A/N : annyeong^^ Fic baru, terlalu singkat mungkin. Soalnya ide untuk Chap 1 memang hanya segini^^ ini fic KYUMIN,walupun nanti akan terlihat seperti ada KyuHyuk, tapi tenang aja. KyuHyuk bukan couple disini, hanya friendship. Jika terlihat seperti couple, maka berarti kalian harus baca chap berikutnya. Hehe~ AH, REVIEW jangan lupa ne~ Apa ini harus diteruskan atau berhenti sampai disini? itu terserah kalian^^ NO BASHING, FLAME atau apalah itu. saya Cuma nerima review yang baik dan membangun. Belajarlah menghargai karya orang lain ne~ langsung saja~ Enjoy~
xx Kazuma Arakida xx
present
KyuMin
Kyuhyun X Sungmin
HaeHyuk
Donghae X Eunhyuk
They belongs to each other
this fic is mine
Xx Rated : T for this chap xX
BL/YAOI, AU, Romance, Family, Friendship
M-preg, already have a child^^
Don't like? Back aja~
CHAP 1
[One Second Love]
[Kyuhyun's Pov]
"Andwe, kau tidak bisa membeli itu, Donghyuk. Kau sudah mengambil banyak coklat tadi," kataku pada seorang namja kecil berambut hitam dihadapanku ini. Apa satu keranjang penuh coklat ini masih belum cukup untuknya?
"Tapi Donghyuk mau, Appa," sahut anak kecil itu sambil menunjukkan sebungkus coklat padaku. Dia mengeluarkan puppy eyesnya lagi. Aissh!
"Baiklah, masukkan itu ke dalam sini," kataku mengalah. Mau tak mau kau tersenyum lembut padanya. "Kajja, kita cari Umma, ne?" ajakku dan menggandeng tangan namja kecil berumur dua setengah tahun ini.
"Ne," jawabnya dan tersenyum sumringah setelah mendapatkan coklatnya. Dia berjalan riang di sampingku. Senyuman tak lepas dari wajah imutnya
Aku tersenyum lembut pada Donghyuk. Melihat senyuman riang namja kecil itu membuat rasa lelahku setelah pulang bekerja menjadi hilang. Aku kembali berjalan menyurusi etalase di swalayan yang menawarkan berbagai macam produk. Namja kecil ini terlihat masih memilih-milih makanan apa lagi yang akan dia beli, dia pasti tahu aku tidak akan bisa menolak jika dia sudah meminta. Apa lagi dengan jurus andalannya puppy eyesnya itu.
"Dimana dia?" gumamku sambil mengedarkan pandangan ke seluruh sudut swalayan mencari seseorang yang seharusnya ada disampingku sekarang. "Eh?" gumamku sangat pelan saat mataku bertemu pandang dengan sepasang mata foxy yang sepertinya menatapku.
Si pemilik mata foxy itu juga tersentak. Sedetik kemudian wajah putih mulusnya langsung bersemu menatapku? Aku melirik kiri dan kananku, tidak ada orang lain. Apa namja itu menatapku? Ah, sekarang dia tersenyum dan membungkuk. Wajahnya sangat manis! Apa dia namja? Sepertinya begitu, tidak ada dada yang tersembul dari kemeja ketatnya. Tapi, kenapa dia menatapku seperti itu? Wajahnya pun bersemu merah.
"Appa, Umma ada disana," terdengar suara Donghyuk yang masih belum terlalu lancar berbicara memanggilku. Mau tak mau aku mengalihkan pandanganku dari mata foxy yang menarikku itu.
Ku tatap bocah kecil lucu ini, "A-ah, ne, Donghyuk. Mari kita susul Umma," kataku.
Aku kembali membimbingnya berjalan dan melewati namja tadi yang kini sudah kembali sibuk dengan produk sampo dihadapannya. Ya ampun, dia manis sekali.
[end Kyuhyun Pov]
Kyuhyun berjalan mendekati seorang namja berambut pirang kurus yang membawa sebuah trolly yang penuh dengan persedian bahan makanan.
