M.E.R.A.L.O.I.S.E
Yunjae
Karena ini dunia mereka dan yang lain cuma numpang!
Gia & Via
.
Ini adalah ff kolaborasi antara gia dan vea. Ff ini genre fantasy yang setting tempatnya mirip dengan Harry potter dan Van helsing. Beberapa nama dan mantra juga kita ambil dari sana. Jadi kalian bisa membayangkan seperti apa yang kami tulis di ff ini. Selamat menikmatinya.
.
Chapter 1
.
.
Pemuda berkulit pucat itu duduk di bingkai jendela. Menatap jauh ke depan sana. Pada hutan terlarang yang saat ini terlihat begitu gelap. Tidak ada satupun bintang yang tampak di langit karena mendung. Dan hujan deras tadi sore, menyisakan gerimis yang menguarkan hawa dingin malam itu. Sangat kontras dengan keadaan didalam ruang kamarnya yang dipenuhi kehangantan dari cahaya puluhan lilin yang menggantung di langit-langit. Membuat tubuhnya yang hanya terbalut piyama tanpa alas kaki itu merasa nyaman.
Sebuah bayangan dalam mimpinya kembali menyapa pikirannya. Sudah cukup lama, tapi mimpi itu selalu saja datang dalam tidurnya. Membuatnya sedikit lelah dan menahan diri untuk tidak bertemu dengan Madam Claire di ruang kesehatan.
Braaak
Pintu terbuka kasar. Seorang laki-laki jangkung masuk dengan raut wajah frustasi. Kakinya langsung menghampiri ranjang yang ada di sebelah kiri ruanganlalu membuka laci pada nachkast dengan cepat. Namun gerakannya seketika berhenti saat menyadari sesuatu. Laki-laki itu menoleh dan menatap penghuni yang ada di dalam ruangan sebelum ia masuk.
"Oh Damn, Kim Jaejoong! Jangan katakan padaku kalau kau juga lupa bahwa sekarang kita ada kelas transfigurasi?"
Hiehh
Kim Jaejoong, laki-lakipemilik mata besar dan kulit seputih susu itu terdiam sejanak lalu membelalak. Ingatannya tentang pergantian jam pelajaran itu otomatis kembali "Shit! Aku lupa!"umpatnya sambil melepas piamanya kilat, memakai seragam dan jubah asal-asalan lalu mengobrak-abrik lacinya untuk mencari buku, sama halnya dengan apa yang dilakukan namja jangkung tadi."Dimana sepatuku?" tanyanya bingung.
Hup
Tangan Jaejoong reflek menangkap sepasang sepatu yang baru saja di lempar temannya, Shim Changmin. Teman satu kamarnya sekaligus satu angkatan.
.
.
.
Kedua pemuda itu berlarian di koridor sekolah Gringsvire School. Sebuah sekolah sihir yang hanya diketahui oleh orang-orang yang tinggal di dunia sihir. Dunia berhias magic dan keajaiban yang tidak akan pernah terbayangkan oleh siapa yang tersembunyi dari dunia manusia sekaligus tempat yang dipenuhi dengan sesuatu yang menakjubkan.
"Oh no! Mr. Flict," Jaejoongmendesis pelan saat mata mereka menangkap siluet pengawas sekolah, Mr. Flict. Pria tua dengan rambut putih panjang dan tatapannya yang seperti anjing buldog. Dia selalu berkeliling area sekolah untuk mencari murid-murid yang suka berkeliaran di tempat yang tidak seharusnya dan di waktu yang tidak tepat. Lebih baik mendapat detensi dari guru pengajar dari pada harus berurusan dengan Flict.
Jaejoong dan Changmin berhenti berlari dan menyembunyikan tubuh mereka di balik dinding tebal kelas Astronomi di lantai empat. Mereka menunggu Flict menaiki tangga menuju ruang praktek ramuan hingga menghilang di tikungan. Merasa situasi sudah aman, Jaejoong dan Changmin keluar dari tempat persembunyian merekalaluberlari sekencang-kencangnya menuju kelas transfigurasi yang sepertinya sudah dimulai sepuluh menit yang lalu. Oh, seandainya mereka sudah memperlajari Teleportasi, mungkin tidak akan begini jadinya, karena hanya tinggal membayangkan tempat yang dituju, dan dalam satu detik tubuhmu akan berada di tempat yang kau inginkan.
