Title : Principessa de Chessadonna
Chapter 1.
Author : mako47117_
.
Pairing : JongKi, YongKi.
Genre : Romance, Drama
Rating : T
Disclaimer : Five Treasure Island and Code Name Blue belongs to FnC Entertaintment
.
Warning : Yaoi, Typo, Abal, geje, Bahasa ngebosenin, banyak majas, dsb.
.
Don't like? please don't read
.
Pepohonan bergemerisik diterpa Sang Bayu, melepaskan sehelai daunnya yang meliuk dan terombang-ambing sebelum akhirnya bertengger di sebuah pusara tepat di depan seorang namja cantik berbalut jas hitam yang berdiri terdiam dengan wajah menunduk. Tetes air mata yang selalu dibendungnya kini menitik dan jatuh ke tanah.
"Hongki-ya..". Namja cantik bermata indah bernama Lee Hongki memutar tubuh, menatap orang yang memanggilnya. Tak lama kepalanya menunduk, membalas sapaan namja berumur setengah abad yang tadi memanggilnya.
.
.:mako-chan:.
.
Suasana dingin dan kelam begitu kental menusuk tulang seorang namja paruh baya yang kini terduduk di ruang tamu mansion Keluarga Lee. Suasana yang terasa kontras dengan beberapa minggu lalu, saat Tuan dan Nyonya Lee masih hidup. Di kala itu, rasa cinta dan kasih sayang yang hangat menguar dari tiap pori dinding beton, tiap serat kayu dilantai, tiap bulir pasir bahkan tiap helai rumput di halaman. Membuat si namja setengah baya ini begitu nyaman berada di tengah-tengah keluarga itu.
Tapi dalam hitungan hari semuanya berubah. Kehangatan keluarga berganti dengan rasa kelam berlumur duka. Tuan dan Nyonya Lee meninggal. Sang Pangeran Lee Corporation menjadi yatim piatu dalam waktu singkat. Miris.
"Jadi.. Apakah ayah menuliskan wasiat untukku, paman?" ucap Hongki blak-blakan. Tidak mood untuk sekedar berbasa-basi.
Pengacara Jung mengangguk. "Ya. Tapi sebelumnya paman mau memastikan... Kau tahu kenapa ayahmu meninggal?". Hongki mengepalkan tangan, giginya saling beradu menahan saja ia tahu.
"Ya" ucapnya singkat. Pengacara Jung terdiam, menguatkan diri. Hongki berhak tahu. Dan ia harus tahu. Namja paruh baya itu tidak mau namja cantik yang sudah dianggapnya seperti anak keduanya ini menyusul kedua orang tuanya dengan cara yang sama.
"Hongki-ah.. Orang tuamu meninggal bukan karena kecelakaan.. Mereka.." Pengacara Jung menelan saliva. "Mereka di bunuh."
Hongki menghela nafas, —diam-diam terkejut menyadari nafasnya bergetar—dan menutup mata, meresapi rasa perih yang kian merangkak naik hingga pangkal tenggorokan. "Ya.. Aku tahu paman.." suara Hongki kini terasa bergetar. Tapi ia tak bisa menghilangkannya. "Pembunuh bayaran keluarga Kim berhasil menculikku empat hari lalu".
Pengacara Jung terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian Manik mata Pengacara itu membulat lebar. Itu sehari sebelum mobil Tuan dan Nyonya Lee ditemukan ringsek dan hangus terbakar di dasar jurang, dan sehari sebelum pengamanan di mansion ini di perketat bukan?, pikirnya. "MWO! Hongki-ah, kenapa—" kalimatnya tertelan begitu saja begitu melihat tubuh namja mungil itu meringkuk dan bergetar hebat.
"Pa.. Pahhmann.." rintih Hongki. Tubuhnya masih bergetar, kedua tangan putih mencengkram lengannya sendiri, sementara air matanya terus meluncur bagai misil ke bawah kakinya.
Wajah Pengacara Jung bagai tertampar. Dengan segera direngkuhnya tubuh namja cantik yang tadi duduk terpisah meja dari tempatnya untuk bersandar ke dalam pelukannya. Berharap pelukan itu cukup untuk memberikan namja itu kekuatan.