"Umma~" seru Donghyuk dan berlari kecil mengejar namja itu.
"Ah, Dongie! Apa sudah selesai dengan berlanjaannya?" tanya namja itu lembut sambil merengkuh namja kecil itu dalam pelukannya.
"Appa membelikan Dongie banyak coklat," jawabnya sambil mengangguk bersemangat.
Namja itu menatap Kyuhyun tajam. "Apa kau tahu memberikan coklat berlebihan pada anak kecil itu tidak bik untuk kesehatannya, Kyunnie?" tanyanya.
"Hey, dia menatapku dengan puppy eyesnya, Eunhyuk. Mana bisa aku menolaknya," jawab Kyuhyun membela diri.
Namja bernama asli Lee Hyukjae—lebih akrab di panggil Eunhyuk—itu menggeleng pasrah. "Dia bukan Appa yang tegas untukmu, Dongie," gumamnya. "Kajja, kita harus membayar semuanya dan segera pulang. Kau pasti lelah dan lapar, Kyu," kata Eunhyuk sambil menggandeng Donghyuk.
"Kau sangat pengertian," kata Kyuhyun dan tersenyum sumringah. Dengan tenang dilingkarkannya tangannya pada pinggang Eunhyuk dan mereka berjalan bersama menuju kasir.
Tak jauh dari mereka, sepasang foxy memperhatikan dengan sedikit raut wajah sedih.
"Jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada suami orang? Aissh, pabbo," gumam namja bermata foxy itu lemah.
xxXxx
Lee Sungmin, namja berparas manis itu memasuki rumah besar mewah itu. Dua kantong besar belanjaan yang dia bawa diserahkannya pada pelayan yang sudah siap sedia menantinya sejak mobilnya datang tadi.
"Gomawo, ahjussi," katanya ramah pada pelayan yang mengangguk dan meninggalkan Sungmin yang kini berjalan menuju ruang santai keluarga. Seperti dugaannya, Mr. dan Mrs. Lee— Appa dan Ummanya— ada di sana bersama Sungjin—adiknya.
"Kau sudah pulang, Min," sapa Mrs. Lee sambil menyambut pelukan anak sulungnya itu.
"Ne, Umma," jawab Sungmin. Dia beralih memeluk Mr. Lee dan kemudian mengelus pelan rambut Sungjin. "Bagaimana kuliahmu?" tanyanya pada Sungjin.
"Baik-baik saja. Aku akan menyelesaikannya secepatnya, hyung," jawab Sungjin pasti.
Sungmin tersenyum dan mengangguk.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Mr. Lee.
"Terkendali, Appa. Tidak ada yang bermasalah hari ini," jawab Sungmin sambil tersenyum dan mengambil duduk di hadapan Appanya itu.
"Kau harus menggantikan Appa untuk meeting besok, Min. Ada beberapa urusan lain yang harus Appa urus. Kau juga yang akan mengurusi semua urusan untuk kerja sama kali ini sampai selesai," kata Mr. Lee .
"Aissh, tidak bisakah kita basa-basi sedikit, Appa? Appa selalu saja langsung pada intinya jika sudah membicarakan tentang perusahaan," kata Sungmin gusar melihat kebiasaan sang Appa.
Mr. Lee tertawa, "Ah, ne ne~ Appa takut lupa jika tidak memberitahumu segera. Semua berkas untuk meeting besok sudah disiapkan oleh sekretarismu," kata Mr. Lee.
"Arrasseo. Sungjin, temani aku mengambil makan malamku. Aku sangat lapar," kata Sungmin dan menarik Sungjin menuju dapur.
"Ya! Hyung, chakkaman! Aish!" gerutu Sungjin pasrah. Dia selalu menjadi korban untuk menemani Sungmin makan malam jika Sungmin tidak bisa ikut makan malam bersama.