Changmin menghela nafas sambil mengelus dadanya saat tiba di depan kelas dan tidak melihat Prof. McClaff, guru transfigurasi. Keduanya lantas menghampiri tempat duduk yang masih kosong di deretan kedua dari belakang.
Baru saja pantat Jaejoong dan Changmin akan menyentuh kursi, sebuah suara menginstrupsi. Semua murid masih sibuk dengan perkamen masing-masing dan tidak ada yang melihat mereka. Jaejoong menggigit bibirnya sementara Changmin menampakkan ekspresi seperti kucing yang tertangkap mencuri ikan.
"Mr. Kim? Mr. Shim? Apakah aku menyuruh kalian untuk duduk?" seekor burung hantu yang sedang bertengger di atas lemari besar yang terbuat dari kayu tiba-tiba saja terbang melayang semakin rendah ke arah Jaejoong dan Changmin. Kemudian wujudnya perlahan berubah menjadi seorang wanita kurus berkulit pucat dengan topi sihir berwarna hitam di atas kepalanya, yang sekarang sedang berjalan menghampiri keduanya.
Jaejoong dan Changmin menggeleng bersamaan ketika Prof. McClaff sudah berdiri di hadapan mereka.
"Kalian tentu belum lupa dengan peraturan di kelasku," matanya yang kecil menatap tajam dari balik kaca mata bundarnya, "Ikut aku!" perintahnya tegas.
Kedua pemuda itu hanya bisa mengikuti kemana Prof. McClaff akan membawanya tanpa melakukan pembelaan terhadap diri sendiri atau alasan apapun karena mereka berdua tau dan memahami aturan yang sudah dibuat oleh guru transfigurasi itu sejak tahun pertama mereka mengikuti kelasnya.
.
.
.
Prof. McClaff membawa Jaejoong dan Changmin pada sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, berisi rak-rak dengan berbagai macam benda asing yang sama sekali tidak ada gunanya di dunia sihir. Ruangan itu tiba-tiba saja menjadi terang saat Prof. McClaff membaca mantra untuk menyalakan api pada lilin-lilin yang ada di setiap sisi dinding ruangan. Aroma penuh debu tercium kuat. sepertinya ruangan itu jarang dikunjungi. Entah ini sebuah ruangan apa, tapi menurut Jaejoong lebih tampak seperti ruang penyimpanan benda-benda aneh yang selama ini tidak pernah dilihatnya di dunia sihir.
Prof. McClaff menilik kedua pemuda dihadapannya dari balik kacamata bundarnya, "Ini adalah ruang koleksi benda-benda dari dunia manusia milik kepala sekolah. Detensi kalian adalah membersihkan ruangan ini dan jangan pergi sebelum semuanya beres. Ingat, kalian ada dalam pengawasanku."
Blam
Jaejoong dan Changmin saling pandang dan sama-sama menelan saliva. Jaejoong mengangkat bahu dan mulai menggulung lengan jubah sekolahnya. "Tempat ini bahkan seperti tempat pembuangan. Apa Prof. Regulus sangat mencintai benda-benda aneh ini?" tanya Changmin sambil menatap sebuah benda yang terbuat dari karet berwarna kuning, berbentuk bebek.
"Bahkan aku tidak tau apa fungsi dari bebek karet yang sedang kau pegang itu, juga benda ini..." Jaejoong mengerutkan kening saat jemarinya menyentuh sebuah benda seperti penggosok lantaimempunyai gagang yang menurutnya aneh.
Keduanya terlihat sibuk menyusun benda-benda aneh keatas rak dan kedalam lemari besar. Dalam ruangan itu terdapat sekitar sepuluh lukisan orang-orang yang pernah menjabat menjadi kepala sekolah Gringsvire dari zaman dahulu sebelum Prof. Regulus.
