Won't To Be Alone…
Baru kali ini aku mengakui kesalahan terbesarku. Kesalahan yang tidak patut untuk diampuni. Aku menganggap diriku ini seorang bodoh yang menyia-nyiakan apa yang telah hadir di dalam hidupku. Yang membuatku tersenyum dan berani melangkah di atas garis hidupku yang muram dan terjal. Tidakkah kau tahu???
"Aku mencintaimu…"
Di suatu pagi yang indah, awal musim semi, Ouran sudah kembali diricuhkan oleh para Host yang (seperti biasanya) meramaikan SMU Ouran.
Tamaki, dengan pesona intriknya yang selalu saja bisa menceburkan wanita mana pun ke pelukannya. Haruhi, yang menemani para guest untuk mengobrol sekaligus membuatkan kopi instant. Honey, dengan keimutannya sedang asyik bermain boneka dengan para tamunya. Kyoya-sama, sibuk berkutik diatas data keuangan host yang 'terkuras habis' untuk tahun ini. Hitachiin bersaudara, mengobrol berdua dekat jendela. Terakhir, Morinozuka terdiam sendiri tanpa ditemani Honey untuk pertama kalinya. Duduk diam menjauh dari keramaian.
"Mori-senpai?" Haruhi menghampiri dengan nampan berisi kopi.
Mori menengok. Dan Haruhi menawarkan secangkir kopi hangat padanya.
Mori mengambilnya sambil tersenyum kepada Haruhi. Senyum gentle yang selalu ia tunjukkan.
"Kau tidak bersama Honey?Apa kalian bertengkar?" Tanya Haruhi polos.
Mori menggelengkan kepalanya. Sekali lagi Haruhi memastikan.
"Kau baik-baik saja?"
Mori mengangguk dan tersenyum (lagi). "Ya."
Dari kejauhan (sebenarnya siapapun bias mendengarnya), Tamaki-senpai berteriak ke arah pintu. Yang notabene membuat semua orang menoleh. Semuanya termasuk Haruhi dan Mori.
Ajaibnya, ruangan mewah ala Eropa itu menjadi hening dengan sosok pemalu seorang gadis. Hanya separuh tubuhnya yang terlihat. Yang lainnya tertutupi pintu ruang Club unik itu. Menatap enggan ke arah isi ruangan. Sosoknya feminim, manis, pemalu, diam tapi hangat. Rambutnya panjang dengan poni menggantung ke arah kanan keningnya. Matanya bulat cerah berwarna coklat. Kulit putih berbalut gaun putri Ouran. Terakhir, pita kuning bersandar pada kepalanya.
"Hyori-kun, jangan malu-malu…!!Ayo kemari dan bergabung dengan kami..?!!" teriak Tamaki.
Perlahan, gadis itu menyeret tubuhnya untuk masuk ke dalam ruangan host club. Tangannya disembunyikan satu di belakang. Wajahnya merona merah. Ekspresi gugup bisa dibaca pada air mukanya.
"Selamat dating di Host Club…!!!!!!!!!!" sambut Tamaki penuh kemeriahan. Diikuti dengan yang lainnya.
Gadis itu tersipu malu. Tamaki menghampiri Kyoya. Sepertinya cowok indo itu tahu apa maksud gadis itu datang.
"Kyo-kun, dia mencarimu."
"Hyori?" Tanya Kyoya dengan ekspresi 'masa?'.
Tamaki mengiyakan dan Kyoya menghampiri gadis itu. Saat sampai dihadapan gadis bernama Hyori itu, Kyoya di kejutkan dengan sebuah kotak berbalut kain merah muda. Nampak seperti kotak makanan. Gadis itu memberikannya tiba-tiba begitu Kyoya ada di hadapannya. Ditambah dengan penuh rasa gugup dan malu-malu. Hyori menunggu dengan cemas. Tentu saja ia berharap Kyoya menerima pemberiannya yang sederhana itu.
"Untukku?" Tanya Kyo dengan telunjuk kea rah hidungnya.
Hyori mengangguk cepat.
Dan, Kyo-kun mengambil kotak itu. Masih tersirat wajah heran pada wajah Kyo. Sementara gadis itu masih berdiri tegang di hadapan Kyo.
"Uhm… terima kasih…," ujar Kyo dengan senyum cool-nya.
Wajah gadis itu semakin merah. Dengan cepat, ia segera menarik dirinya dari ruangan itu.
Setelah gadis itu pergi…
"SUIT….SUIT…. !!!!!!!!!!!!"
Semua ruangan ricuh. Terutama Tamaki. "Akhirnya ada juga yang mau mengejar Kyoya…!!!!" godanya.
Kyoya hanya tersenyum cool. Tidak bicara. Ia menghampiri mereka dan membuka isi kotak itu. Dan Honey yang pertama kali kegirangan : pudding berhias strawberry besar.
Semuanya menyuruh Kyoya untuk memakannya. Diikuti rasa penasaran Honey, ia membuka mulutnya dan merasakan sesendok pudding itu.
"Ini benar-benar enak," tanggapnya dengan ekspresi datar. Tamaki ikut mencobanya. Dan terdiam sejenak.
"INI BENAR-BENAR ENAK….!!!!!!!!!" Ujarnya berlebihan.
Semuanya terkejut.
Jauh dari kerumunan itu, Haruhi dan Mori hanya mengamati. Haruhi dengan ekspresi 'ya ampun'-nya itu. Sementara Mori dengan ekspresi datar namun 'mencurigakan'.