Sungjin memandang hyung kesayangannya itu dengan sayang. Hanya Sungmin satu-satunya saudara yang dia punya. Sungjin tersenyum kecil menatap Sungmin yang kini siap untuk menyantap makanannya. Hyungnya ini memang manis, bahkan cantik. Pantas saja banyak namja yang mengejarnya.
"Kenapa kau menatapku sepertiku? Mengerikan, Sungjin," kata Sungmin bercanda sambil tertawa pelan pada namsaengnya itu.
"Aniya, aku hanya bersyukur Tuhan memberiku hyung sepertimu," jawab Sungjin. "Apa kau sudah baik-baik saja, hyung?"
Sungmin mengangguk. "Aku memang baik-baik saja," jawabnya sambil mengerutkan kening heran dengan pertanyaan Sungjin.
"Maksudku, tentang hatimu, hyung," kata Sungjin memberi penjelasan.
Sungmin terdiam. Dia menghentikan kegiatan makannya dan terlihat berusaha tersenyum. "Aku baik-baik saja. Itu sudah terlalu lama, Sungjinnie. Aku sudah bisa melupakannya dengan baik. Tenang saja," katanya.
Sungjin mengangguk pelan. "Aku hanya khawatir kau masih mengingat tentang itu, hyung. Kenapa kau tidak mencoba menjalani hubungan dengan yeoja saja?" tanyanya.
Sungmin tertawa. "Aku memang dilahirkan untuk mencintai sesama namja, Sungjin. Kau pasti mengerti kan? Sekeras apa pun aku mencoba untuk mencintai yeoja, tetap saja hasilnya nihil. Apa kau keberatan dengan hyungmu yang seperti ini?"
"Aniya! Aku bangga memiliki hyung sepertimu! Tidak banyak orang yang bisa kuat menjalani kehidupan sepertimu, hyung! Menjadi Uke dan selalu tersakiti itu pasti sulit," bantah Sungjin cepat.
"Ya! Aku tidak selalu tersakiti!" seru Sungmin protes.
Sungjin tertawa. "Ah ne~ kau hanya sekali tersakiti. Tapi sekali itu membuatmu hampir mati dan seperti mayat hidup selama satu bulan," katanya.
Sungmin mengerucutkan bibir merahnya kesal, wajahnya terlihat semakin manis. Sungjin kembali mengungkit dan mentertawakannya. "Aissh, kau ini! Siapa yang tidak akan seperti mayat hidup jika kau ditinggalkan untuk menikah dengan orang lain!" serunya.
Sungjin terdiam. "Ah, mianhae, hyung," katanya pelan, merasa bersalah sudah mengungkit masalah itu lagi.
Sungmin menatap namsaengnya itu dan tersenyum. "Aku sudah baik-baik saja, Sungjin. Percayalah. Semuanya sudah baik-baik saja. bahkan hubunganku dengannya, juga istrinya, sudah baik-baik saja," katanya menenangkan Sungjin.
"Kau mengenal istrinya?" tanya Sungjin kaget.
"Ne, kami tidak sengaja bertemu beberapa hari yang lalu setelah sekian bulan tidak bertemu," jawab Sungmin tenang.
"Apa istrinya yeoja yang cantik?"
Sungmin menggeleng. "Dia seorang namja tampan dengan senyuman malaikat," jawabnya.
"Ah, namja ya," gumam Sungjin mengerti. Orang yang sedang mereka bicarakan memang pecinta sesama namja, sama seperti Sungmin.
Sungmin mengangguk lagi. Tiba-tiba dia teringat kejadian di swalayan tadi. Bayangan namja berambut coklat tampan itu terlintas dipikirannya. "Sungjin, aku rasa aku jatuh cinta," gumamnya.
"Hm, mwo? Kau bilang apa?" tanya Sungjin yang tidak mendengar jelas gumaman Sungmin tadi.
Sungmin tersenyum sambil menggeleng kecil. Dia menaruh sendok dipinggiran piringnya. "Aku bertemu dengan seorang namja tampan tadi. Saat di swalayan," jawabnya.
"Ah, jinjja? Kau menyukainya?" tanya Sungjin bersemangat. Sudah cukup lama dia tidak melihat wajah berseri-seri hyungnya seperti sekarang.