"Jae, menurutmu benda apa ini? Apakah kita bisa membuat makanan dengan benda ini?"
Jaejoong langsung menyambar sebuah benda berbentuk panjang yang melengkung dikedua sisinya dari tangan Changmin. "Aku pernah melihat benda ini di buku catatan benda asing di perpustakaan. Ini sejenis telepon."
Changmin mengangkat alisnya. "Telepon? Untuk apa benda itu? Apakah tidak ada benda yang dapat menciptakan makanan?Aku sangat lapar. Kita sudah berada ditempat ini lebih dari satu dekade," gerutu Changmin
Jaejoong mendengus dan menaruh telpon itu keatas meja besar milik kepala sekolah. "Seingatku kau sudah makan sepotong roti besar, semangkuk sup asparagus, tiga potong daging Burung Unta dan beberapa kue Muffin. Sebenarnya seberapa besar lambungmu?"
Changmin menghela nafas pelan lalu tersenyum lebar "Ah, tidakkah lebih baik kalau menggunakan mantra Flinnesstemtlyuntuk menyelesaikan semua ini?Bukankah kau sudah mengusai pelajaran Tentang Mantra di bab tingkat empat?"
Jaejoong menggeplak kepala Changmin lalu memutar bola matanya kesal. "Well, tidak masalah kalau kau mau menjalani detensi kedua dari Prof. McClaff."
Srakkk
Kedua pemuda itu terdiam saat mendengar sebuah suara tak jauh dari tempat mereka berada. Mata doe Jaejoong mengarah kesekeliling mencoba mencari dari mana suara itu berasal.
"What?" desis Jaejoong kesal saat Changmin menarik-narik jubahnya.
"J-Jae ... itu..."
"Apa sih? Kau membuatku k- ke ... Uwaaaaaa..." Mata doe Jaejoong membulat seketika saat melihat seekor makhluk bertengger di atas sepuah piala raksasa berwarna emas. "Bu-bukankah itu Fressbee?"
Changmin menggeleng, masih menatap makhluk bersayap dan bertubuh seperti lebah penyengat itu. Tapi yang membuatnya berbeda dari lebah adalah makhluk itu memiliki sayap serta tubuh seperti Elang. Dan jangan lupakan matanya yang seperti bola api berwarna merah membara. Jaejoong dan Changmin bergidik saat melihat Fressbee mengepak-ngepakkan sayapnya bersiap menyerang kearah mereka.
"J-jae sepertinya celanaku basah ..."
"Apa maksudmu?" Jaejoong melirik jubah Changmin dan tersedak karena menahan tawa. Astaga benarkah yang dilihatnya sekarang? Changmin laki-laki paling tinggi di kelas sihir tingkat empat itu sekarang mengompol karena melihat Fressbee?
Srakk
Krakk
Burung setengah lebah itu meluncur ke udara, menuju kearah dimana Jaejoong dan Changmin berdiri. Jaejoong langsung menarik tongkat sihir yang tersembunyi di balik jubah sekolahnya.
"Espediameus!" Teriak Jaejoong menyebutkan mantra penangkal serangan.
Changmin menutup kedua matanya saat Fressbee itu tak mempan dengan serangan Jaejoong dan justru terlihat semakin garang dengan mata tajamnya.
Duagh
Kedua pemuda itu jatuh tersungkur. Jaejoong membuka mata haselnya dan melihat Fressbee terbang keudara menuju langit-langit buatan berwarna gelap kelam dan berhias ratusan batu safir serta bintang berlian diatas lalu menukik kebawah dan melesat keluar melalui jendela yang terbuka.
Changmin menarik kedua tangannya yang menutupi wajahnya. "Apa makhluk itu sudah pergi?" tanyanya dan dijawab dengan anggukan lega Jaejoong.
Ada sesuatu yang aneh dirasakan kulit pucat Jaejoong. Seperti sesuatu yang dingin dan menusuk sampai kedalam tulangnya. Bahkan rasanya ada ribuan semut yang mengerikiti bulu-bulu halus kulit tangannya. Jaejoong mencoba menggerakkan kepala menoleh kearah tangannya.
