Seorang pemuda bersurai kuning jabrik mengeliat tak nyaman di atas tempat tidurnya yang sangat berantakkan. Tangannya mencengkram erat kaus hitam di bagian perutnya yang terasa nyeri, mungkin pencernaannya terganggu dengan ramen yang menjadi makan malamnya.

Ia membalik tubuhnya kearah samping menghadap dinding sembari menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Keringat dingin meluncur turun dari dahinya. Rasa nyeri yang di alaminya kali ini berbeda dari biasanya. Bagian bawahnya di daerah selangkangan pun juga terasa nyeri.

Ia memejamkan mata erat berharap rasa sakitnya sedikit mereda. Sebelumnya ia tak pernah mengalami rasa sakit seperti ini.

Tak lama pemuda bertubuh kecil tersebut terlelap seiring meredanya rasa nyeri yang di alaminya.

.

.

Tamu

Seiri Danshi disclaimer Anon

Naruto disclaimer Masashi KIshimoto

Summary : Tangannya mulai melebarkan kaki Naruto menyentuh sesuatu di yang terletak disana/ "Apa yang kau lakukan, Teme."/ warn : sedikit menjijikan dengan adegan berdarah-darah/ SasuNaru/ Sho-ai

FIc ini terinspirasi dari manga Seiri Danshi atau Period Boy yang dibuat anon.

Period Boy maksudnya cowok yang mengalami periode haid. Dan kalau manganya di lanjutin pasti jadi m-preg /gross

warn : sedikit menjijikan dengan adegan berdarah-darah, abal banget, AU, OOC, Typo(s), Sho-ai, dll.

Happy Read

.

Semoga

.

.

Naruto Uzumaki terbangun pagi itu seperti pagi hari yang dilaluinya seperti biasa. Jam wekernya membuat suara berisik seperti biasa dan ia akan mematikannya dengan wajah mengantuk khas bangun tidur. Bahkan air liur berbau terlihat berpeta di bantalnya.

Naruto bangkit mendudukan tubuhnya yang lemas di atas ranjang berseprai putih berantakan miliknya. Ia tak menyadari sebuah bercak merah sewarna darah yang tampak menodai seprai.

Ia terdiam untuk beberapa saat ketika menyadari sesuatu yang lengket dan membuatnya tak nyaman terasa di area selangkangannya. Bau amis samar darah sekilas tertangkap indera penciumannya. Kernyitan heran disertai rasa takut mulai muncul di paras pemuda berkulit coklat itu.

Dengan ragu Naruto menyingkap selimutnya. Keringat dingin menuruni pipinya setelah sekilas mendapati bercak merah di atas seprai.

"Apa ini?" pekik Naruto dengan keras. Memang pemuda bersurai pirang itu selalu heboh.

Naruto bangkit, ia merasakan sesuatu keluar dari daerah bagian bawahnya.

"Uukh." Desisnya kembali mendudukkan diri di atas kasurnya. Ia lingkarkan lengan pada perutnya yang terasa mual. Pandangannya tertuju pada celananya yang juga ternoda darah. Darahnya berasal dari sana. Apakah sesuatu terjadi padanya sehingga daerah selangkangannya sehingga mengeluarkan darah.

Ketakutan mulai menyelimutinya benak Naruto. Ia tak tahu apa yang kini terjadi dengannya, bahkan ia belum mengalami mimpi basah di umurnya yang ke-16 kini.

Naruto menjambak rambutnya, rasa frustasi terlihat jelas di wajahnya yang dihiasi tiga kumis yang terlihat samar. Mungkinkah bagian bawahnya terluka sehingga mengeluarkan darah?

"Naruto.."

Terdengar suara seorang yang cukup dikenalnya disertai deritan pintu yang terbuka bersamaan. Itu Sasuke Uchiha tetangga sekaligus temannya sejak kecil.

Tak terlintas dipikirannya akan mendapati Sasuke tiba-tiba datang ke kamarnya dan menjemputnya untuk berangkat bersama ke sekolah. Bahkan Sasuke melakukannya setiap hari berkunjung ke apartemennya, mereka tinggal di gedung apartemen yang sama. Dan sasuke memiliki akses tersendiri untuk keluar masuk kamar apartemennya, entah dari mana pemuda stoic itu mendapatkannya- Sasuke tak pernah mengatakan sekalipun padanya.

Naruto mulai panik, ia tak mungkin menunjukkan keadaannya saat ini pada orang lain apalagi dengan seorang seperti Sasuke. Ia kembali berbaring di kasurnya yang bertambah lusuh dengan bercak merah yang berceceran menyebar karena ulahnya sendiri. Ia menaikkan selimut menutupi seluruh tubuhnya.

