitu memukau. Gadis dengan pemikiran dewasa, kepintaran diatas rata-rata, juga latar belakang yang memang pebisnis. Tentu membuatnya sah-sah saja menjadi nyonya Uchiha.
Aku tertawa hambar. Mentertawakan diriku sendiri tentunya.
Oh Hinata, sadarlah.
Lama aku memandang mereka, tanpa sengaja tatapan kami bertemu.
'Sasuke, mungkin kau akan mentertawaiku juga. Tapi, aku merindukan matamu. Tatapan tajammu.'
Darahku berdesir kala itu, bukan menahan amarah. Namun menahan debaran jantungku yang terasa berkali-kali lebih cepat dari keadaan normal. Uchiha Sasuke manatapku. Kemudian tak lama, dirinya dan sang istri telah berada di hadapanku.
"Naruto. Kenapa kau jarang mengunjungiku?"
"Ah Teme! Maafkan aku, akhir-akhir ini aku sibuk. Ayahku sedang menemani ibuku di Australia. Jadinya aku yang mengurus perusahaan sendiri. Kau taulah Teme, itu sangat merepotkan." Naruto menggaruk-garuk tengkuknya yang kupikir tidak gatal sama sekali.
"Nee Naruto, kapan kau akan menikahi Hinata?" Uchiha Karin bertanya secara gamblangnya, dengan mudahnya ia memasang senyum menawan diwajah cantiknya. Hatiku mencelos mendengarnya.
'Karin-san, aku tahu kau tidak mengetahui apa-apa. Tapi kumohon, tetaplah untuk diam tanpa mengomentari apapun. Tolonglah untuk menjadi Karin yang selama ini aku ketahui, Karin yang selalu menurut. Tanpa sengaja kau menyakiti hatiku.'
"Itu benar Naruto. Kau mengulur-ngulur waktu." Sasuke ikut berkomentar.
'Oh Kami-sama. Kuatkan aku.'
Aku mengeratkan genggamanku pada tangan Naruto. Seakan mengerti Naruto segera mengalihkan pembicaraan.
"Ahaha kalian bisa saja. Aku dan Hinata saja belum memikirkan itu. Iyakan Hinata?" Naruto memandangku sekilas, aku menggangguk sebagai respon.
'Jangankan memikirkan, terlintas di benakku saja tidak pernah. Oh Uchiha-san, lihatlah aku barang kali hanya sebentar saja. Sekilas pun tak apa, asal perasaanku ini tersampaikan. Tidakkah kau merasakan rinduku yang menggebu-gebu?
Oh Uchiha-san, peluklah aku seperti kau memelukku dulu waktu mereka semua mempermalukanku. Genggamlah tanganku lagi saat dulu aku takut akan sesuatu. Tersenyumlah lagi kepadaku seperti saat dulu kau selalu menyambutku. Tertawalah lagi bersamaku saat dulu kita menghabiskan hari bersama. Sasuke, aku merindukanmu'
"Nona Hyuuga. Bagaimana dengan yayasan amal yang kau urus? Aku dengar kau bahkan membuka cabang di beberapa wilayah di Jepang, Austalia, dan Afrika. Jika kau bersedia, bisakah aku menyumbangkan beberapa sahamku untuk yayasan itu?" Sasuke menatapku, ia berbicara padaku.
"Dengan senang hati. Aku merasa sangat senang dengan bantuan anda Uchiha-san." Aku menjawab seperlunya.
"Baguslah, istriku akan menangi itu." Sasuke menatap Karin dengan bangga, ia merangkul Karin.
Aku kehabisan pasokan udara. Naruto yang paham, lalu berpamitan dengan Sasuke.
"Teme, aku pamit. Masih banyak urusan yang harus kukerjakan, aku janji akan berkunjung."
"Baiklah, Selamat malam."
Naruto dan Sasuke berjabat tangan, kemudian aku mengangguk singkat pada pasangan itu. Naruto mengiringku keluar dari mansion Uchiha. Akhirnya, satu jeratan terlepas.
Mobil ini melaju dengan kecepatan normal. Lalu lintas kota Tokyo di malam hari tak jauh beda dengan siang hari. Ramai, satu kata yang mendefenisikan kondisi jalanan. Lampu merah membuat mobil ini berhenti. Sepi, baik aku atau pun Naruto tenggelam dalam keheningan. Tak satu pun dari kami yang memulai percakapan.
Aku melihat rintik hujan pada kaca jendela. Awalnya satu dua tetesan, lama-kelamaan tetesan itu menjadi hujan. Hujan seperti mewakili perasaanku dan Naruto.
"Naruto, aku di undang." Aku mulai membuka suara.
"Aku pun begitu." Aku memandang pemuda di sebelahku. Tatapannya kosong, namun aku melihat tangannya meremas kuat stir mobil.
Aku hanya diam memperhatikan. Memilih untuk tidak melanjutkan percakapan ini. Kurasa datang ke acara itu membuat diri kami masing-masing tersakiti. Namun apa yang bisa kami lakukan? Menjaga hubungan baik adalah pilihan terbaik. Naruto dan Sasuke sudah berteman sejak kecil. Tidak mungkin Naruto absen dari acara keluarga Uchiha.
Malam yang penuh duka. Aku mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, saat kami akan keluar dari mansion Uchiha. Kami berpapasan dengan Haruno Sakura, dan tunangannya. Tak banyak percakapan, aku yang mendominasi keadaan. Aku tak membiarkan Naruto berlama-lama menatap gadis itu, bukan bermaksud jahat. Hanya saja aku tak ingin Uzumaki Naruto, temanku dalam kegelapan, bersedih hati karena bertemu dengan cahayanya yang di renggut.
Aku tak begitu tahu tentang Sakura. Hanya terjadi beberapa kali pertemuan diantara kami, aku pun tak terlalu peduli dengannya. Yang ku tahu adalah, bahwa sebentar lagi nama belakangnya akan berganti. Sabaku eh?
Aku mengeratkan jas Naruto yang tersampir pada bahuku. Dingin ini begitu menusuk. Kantuk mulai mengusaiku, namun aku bertahan sekuat tenaga untuk tidak terlelap. Aku takut mimpi-mimpi itu kembali menguasaiku, mimpi yang datang beberapa bulan terakhir.
Tentang sebuah pertanyaan yang begitu menorehkan luka yang menganga pada hatiku.
Tentang tatapan asing yang pertama kali kuterima dari mata itu.
Saat itu pula, dunia bahagiaku hancur.
Akhirnya, aku mengalah pada kelopak mataku yang terasa sangat berat.
..
'Siapa kau?'
..
-TBC-
A/N : Haii minna! Gomen ya karena kembali lagi dengan fiction baru:'3
Tangan aku gatahan untuk nulisnya. Nah minta pendapatnya boleh kali ya? XD
Review please?