Mata doe hazelnya terbelalak saat menatap sesuatu di dinding ruangan kepala sekolah Gringsvire. Changmin ternganga. Mulutnya membuka dan menutup tanpa sepatah kata pun yang keluar.
"A-apa itu?" tanya Changmin tergelagap.
Jaejoong menggeleng pelansambil menelan saliva. Dinding yang tersentuh oleh tangannya, tertekan masuk ke dalam. Lalu potongan-potongan batu bata lainnya ikut tertekan ke dalam. Sebuah kaca besar muncul perlahan dari bawah lantai. Jaejoong terpaku menatapnya. Kaca itu sebesar pintu. Berwarna hitam pekat yang memantulkan bayangan mereka. Bagian bawahnya tertutup oleh kabut tipis. Tepinya berhias ukiran-ukiran yang terbuat dari perak.
"J-Jae, s-sebaiknya kita pergi dari sini sekarang..." bisik Changmin sedikit parau sambil menahan gemetar tubuhnya. Berbanding terbalik dengan Jaejoong yang tampak takjub dengan apa yang dilihatnya. Mata doenya semakin tercengang saat melihat ada tulisan-tulisan yang mulai muncul di pinggiran pintu itu. Bahasa kuno yang sama sekali tidak dimengerti oleh Jaejoong.
"Menakjubkan..." ucap Jaejoong tanpa disadarinya, huruf-huruf itu berpendar dengancahaya kebiruan. Jaejoong menyentuh permukaan kaca itu dan merasakan dinginnya. Tapi ada yang aneh. Kaca itu seolah menariknya untuk masuk lebih dalam.
"J-Jae...Ayo kita pergi. Tempat ini mengerikan." Changmin tidak berhenti menarik-narik jubah Jaejoong.
Laki-laki jangkung itu terlonjak saat tiba-tiba Jaejoong mencengkram tanganya. "Changmin~ah, tarik tubuhku. Tanganku tidak mau lepas. Kaca ini sepertinya akan menarikku!" pekik Jaejoong membuat changmin panik.Ia meraih pinggang Jaejoong kemudian menarik tubuh pemuda berkulit pucat itu dengan kuat.
Jaejoong merintih pelan. tangannya seolah terhisap.
"Uggh…"
Bruukk
Changmin terjengkang kebelakang dengan Jaejoong yang menindih menabrak rak besar dan hampir merobohkannya. Mereka menghela nafas lega, namun hanya sedetik karena kembali dikejutkan dengan pemandangan di hadapan mereka. Sesuatu yang menyerupai pintu itu tiba-tiba bergerak turun kebawah, tenggelam dalam lantai dan batu-bata pada dinding, bergerak menutup kembali. Semuanya kembali seperti sebelumnya.
Kriett…
Pintu terbuka. Jaejoong dan Changmin langsung keluar dari balik rak.
"Prof. McClaff_" panggil Jaejoong. kedua anak itu sedikit terkejut karena bukan guru transfigurasi mereka yang datang, melainkan si tua Flict dengan seekor kucing dalam gendongannya.
"Hey, bocah-bocah tengik. Detensi kalian sudah berakhir. Prof. McClaff mengutusku untuk mengusir kalian dari tempat terhormat ini."
Jaejoong dan Changmin saling pandang begitu mendengar ucapan Flict. Tanpa menunggu lebih lama lagi, keduanya lantas menghambur keluar dari ruangan kepala sekolah Gringsvire dengan tergesa. Membuat flict menatap aneh. Pengawas sekolah itu menatap sekeliling ruangan, berharap ada sesuatu mencurigakan yang dibuat oleh kedua anak tadi. Hingga membuatnya bisa menghukum mereka.
.
.
.
"Changmin ah, menurutmu apa fungsi pintu yang ada di ruang koleksi kepala sekolah tadi?" tanya Jaejoong. Saat ini mereka berdua berjalan menuju ruang makan.