"Nar-"

Decakan kesal menyambut Sasuke saat mendapati temannya sejak kecil itu masih bergelung pada selimutnya dengan keadaan berantakkan. Sasuke mendekat, mengernyitkan alisnya saat indra penciumannya mencium bau tajam. Naruto memang sedikit jorok dengan keadaan kamarnya yang hampir selalu berantakan. Sasuke selalu menjenguknya setiap hari untuk alasan tersebut tentunya.

Ia tahu Naruto hanya tinggal sendirian dan tak bisa merawat dirinya sendiri meskipun pemuda pirang itu memiliki cukup penghasilan sendiri dari pekerjaan paruh waktu yang dijalaninya.

"Dobe, bangunlah. Atau kita berdua akan terlambat."

Naruto tak berkutik, matanya terpejam erat. Sasuke tahu pemuda itu hanya berpura-pura memejamkan matanya. Pada akhirnya ia memutuskan untuk membangunkan Naruto secara paksa.

"Dobe." Sasuke mulai menarik selimut Naruto dan dalam sekejap membuat pemuda pirang itu terbangun.

"Gyaa. Teme lepaskan selimutku. Kau melakukan pelecehan." Naruto berusaha mempertahankan selimutnya untuk menutupi tubuhnya.

Sasuke melepas tarikannya pada selimut Naruto. Ia mencoba mengalah kali ini untuk membuat Naruto yang sifatnya keras kepala menuruti perintahnya, namun pemuda pirang itu justru meringkuk ke dinding.

"Kau tidak ingin membuatnya cukup sulit kan?" Sasuke menaiki ranjang Naruto, ia menyadari bercak merah yang berceceran di seprai putih Naruto. Apa yang terjadi dengan Naruto. Ia mulai sedikit khawatir dengan pemuda yang telah dikenalnya sejak kecil itu.

Naruto semakin meringkuk di sudut ranjangnya, menenggelamkan tubuhnya pada selimut sebelum akhirnya Sasuke berhasil menarik selimutnya dalam sekali tarikan. Tenaga Sasuke jelas lebih besar dibanding Naruto yang bertubuh lebih kecil darinya.

"Ada apa denganmu?" Sasuke terdiam, iris onixnya tertuju pada iris sapphire berkilau milik Naruto. Iris onix yang menyiratkan rasa khawatir.

Sasuke dikenal dengan sifatnya yang dingin namun dia lebih mudah melepaskan ekspresinya hanya dihadapan Naruto. Ia juga tak banyak bicara dan hanya pada Naruto lah ia akan bersikap cerewet setiap kali menasihati pemuda pirang itu. Mungkinkah hal itu yang disebut rasa empati atau lebih? Entahlah Sasuke tak pernah tahu jawabannya.

Lamunan Sasuke hilang ketika mendapati bercak noda darah pada bagian selangkangan Naruto. Hal tersebut membuat rasa khawatir Sasuke bertambah besar. Ia mencengkram pundak Naruto, mendorong pemuda pirang itu di atas ranjang hingga Naruto berbaring telentang tanpa pertahanan apapun. Kaus hitam Naruto tersingkap terbuka memperlihatkan perutnya yang rata terbalut kulit tan eksotis.

Sasuke menelan ludah, berdehem sejenak menahan rasa gugup yang tiba-tiba menghampirinya.

"Ada apa sebenarnya?" Sasuke kembali berkata. Mereka berdua tetap mempertahankan pose saling menindih di atas kasur tersebut. Entah kenapa Sasuke tak beranjak dari atas tubuh Naruto.

"Aku juga tidak mengerti, tiba-tiba ada darah yang keluar. Apa kau tahu yang seperti ini?" Akhirnya Naruto membuka mulutnya dengan rasa gugup yang kentara jelas diwajahnya. Ia mempercayai Sasuke yang telah dikenalnya sejak kecil.

Sasuke sedikit mengangkat tubuhnya mendudukkan diri di atas kasur. Ia mengalihkan pandangannya ke celana Naruto yang ternoda bercak darah. Bahkan sekarang seprai yang diduduki Naruto berbercak merah.

"Biar kuperiksa."

Sasuke menyentuh paha kiri Naruto. Tak mendapat respon dari Naruto, ia melanjutkan aksinya. Tangannya mulai melebarkan kaki Naruto menyentuh sesuatu di yang terletak disana.

"Apa yang kau lakukan, Teme."

"Apa kau menstruasi? Bukan kau sepertinya memang mengalami menstruasi."

"Apa kau bercanda? Aku masih memiliki sesuatu yang mengantung diantara kakiku." Teriak Naruto yang sukses menulikan telinga Sasuke.

End or TBC?