"Entahlah, yang pasti mataku tak bisa beralih dari wajahnya. Rambutnya berwarna coklat, dia namja yang tinggi dan cukup kurus. Senyumannya, ya, senyumannya…" jawab Sungmin sambil berusaha mengingat wajah sang namja tampan tadi.
"Apa dia juga melihatmu?"
"Ne! Dia juga menatapku, saat dia menatapku jantungku berdetak sangat cepat!"
"Aish! Kalian saling menyukai!"
"Ah, aniya!" seru Sungmin. Dia teringat sesuatu.
"Wae?" tanya Sungjin heran.
Sungmin mengerutkan bibirnya lagi. "Dia bersama seorang anak kecil tadi. Namja kecil yang manis. Dan anak itu memanggilnya 'Appa'," jawab Sungmin.
"MWO? Seorang duda? Namja normal?" seru Sungjin makin kaget. Dia tidak akan membiarkan Sungmin jatuh cinta pada pria normal. Karena menurutnya itu hany akan membuat Sungmin selalu sakit hati. Dia sangat mengerti bagaimana posisi hyungnya yang tidak normal itu. Dia berjanji dia yang akan menjaga hyungnya. Dia tidak ingin Sungmin tersakiti seperti yang dulu.
Sungmin menggeleng, "Dia bersama seorang namja manis," jawabnya pelan.
"MWO? Pecinta namja yang memiliki anak? ANDWE! LUPAKAN DIA SECEPATNYA, HYUNG!" seru Sungjin emosi.
"Aissh! Tenanglah, Sungjin! Arrasseo arrasseo," kata Sungmin. Dia sudah sadar tentang itu sejak tadi. Dia harus melupakan cinta pada pandangan pertamanya tadi. "Lagi pula itu pasti hanya rasa suka biasa. Aku hanya tertarik padanya dalam beberapa detik, jadi kau tenang saja," sambungnya dan kembali melanjutkan makannya.
"Aku tidak mau kau mengingatnya lagi, hyung! Aku tidak mau kau jatuh cinta pada suami orang yang memiliki anak seperti itu! arrasseo?" seru Sungjin.
Sungmin hanya mengangguk lemah.
..
.
"Uhuk! Uhuk! Akh!" Kyuhyun segera meraih segelas air putih yang sudah disediakan Eunhyuk di samping piringnya.
"Kau kenapa? Makanya jangan terlalu cepat saat makan. Pabbo," kata Eunhyuk dan memukul-mukul pelan punggung Kyuhyun.
"Akh, sepertinya ada yang membicarakanku," kata Kyuhyun setelah dia minum.
"Aish, kau sungguh terlalu percaya diri," kata Eunhyuk dan beralih menyuapi Donghyuk yang terlihat asik dengan mainan ditangannya.
Kyuhyun tertawa pelan. Dia meneruskan makannya yang sempat tertunda. Masakan Eunhyuk sebenarnya tidak terlalu enak, biasa saja. Tapi, dari pada dia tidak makan sama sekali. Lagi pula sepertinya lidahnya sudah terbiasa dengan masakan biasa buatan Umma Donghyuk ini.
"Kyu," panggil Eunhyuk pelan.
"Hm?" tanya Kyuhyun yang masih sibuk mengunyah makanannya.
"Dia akan pulang," jawab Eunhyuk. Dia tak berani menatap mata evil Kyuhyun yang kini menatapnya tajam.
"Apa maksudmu, Lee Hyukjae?" tanya Kyuhyun dingin.
"Dia akan kembali, Kyu. Dia memberitahuku," jawab Eunhyuk.
Kyuhyun meletakkan sendok dipinggiran piringnya. Ditatapnya Eunhyuk yang masih menyuapi Donghyuk, tak berani menatapnya. "Siapa yang bilang kau boleh menguhubunginya lagi?"
Eunhyuk tertunduk. "Dia yang selalu memberi kabar, Kyu. Dia bilang hanya ingin bertemu dengan Donghyuk," jawabnya.