"Aku tidak tau, benda itu tidak terlihat seperti pintu yang bisa di buka. Lebih baik kita tidak usah memperdulikannya. Aku tidak sabar untuk makan malam."
"Apakah mungkin itu milik Prof. Regulus?"
"Oh come on,Jae… Berhenti membicarakan benda bodoh itu!" saut Changmin saat mereka memasuki ruangan besar dengan deretan meja panjang penuh makanan. Ruangan itu tampak terang dengan ribuan lilin yang melayang di langit-langit atap. Hasil sihir tentunya.
"Hei, tiang Shim!" sapa Ronald, laki-laki berbadan gemuk dengan rambut hitam legam yang sudah duduk di bangku.
Changmin dan Jaejoong menatap miris pada seekor burung hantu yang ada di tengah meja makan. Bulu-bulunya penuh snack. Sepertinya dia tidak mendarat dengan sempurna tadi.
"Errol? Kenapa dia ada disini? Apa dia membawa sesuatu?" tanya Changmin.
"Kau terlambat," saut Frans, seorang anak laki-laki berambut pirang dengan mata berwarna biru laut, "Kue bolu buatan ibumu memang yang terlezat," cemohnya disertai kikikan anak-anak yang lain.
"Kalian memakan semuanya?" pekik Changmin sambil mengambil bungkus-bungkus dari kue yang dikirim oleh ibunya.
Jaejoong hanya bisa menepuk bahu Changmin pelan. Tanda ikut berduka atas makanannya yang sudah masuk ke lambung teman-temannya.
.
.
M.E.R.A.L.O.I.S.E
YunJae
Gia & Vea
.
.
Ruangan besar itu tampak sunyi. Sepertinya semua murid yang masuk ke dalam perpustakaan Gringsvire masih mentaati peraturan yang berlaku. Tentu saja, jika tidak Miss. Freya akan membungkammu dengan mantra penutup mulut. Jaejoong berdecak di balik rak-rak yang menjulang tinggi. Sudah lebih dari dua jam lamanya pemuda itu mencari-cari petunjuk tentang pintu yang kemarin di lihatnya di ruang kepala sekolah. Namun hasilnya nihil. Ia sedikit kesal saat mendengar omelan teman satu kamarnya, Changmin. Anak itu tidak setuju dengan ide Jaejoong untuk mencari tau tentang pintu itu. Dia juga menyuruh Jaejoong untuk tidak mengungkit-ungkit kejadian serta apa yang dilihatnya di dalam kantor kepala sekolah. Menurutnya itu terlalu berbahaya.
Jaejoong mendengus kala mengingat ucapan anak itu. Tapi sepertinya apa yang diungkapkan Changmin ada benarnya. setelah berkelilng dan menjelajahi hampir seluruh isi perpustakaan Gringsvire, tidak ada satupun buku yang menjelaskan tantang pintu aneh atau tulisan-tulisan huruf yang seperti dilihatnya di dinding itu.
Ahhh
Jaejoong duduk di bawah rak yang berisi buku-buku tentang bagaimana cara memellihara Fressbee, Stringfire, dan hewan-hewan unik lainnya. Termasuk Basilisk, monster ular yang dikendalikan oleh penyihir hitam jaman dulu, Voldemort yang sudah dikalahkan oleh seorang murid dari Hogwards. Harry Potter yang terkenal. Jaejoong tidak tau cerita itu benar atau tidak. Hal itu sudah terjadi ratusan tahun yang lalu. Saat sekolah sihir Hogwards belum runtuh dan kembali bangkit dengan nama baru Gringsvire. Ia mendecih saat menatap buku-buku yang mau memelihara hewan-hewan mengerikan itu?Pikirnyadalam hati lalu menutup kedua mata doenya sejenak.
Puk
Jaejoong terjaga saat merasakan seseorang menepuk kepalanya dengan buku. Pemuda itu meringis dan mengaduh pelan.