Tak berapa lama, tubuh Hongki menjadi tenang dan bergerak menjauh, membuat namja yang dipanggilnya 'paman' melonggarkan pelukannya. Hongki menghela nafas dalam-dalam.
"Mereka membajak mobil dan menculikku sepulang sekolah. Tapi ada satu hal yang aneh paman.. Aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi saat mereka menculikku. Tiba-tiba saja aku berada di jalanan dalam hutan dan hampir tertabrak bis malam. keesokan harinya, saat aku sampai di rumah, paman butler bilang Appa dan Umma meninggal." Suasana sunyi sejenak. Lidah Sang Pengacara kelu. Otaknya bagai digelayuti berbagai virus yang menghambat kecepatannya berpikir. Sepuluh jemari bertengger di bahu Hongki.
"Ini tidak cukup untuk membawa si bajingan Kim ke meja hijau.." Pengacara Kim bergumam "Apa kau punya sesuatu yang lebih kuat?"tanyanya lagi tanpa jeda.
Namja yang baru duduk di kelas dua SMA itu terdiam sejenak, mencoba menggali ingatannya lebih dalam. Tapi seiring usahanya untuk mengingat, rasa sakit mulai terasa menghujam kepalanya. Otaknya serasa terlapisi selaput lateks ketat. Yang semakin ia mendorongnya melebar, dia akan mengetat dan mencengkram otaknya. Benar-benar menyakitkan.
Pengacara Jung menangkap perubahan raut wajah Hongki. Wajah cantik itu kian memucat, bulir-bulir keringat dingin merembes dari kulitnya.
"Ho.. Hongki-ah? Gwaen—"
"Hh.. Hh.. Bau darah merebak dimana-mana.. P-paman Shin (sopir keluarga Lee) tersenyum dalam gela—Arrgghh! Hh.. Hh.. Mehh.. Mereka akkan Meng..uasaihh Efftea... Island.. " tubuh basah Hongki merosot kedepan seiring kesadarannya yang kian menipis. Pengacara Jung menangkap tubuh itu, hanya bisa mengguncang dan memanggil nama si namja cantik untuk mengembalikan kesadarannya.
.
.:mako-chan:.
.
Pengacara Jung terdiam menatap tubuh Lee Hongki yang tergolek di ranjang Rumah Sakit. Masih tak sadarkan diri. Pengaca itu mendesah, matanya melirik benda serupa microwive yang menunjukkan grafik denyut jantung Hongki. Mulai terdengar stabil.
Nada dering khas brand suatu merek ponsel terdengar. Membuat Pengacara Jung hampir melompat dan menaikkan kedua tangan tinggi-tinggi sambil menggumam "Ihihihihi..." #plak emangnya oveje, coret kalimat terakhir!
"Yeoboseyo..".
Raut terkejut tergurat di wajah si Pengacara. "Ya-Yang mulia.." Pengacara Jung menundukkan tubuh pada seseorang di ujung ponsel—hal yang sia-sia, mengingat namja yang ia hubungi tidak melihat.
Pengacara Jung melirik Hongki sekilas, "Masih belum siuman yang mulia. Keadaannya tidak begitu bagus. Dokter bilang ia mengalami Amnesia—
"Annimnida.. Ia hanya tidak ingat apa yang terjadi saat ia diculik. Otaknya membuat pertahanan atas hal yang terlalu mengerikan baginya, semacam trauma akut yang mulia..".
"Tidak.. Ini hanya bersifat sementara, ingatannya akan kembali saat tubuhnya siap".
Pengacara terdiam mendengar namja yang di panggil Yang Mulia itu berkata di seberang sana, sesekali mengangguk dan bergumam meng-iyakan.
"Baik, Yang Mulia.. Sesegera mungkin saya laksanakan".
Pengacara Jung masih menatap layar ponselnya meski sambungan sudah terputus. Menghela nafas dalam-dalam, lalu menyentuh dada kirinya yang berdegup kencang. Tak dapat dipercaya! Raja dari tanah kelahirannya, Pemimpin tertinggi konstitusi negaranya baru saja menelpon dan berbicara dengannya langsung!