"Aku tidak mau di bertemu dengan anakku," kata Kyuhyun dingin.
Eunhyuk langsung diam. "Kau sudah kenyang, Dongie? Kajja, kita cuci muka, kaki dan tangan, lalu pergi tidur," katanya pada Donghyuk dan menggendong namja kecil itu.
"Dongie mau membeli ciuman celamat malam dulu untuk Appa, Umma," kata Donghyuk polos.
Kyuhyun memandang bocah kecil dalam pelukan Eunhyuk itu sejenak dan menghela nafas. Amarahnya hilang seketika menatap senyuman polos Donghyuk. "Jaljayo, Dongie," katanya dan mencium kedua pipi bulat 'anak'nya itu.
Eunhyuk hanya diam. Setelah Donghyuk puas memberi ciuman selamat malam untuk Kyuhyun, dia membawa Donghyuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan Kyuhyun yang kembali memakan makanannya.
Kyuhyun terdiam memikirkan perkataan Eunhyuk tadi. Dia akan kembali? Seketika urat syaraf Kyuhyun menegang. Sekian lama dia pergi dan sekarang dia kembali? Ingin bertemu dengan 'anak'nya? Tidak akan! Kyuhyun tidak akan membiarkan itu. setidaknya orang itu harus tahu seberapa besar perjuangan Kyuhyun untuk membesarkan Donghyuk.
"Aish, dasar tak tahu diri!" gerutu Kyuhyun geram. Dia kehilangan selera makannya seketika.
..
.
"Tidak, Hyuk! Aku tidak mengizinkan dia untuk bertemu dengan Donghyuk!" kata Kyuhyun tetap teguh pada pendiriannya. Dia dan Eunhyuk sedang di dalam kamar sekarang. Donghyuk sudah tidur.
"Tapi, Kyu—"
"Aku ini Appanya, aku yang berhak memberi izin siapa saja yang boleh bertemu dengan anakku. Dia itu hanya masa lalumu, Hyuk. Aku tidak suka anakku berhubungan dengan masa lalu Ummanya," kata Kyuhyun memotong perkataan Eunhyuk.
"Kyu, dengarkan aku. Tolong dengarkan aku. Aku mengerti, Kyu. Kau pasti tidak akan mengijinkan aku membawa Donghyuk untuk menemuinya, tapi—"
"Jika kau ingin bertemu dengannya, pergilah. Tapi jangan bawa anakku," lagi-lagi namja berambut coklat itu memotong perkataan Eunhyuk.
Eunhyuk menghela nafas. Dia paham benar sekeras kepala apa namja dihadapnnya ini. jika dia sudah bilang tidak, maka sampai kapan pun akan tetap tidak. Dia juga mengerti Kyuhyun pasti kesal setiap kali mereka berbicara tentang orang ini. seperti biasanya.
"Kau merindukannya?" tanya Kyuhyun dingin.
Eunhyuk tertegun. "A-ani, Kyu," jawabnya gugup.
"Kau berbohong," kata Kyuhyun.
Eunhyuk tersenyum tipis, Kyuhyun terlalu memahaminya. "Kau pasti sudah tahu jawabannya."
"Kapan dia kembali?"
"Besok, Kyu."
"Pergilah, biar Donghyuk pergi bersamaku."
"Bukankan kau ada meeting?"
"Aku bisa membawanya, Eunhyuk. Aku meeting di luar kantor besok. Aku bisa sekalian membawanya jalan-jalan. Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini dan tidak punya banyak waktu untuknya."
Eunhyuk menatap namja yang tidak menatapnya itu. "Apa kau tidak cemburu?" tanyanya pelan.
Kyuhyun melengos malas. "Ck, jangan menanyakan hal yang tidak-tidak," jawabnya.
Eunhyuk tersenyum. "Gomawo, Kyu. Jeongmal gomawo," bisiknya.
Kyuhyun menghela nafas dan mengangguk kecil.
xxXxx