"Mau biscuit rockky?" tanya sosok gadis yang ikut duduk disampingnya. Jaejoong merasa sama sekali tidak mengenal gadis itu. Mungkin semua anak di Grinsvire mengetahui dengan pasti bahwa Kim Jaejoong tidak berteman dengan siapapun kecuali Shim Changmin. Yeah, sejak kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya menjadi sosok yang tersembunyi. Ia tau semua anak memandangnya aneh.
Jaejoong menggeleng, ia bangkit berdiri berniat meninggalkan tempat itu.
"Apa kau pernah masuk sesi terlarang? Kudengar hukumannya sangat berat jika kau ketahuan masuk ke sana. padahal aku sangat ingin tau apa sebenarnya yang ada di sesi terlarang," celetuk gadis berambut lurus itu.
Jaejoong hanya diam saja sambil mengedikkan bahu tidak perduli lalu melangkah pergi.
Tunggu...
Sesi Terlarang?Bukankah itu tempat yang paling sakral di perpustakaan Gringsvire. Penjaga perpustakaan selalu memberi peringatan pada anak-anak agar tidak memasuki sesi terlarang. Tidak ada yang tau apa yang disimpan disana. Banyak yang menebak tapi tidak ada yang tau pasti. Freddy Craggile, siswa tingkat enam yang terkenal senang bermain-main mengatakan mungkin saja di dalam sana menyimpan buku harian dari kepala sekolah. Tentu saja tidak ada yang percaya dengan ucapannya yang konyol itu.
Jaejoong berjalan sambil berfikir keras. Baiklah, tidak ada salahnya mengunjungi sesi terlarang. Pikirnya sambil mengangguk-angguk sendiri saat berjalan menuju kelas Ramuan.
.
.
.
Seorang anak laki-laki berjalan mengendap-endap memasuki sebuah ruangan yang sudah sunyi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya karena saat ini sudah tengah malam. Semua orang sudah terlelap di tempat tidurnya masing-masing. Sebuah penerangan hanya berasal dari ujung tongkat sihir, mampu membuatnya sampai pada tempat yang ditujunya. Pandanganya tertuju pada sebuah ruangan yang terkunci rapat.
"Alohomora ..."
Jaejoong nyengir saat pintu ruangan berderit membuka. Ia melangkah masuk lalu menutup pintu yang bagian depannya tergantung sebuah papan kayu dengan label 'Bagian Terlarang' itu kembali.Pemuda itu meneliti satu persatu buku-buku yang berjejer di rak-rak besar pada sesi terlarang.
"Mantra memusnahkan Groffin, Batu pembelah jiwa..." gumamnya sambil menggeleng pelan. Mata doenya membulat saat menatap sebuah buku besar dan tebal berwarna merah tua dengantulisan judul yang rumit. Namun masih bisa terbaca olehnya.
The Blood of Hipogriff
Jaejoong mengamati buku itu lalu mendengus sebelum menggeleng. Bukan buku itu yang dicarinya. Bukankah Hipogriff adalah sejenis hewan misterius yang kabarnya hidup di hutan terlarang? Ah pasti salah, buku ini tidak ada kaitannya. Jaejoong mengembalikan buku itu ketempatnya, namun telinganya mendengar sebuah suara yang diyakininya adalah milik Flict. Membuatnya gugup dan tidak tau harus melakukan apa. Yang ada dipikirannya sekarang adalah mematikan cahaya dari tongkat sihirnya.
"Lumos," bisiknya pelan lalu ruangan kembali gelap.
Terdengar suara pintu berderit pelan bersama sebuah cahaya yang masuk dengan bayangan laki-laki kurus tua dengan seekor kucing dalam gendongan tangan kirinya.
"Siapa disana? Keluar kalian cecunguk nakal!" bentak Flict membahana.
Jaejoong membekap mulutnya sendirirapat-rapat. Bahkan ia tidak berani bernafas. Tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, flict menutup kembali pintu ruangan. Laki-laki itu menghela nafas lega saat mendengar Flict menyeret kakinya meninggalkan perpustakaan. Namun sayang sekali, tongkat sihirnya terjatuh tadi dan sepertinya masuk kedalam kolong rak buku. Mau tidak mau dia harus mengulurkan tangannya masuk kebawah kolong rak dan meraba-raba mencoba menemukan tongkat sihirnya.