Pengacara Jung meremas ponselnya lalu mengalihkan pandangannya pada Hongki. Beringsut mendekat dan membelai kepala namja malang itu dengan rasa sayang.
Belaian di kepala Hongki seketika terhenti saat gerakan kecil pada jemari Hongki tertangkap retinanya. Bola mata indah itu terlihat bergerak dibawah lapisan tipis kelopaknya.
"Hongki-ah, kau sudah sadar? Hongki-ah?" Pengacara Jung menggenggam tangan itu erat. Nafas leganya terhembus dan senyum hangatnya terulas begitu mata cemerlang itu menampakkan diri.
.
.:mako-chan:.
.
Sudah beberapa hari Hongki berada di rumah sakit. Hanya tidur, makan, nonton televisi, jalan-jalan, tidur lagi.. Dan sekarang, ia sedang terduduk di bangku taman rumah sakit. Menikmati udara segar dan mencoba bersosialisasi—walaupun akhirnya gagal, mengingat ia dijaga 4 orang pengawal.
Hongki mendesah pasrah. Senyumnya terkembang melihat beberapa anak bermain tak jauh dari tempatnya duduk. Entah mereka sakit apa hingga berada di Rumah Sakit ini. Mereka terlihat sehat. Mungkin sebentar lagi mereka boleh pulang.
Tawanya terlepas begitu salah satu anak entah kenapa menari konyol.
"Di sini kau rupanya.. Dasar anak nakal." Hongki menoleh, tawanya luntur dan berganti dengan kerucut di bibir begitu melihat dua orang—Pengacara Jung dan seorang namja tampan, entah siapa di depannya.
"Aku bosan paman.." gerutu Hongki sambil sesekali mencuri pandang ke arah anak-anak yang kini tertawa-tawa. Si Paman tersenyum dan menepuk kepala Hongki perlahan.
"Bersabarlah.. Ini hanya sementara Hongki-ah". Hongki kembali memandang Pengacara Jung sebelum menutup matanya sambil menghela nafas jengah.
"Aku ingin pulang paman.. Aku hanya melupakan sesuatu. Bukan pengidap penyakit parah. Bahkan Dokter hanya memberiku therapy seminggu 3 kali, tidak memberi obat." keluhnya. Pengacara Jung menghela nafas, dan duduk di samping Hongki.
"Sebenarnya kau sudah boleh pulang beberapa hari lalu. Tapi Paman takut kau kesepian dan terlalu berlarut-larut dalam duka sepeninggal Orang Tuamu. Setidaknya kalau disini kau bisa mencoba bersosialisasi kan?" Hongki sempat tercekat Pengacara Jung mengungkit orang tuanya. Namun ia tepis perasaan itu. Ia tidak boleh menitikkan air mata—setidaknya tidak boleh ada orang saat itu terjadi.
"Paman pikir aku bisa bersosialisasi kalau ada mereka di sini?" Hongki menunjuk ke Empat bodyguard yang mengelilinginya. Membentuk bujur sangkar, dua di depan dan dua di belakang.
"Bahkan kemarin dia membuat anak lima tahun yang lewat di depan kami menangis." Hongki menunjuk bodyguard di depannya dengan jempol, membuat yang bersangkutan sempat terlonjak dan pundung seketika, meratapi tampangnya yang sudah 'horor' sejak orok. Namja yang tadi datang bersama Pengacara Jung tertawa.
"Hahaha.. Dia benar. Dia tidak akan bisa bersosialisasi kalau begini." Hongki mengangkat alis melihat namja itu, baru sadar akan keberadaan si namja tampan.
"Ahahaha Mian, aku lupa. Dia anakku. Yonghwa—Jung Yonghwa. Baru datang semalam dari Chessadonna, di pulau Efftea." ucap Pengacara Jung. Jung Yonghwa tersenyum, sedangkan Hongki yang sedari tadi tidak melepaskan tatapannya mulai tercekat. Pulau Efftea—Efftea Island? Hongki menoleh cepat ke arah Pengacara Jung.
"Paman! Pu-pulau itu!".
Pengacara Jung mengangguk. "Pulau yang kau dengar di incar Keluarga Kim. Pulau tempat ku, dan ibumu berasal."
"Mwo?! I-Ibu?!" Hey! Hongki tidak tahu hal ini!. Ia pikir ibunya juga berdarah Korea—seperti ayahnya.
"Jadi kau tidak tahu ibumu berdarah Chessadonna?" Yonghwa memandang Hongki tidak percaya.
"Aku.. Tidak tahu. Bahkan aku tak pernah tahu pulau itu" lirihnya, Mata membulat Hongki menerawang karena shock. Pengacara Jung mendaratkan telapak tangannya di pundak Hongki. Mencoba menenangkan namja cantik itu.
"Mereka memang sengaja merahasiakannya darimu nak.. Chessadonna adalah sebuah kerajaan di Efftea Island, pulau kecil yang letaknya berratus-ratus kilometer ke selatan dari Benua Eropa. Negara konstitusional yang dulu sempat diperebutkan oleh Korea dan Inggris karena potensi saphire, diamond, dan batu mulia lain yang terkandung di dalamnya."
"Tapi alih-alih menjajah, Orang-orang dari kedua negara itu malah hidup berdampingan dengan damai di Chessadonna. Dan orang yang mempersatukan mereka adalah Kakek buyutmu".
"!?"
"Sebagai penghargaannya, Raja Chessadonna II berjanji menikahkan cucu buyutnya denganmu.. Dengan tahtanya sebagai jaminan.
"Tapi bahaya mulai mengintai Chessadonna. Tuan Kim—Perdana Mentri angkatan perang saat itu—melakukan Kudeta besar-besaran. (Kudeta: perebutan kekuasaan dengan bantuan militer) Perang saudara pun meletus. Tuan Kim berhasil di pukul mundur karena apa yang ingin direbutnya telah berhasil disembunyikan. Tuan Kim kabur ke luar negeri setelahnya" Yonghwa ikut bercerita.
"Apakah ke..matian Orang Tuaku berhubungan dengan masalah ini?" Perut Hongki serasa diaduk, hatinya perih bagai diiris sembilu saat mengucapkan kematian. Yonghwa menoleh pada Pengacara Jung, meminta persetujuan atas suatu hal—yang dibalas anggukan oleh Pengacara Jung. Yonghwa kembali menatap Hongki.
"Apa kau tahu apa titah Raja Chessadonna II hingga aku berani berkata ia telah mempertaruhkan tahtanya? Dan Apa yang diincar Tuan Kim saat melakukan Kudetanya?" tanya Yonghwa. Hongki terdiam. Bingung.
"Beliau bertitah bahwa ia berjanji akan menikahkan cucu buyutnya dengan cucu buyut Tuan Lee. Dan beliau menobatkan cucu buyut Tuan Lee dengan Gelar Principessa de Chessadonna. Gelar yang absolute. Melebihi gelar Putra mahkotanya sendiri.. Principe de Chessadonna. Dan apa yang disembunyikan Kingdom of Chessadonna dari Tuan Kim adalah.. Kau, Lee Hongki".
Mata Hongki membulat. Merasa semuanya tidak mungkin dan diluar nalar. (oh ayolah umma.. Ff mako kan selalu di luar nalar..==' #plakplak) Tapi di sisi lain. Penjelasan Yonghwa bagai jawaban atas semua pertanyaannya. Mengapa ia tidak boleh keluar tanpa pengawal, mengapa ibunya begitu histeris saat ia menghilang dari kamar, mengapa orang tuanya melarangnya masuk ke sekolah umum, mengapa orang tuanya begitu protektif padanya? Inikah jawaban atas semua itu?
"Ba-Bagaimana.. kau tahu.. Rahasia keluarga kami?" tanya Hongki ragu. Wajar kalau Pengacara Jung yang tahu semua ini.. Tapi dari mana Yonghwa tahu masalah ini? Apa Pengacara Jung cerita padanya? Tapi mana mungkin.. Bahkan Hongki tidak diberi tahu.