Jaejoong merasakan jemarinya menyentuh tongkatnya.Tapi tidak hanya itu, ia juga merasa menyentuh sesuatu. Seperti sebuah buku. Sebelum Flict kembali berpatroli, alangkah lebih baik kalau dirinya sudah berada di kamar asramanya yang aman. Jaejoongmenyimpan buku yang ditemukannya di balik kaos abu-abu yang dipakainya. Sebuah buku tua yang sudah menguningdenganjudul aneh dan ukiran di tepi sampulnya.
'Reurtwinora'
.
.
.
Jam di puncak menara sekolah Gringsvire berdentang selama dua belas kali. Jaejoong duduk di atas tempat tidurnya sambil menatap buku yang didapatnya dari perpustakaan di bagian terlarang, tepatnya di bawah kolong rak. Semoga Freya tidak mengetahui kalau ada buku yang hilang dari tempat itu. Ujung tongkat sihirnya mengeluarkan cahaya sedikit redup untuk membantunya melihat.
Sudah lama ia menatap tulisan pada sampul buku itu, tapi tetap tidak mengerti artinya. Reurtwinora? Apakah itu bahasa kuno?Tanpa perintah, tangannya mulai membalik sampul halaman buku dan hal pertama yang dilakukanya adalah tercenung. Buku itu kosong. Sama sekali tidak ada tulisan apapun. Apa ini kumpulan dari perkamen yang belum di cetak? Ia sama sekali tidak mempunyai bayangan. Ah memikirnyanya membuat Jaejoong menjadi pusing dan mengantuk. Pemuda itu lantas membuka laci pada meja nachkast di samping tempat tidurnya. Menyimpan buku itu di sana lalu menarik selimutnya dan merebahkan diri.
"Lumos…" bisiknya mengucapkan mantra untuk mematikan cahaya dari tongkat sihirnya.
.
.
M.E.R.A.L.O.I.S.E
YunJae
Gia & Vea
.
.
Srak
Sosok bertudung itu menatap Jaejoong. Wajahnya tampak menyeringai lebar. Membuat sukujur tubuh pemuda itu berkeringat dan itu membuka mulutnya dan memperlihatkan kedua taring panjangnya. Bersiap-siap untuk mencabik.
"NOOOOOOO!"
Hosh ... hosh ...
Jaejoong terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal. Mata doenya melihat keluar jendela, masih gelap. Ah sepertinya masih terlalu dini dan hari belum menjelang pagi.
"Jae, apa kau baik-baik saja?" Shim Changmin turun dari tempat tidurnya dengan tampang kusut dan rambut acak-acakan, "Apa kau bermimpi buruk lagi?"
Jaejoong mengangguk pelan sambil menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Selalu, mimpi yang sama dan berulang menghadiri alam bawah sadarnya, dan malam inipun sama.
"Apa tentang kejadian itu?" tanya Changmin berbisik.
Jaejoong mengangguk lagi.
"Sudah lama, tetapi kenapa kau masih bermimpi tentang hal itu? Apa kau yakin tidak ingin mengunjungi Madam Claire?"
"Tidak apa-apa Changmin ah, aku baik-baik saja."
"Okey! Tidurlah, kurasa ini masih belum pagi."
Changmin kembali naik ke tempat tidur hangatnya. Jaejoong merebahkan tubuhnya lagi. Berharap kali ini bisa tidur nyenyak. Ia merapatkan selimut yang membalut tubuhnya kemudian mulai memejamkan mata.
.
.
.
Suasana pagi itu begitu cerah. Ini hari minggu dan anak-anak bebas bermain keluar dari asrama mereka. Jaejoong duduk di bawah sebuah pohon akasia. Di dekat danau dengan airnya berwarna hijau. Tidak jauh darinya tampak Shim Changmin sedang bermain adu lempar batu bersama teman-temannya. Laki-laki itu mengeluarkan sebuah buku tua dari dalam kantong celananya yang cukup besar.