Jung Yonghwa mengangkat bahu acuh, "Modern History of Chessadonna for 3rd grade of Junior High School—Buku Sejarah modern Chessadonna untuk kelas 3 SD." ucapnya enteng.
Hongki mengangkat sebelah alisnya. Jawaban macam apa itu? Selera humor namja bernama Yonghwa ini benar-benar aneh!, pikirnya.
"Hongki-ah.. Kemungkinan kau tidak akan pernah kembali ke mension mu lagi.." ucap Pengacara Jung lambat-lambat, membuat ekspresi penuh tanya tergurat di wajah ayu Hongki.
"W-Wae?" tanyanya. Namun alih-alih menjawab, Pengacara Jung malah memalingkan pandangan ke kiri. Tepatnya ke arah seseorang berseragam seperti kapten angkatan bersenjata diikuti beberapa orang—sepuluh—pengawal dan juga beberapa orang yang terlihat seperti.. Reporter?
"Ka-karena Yang Mulia Choi Jonghun, Principe de Cessadonna—Pangeran Chessadonna—sudah datang menjemputmu.." ucap Yonghwa lalu menunduk dalam untuk memberi penghormatan bagi pangeran tanah kelahirannya.
.
.:mako-chan:.
.
Pintu bangsal Hongki berderit terbuka, memunculkan sosok Pengacara Jung yang kembali menutup pintu. Namja tengah baya itu memosisikan diri di depan Principe de Cessadonna dan membungkuk dalam pada si pangeran tampan yang duduk di bangku lorong menantinya. Pangeran bernama Jonghun itu mengangguk, membalas penghormatan yang ditujukan untuknya.
"Lee Hongki sudah siap ditemui, yang mulia.." ucapnya. Principe de Chessadonna berdiri dari duduknya lalu menoleh ke samping dan menepuk punggung Yonghwa pelan.
"Aku pergi dulu.. Ceritakan padaku di Chessadonna.." ucapnya lalu kembali menunduk pada Pengacara Jung sebelum akhirnya mengarahkan langkah menuju bangsal di mana Lee Hongki berada.
"Ya, Yonghwa-ah.. Principe de Chessadonna mengenalmu?" Pengacara Jung mencondongkan badan mendekati Yonghwa, sementara badan dan matanya menghadap dan menatap sosok sang pangeran menghilang tertelan pintu. (mako: pintuuu.. Lepehin jongppaaaa L(T[]TL) #plakplakplak)
"Ah.. Dia Hoobaeku di akademi. Kami memang dekat dari dulu. Wae yo, aboji?" ucap Yonghwa santai sambil menoleh ke appanya. Pengacara Jung yang lehernya ngilu akibat refleks menoleh menatap Yonghwa kembali menatap pintu bangsal Hongki.
"Eopseo. Hanya tidak menyangka saja."ucapnya. Yonghwa hanya menggeleng dan tersenyum.
.
.:mako-chan:.
.
.
Jonghun menutup pintu dan berbalik, mata kelamnya bergulir menyorot segala sudut, sebelum berhenti pada sosok Lee Hongki di tengah ruangan. Ia menghela nafas pelan dan berjalan mendekat.
Hongki masih bergulat dengan pikirannya. Merenungkan perkataan Pengacara Jung sebelum menutup pintu dan meninggalkan ruangan. Hongki adalah harapan terakhir Chessadonna dan Pulau Efftea.. satu-satunya Principessa de Chessadonna yang sah.. Lalu.. Principessa de Chessadonna itu apa? Hongki menghela nafas keras-keras, lalu mencebikkan bibir. Bagi Hongki semuanya benar-benar membingung—
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Principe de Cessadonna merendahkan tubuhnya hingga wajah sendunya tepat berada di depan wajah Hongki. Pandangan Hongki mulai fokus. Mata cemerlangnya berkedip sekali, sebelum akhirnya terjebak dalam kelamnya danau dimalam hari yang entah kenapa memberi rasa hangat menyentuh hatinya. Konstruksi wajah yang tegas tapi halus. Begitu indah di tiap lek一tunggu! Sepertinya ada yang salah..
Mata Hongki melebar seketika. Refleks, tangannya terkepal dan bergerak menonjok wajah sendu itu.
GREP! Nyuuuut~!
"Ah.. Aduh! Aduh! A-aw!" Tonjokan Hongki membentur telapak tangan Jonghun yang langsung meremas kepalan tangannya tanpa ampun. Jonghun mendekatkan wajahnya ke telinga Hongki .
"Kau bisa mendekam di penjara kalau kau memukulku lho.." bisik Jonghun, melirik Hongki yang merintih dan menggerakan tangannya yang dicengkram tangan Jonghun一mencoba membebaskan tangannya. Jonghun mengeluarkan seringaian.
"Bisa-kau-lepaskan-aku?" erang Hongki, disela kebasan tangannya.
Jonghun bergerak mundur, hingga kini wajahnya tepat berada di depan wajah Hongki. Begitu dekat. Hingga bisa merasakan hembus nafas satu sama lain. Obsidian kelam mengobservasi wajah Hongki dengan ekspresi datar.
"Dalam keadaan begini, Kau benar-benar cocok dengan gelar Principessa" Sang Pangeran berbisik.
Hongki terdiam mendengar ucapan Jonghun. Tangannya berhenti di udara—menyerah dalam genggaman Jonghun.
"Eh? Oh.. Terima kasih, erm.. Penelope de Chessadonna?" Hongki menunduk tersipu. Ia payah dalam Bahasa Italia一atau Perancis? Atau Spanyol?. Tapi rasanya tadi namja itu sedang memujinya.
Penelope de Chessadonna? Jonghun membeku pada posisinya. Rahangnya mengeras. Amarah terlihat jelas di wajah Sang Principe. Disambarnya dagu Hongki, mengangkatnya kasar一membuat namja cantik itu sedikit meringis dengan wajah menengadah.
"Beraninya kau—" umpatan sarat kegusaran itu mengambang di udara mendengar Hongki merintih dibawah jarinya. Jonghun memejamkan mata dan membuang nafas, berusaha menelan kemarahan di ujung lidah. Dengan sedikit kasar, dihempasnya dagu Hongki—yang kini memandangnya bingung.
Jonghun menegakkan tubuh dan berbalik memunggungi si namja cantik. Tangannya—yang tadi merenggut dagu Hongki—mengepal erat. Mencegahnya untuk merasakan medan halus itu lagi dan lagi.
"Kita akan berangkat ke Chessadonna petang ini. Persiapkan dirimu." ucapnya, lalu berjalan menuju pintu. Tiba-tiba saja berhenti beberapa detik setelah pintu terbuka dan mengeluarkan seringaian sebelum akhirnya membanting pintu itu keras-keras.
Hongki tertegun. Apa ia salah bicara ya? Lalu apa sih arti Principessa yang mereka bicarakan?—pikirnya. Makin ke sini arti kata itu kian membuatnya penasaran. Hongki menggeleng, menolak berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan yang berakibat lipatan di antara kedua alisnya.
Namja cantik itu mengerat kan selimut, dan memposisikan diri untuk tidur. Matanya menerawang menatap langit-langit, dan mendesah mendapati jantungnya yang masih saja melompat-lompat dalam rongganya. Telapak tangan berhias nail art itu melapisi dada sebelah kirinya, seolah membujuk organ central itu agar tenang.
Pertama kalinya namja itu berinteraksi dengan orang lain selain keluarga dan pembantunya—Oh! Dan keluarga Jung. Ia tak pernah memiliki kesempatan untuk bersosialisasi. Terlebih ia tak pernah mengenyam pendidikan di sekolah. Homeschooling. Para guru lah yang datang ke mansionnya. Ia mulai khawatir dengan Jonghun. Berharap namja itu tidak benar benar marah. Ia tak ingin kehilangan teman, setidaknya sebelum bertunangan mereka berteman dulu kan?
.:mako-chan:.
Pintu terbuka lagi, memunculkan seraut wajah. Senyum Hongki melebar.
"Boleh aku masuk?" tanya namja itu. Hongki memutar mata dan tertawa.
"Masuk saja Yonghwa-sshi..". Yonghwa menghela nafas, cukup keras hingga terdengar oleh Hongki di ujung ruangan. Si namja cantik mengangkat kedua alis mendapati perubahan ekspresi Yonghwa yang begitu kontras.
"Kau lupa padaku ya.. Aku agak kecewa. Padahal aku tak pernah melupakan dirimu ataupun janjiku untuk menjagamu sedikitpun." Manik cemerlang Hongki bergerak gelisah melihat wajah Yonghwa yang pura-pura kecewa, mencoba menggali ingatannya. Jujur wajah itu memang terasa familiar.. Begitu hangat dan membuatnya nyaman, mengingatkannya pada sosok anak kecil tampan baik hati yang memakai jas dan celana pendek yang selalu memegang skateboardnya waktu ia kecil. Yonghwa hyung..
Hongki terbangun dengan mata berbinar lebar. Dia Yonghwa yang sama kah? Yonghwa hyung-nya?
"Yonghwa hyung?" Yonghwa tersenyum dan mengangguk. Hongki bergegas turun dari ranjangnya dan menghambur memeluk Yonghwa. Membenamkan kepalanya didada bidang namja bermarga Jung itu. Rindu. Tawa Yonghwa menghias udara. Di acaknya surai hitam Hongki dengan sayang.
"Ya! Reaksimu telat." Hongki melepas pelukannya, menatap Yonghwa dengan pandangan menyipit.
"Salah sendiri tidak langsung mengaku. Lagi pula mana aku tahu kalau hyung bisa jadi segagah dan setampan ini. Huh! Bikin iri" ocehnya sambil menonjok ringan bahu Yonghwa.
"Isssh! Alasan. Kamu yang dulu unyu luar biasa berubah jadi cantik luar biasa saja aku masih bisa mengenalimu." ucap Yonghwa sambil menekan kedua pipi Hongki hingga bibir sewarna sakura itu mengerucut paksa.
Hongki menepis tangan itu dari pipinya. "YA! Mwo ya! Aku tidak cantik! Kau menyebalkan, hyung."
Yonghwa tertawa, menyerah dengan kekeras kepalaan Hongki. "Ara.. Ara.. Kau tidak cantik. Puas?—Oh, ya.. apa yang kau lakukan sampai Jonghun jadi uring-uringan begitu?"
"Nado molla yo. Tadi aku hanya berterima kasih karena dia memujiku. Itu saja." Hongki berjalan ke ranjangnya dan duduk, diikuti Yonghwa yang menyeret Kursi plastik ke samping ranjang Hongki dan duduk disana, membuat ia duduk berhadapan dengan si namja cantik.
"Lalu bag—".
Tok tok tok...
Ketukan pintu menghentikan ucapan Yonghwa. Tak lama kemudian pintu terbuka. Menampil kan sosok yang membuat Yonghwa segera berdiri dan membungkuk. Refleks Hongki mengikuti gerakan Yonghwa.
Jonghun tersenyum. "Kau sudah datang hyung? Ah! Kau tak perlu memberi penghormatan padaku Principessa.." ucapnya lembut. Hongki menaikkan kepalanya, melirik Yonghwa sekilas.
"Ta-tapi Yonghwa hyung juga melakukannya, Penelope.." ucapnya bingung. Mata Yonghwa dan Jonghun membelalak lebar, dan saling melirik sekilas.
"Pe-Penelope?.. Mbh.. Mbh.. BUAHAHAHAHAHAHAHA" Tawa Yonghwa keras membahana, sedangkan Jonghun terlihat memejamkan mata dan mengatur nafas dengan wajah merah.
Hongki meneguk ludah. Apa ia melakukan kesalahan?
.
.
.
To Be Continued_
.
.
Note:
Chessadonna itu Nama yang Jonghun beri untuk Fans-fansnya.
Principessa : Putri
Principe : Pangeran.
Oh, Hampir lupa. mau tanya dong reader-sshi lebih suka mana, JonghyunXYonghwa atau YonghwaXMinhyuk. soalnya ntar aku bakal make antara Jonghyun atau Minhyuk.
jadi, boleh minta di ripiew? kkkk thanks udah baca yah... ^^