Ia membuka buku itu lalu mengeluarkan tinta dan pena bulunya. Setelah mencelupkan pena bulu itu pada tinta, perlahan ia mulai menggoreskannya pada lembar pertama buku tua itu.
'Mimpi mencekam itu selalu mendatangiku. Aku tau itu bukan hanya sekedar mimpi. Kejadian itu nyata dan sudah pernah terjadi. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Bagaimana sosok itu. Sosok mengerikan dengan kebuasan dan kekejamannya yang mematikan.'
.
.
M.E.R.A.L.O.I.S.E
YunJae
Gia & Vea
.
.
Suara-suara gemerisik dan kepakan sayap menggema dibalik kesunyanyang mencekam pada dunia Northwerd. Sebuah dunia yang tersembunyi dibalik kegelapan. Tak ada setitik pun cahaya yang menyentuh Northwerd. Beberapa sosok bertudung berlalu lalang dalam balutan kegelapan. Taring-taring mereka berkilat seakan menantang apapun yang berani menghalangi tujuan mereka. Cahaya bulan bahkan menyembunyikan diri dibalik awan gelap yang berpendar di langit suram.
Disebuah kastil istana yang begitu megah, sesosok pemuda yang memiliki mata setajam musang berdiri di depan jendela besar. Pandangannya tampak muram. Ia merasa ada yang salah dengan hidupnya. Belakangan ini ia sering berdebat dengan sang Ratu, ibunya.
Sebuah gelas berisi cairan merah pekat di atas meja tampak belum tersentuh. Sebagai makhluk penghisap darah, sudah seharusnya ia menghisap. Tapi laki-laki bermata musang itu lebih suka meminumnya.
'Kau harus berburu dan menghisap darah mangsamu secara langsung. Aku tidak mau memiliki putra seorang pengecut. Seorang berdarah Pangeran sepertimu harus memberi contoh yang baik!'kalimat itulah yang hampir memenuhi setiap implus yang menuju ke otaknya.
'Seorang pangeran dari bangsa vampire, menghisap darah mangsanya.'Pemuda bermata musang itu kembali menatap muram.
Jung Yunho keturunan darah murni atau Pureblood dan merupakan satu-satunya keturunan kerajaan dunia vampire. Satu-satunya pangeran yang dimiliki Northwerd. Sosok yang begitu tenang namun mampu menenggelamkan siapapun ke dalam kegelapan. Sebagai seorang pangeran vampire, sang Ratu mengatakan ia harus memiliki hati yang bengis dan tanpa belas sering kali hatinya merasakan hal yang sebaliknya dengan keinginan sang ratu. Merasa jengah, Yunho memalingkan wajahnya dari jendela di hadapannya.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Tidak lama kemudian, seorang vampire tua dengan rambut putih masuk ke dalam dengan membawa setumpuk buku.
"Ratu menyuruh saya membawa ini pada anda,Yang Mulia. Mulai besok Anda akan mengikuti pelajaran yang sudah di tetapkan. Deoglas akan mengajari Anda strategi bertarung," kata vampire tua itu dengan suara seraknya. Ia meletakkan semua buku yang dibawanya di meja sementara Yunho tampak acuh.
"Kalau kau sudah selesai, tinggalkan kamarku!"
"Baik, Yang Mulia. Saya harap anda tidak terlambat besok."
Yunho menghampiri tumpukan buku itu lalu meraih salah satunya setelah mendengar pintu tertutup. Sama sekali tidak menarik, pikirnya. Tapi ada sebuah buku yang berbeda dari yang lainnya. Buku itu terlihat sudah menguning, terselip di antara tumpukan buku. Yunho mengambil lalu membukanya.
Kosong…
Mata musangnya menajam. Ia membawa buku itu pada meja tulisnya. Laki-laki itu duduk. Termenung sejenak. Lalu ia membuka buku itu lagi.
'Mimpi mencekam itu selalu mendatangiku. Aku tau itu bukan hanya sekedar mimpi. Kejadian itu nyata dan sudah pernah terjadi. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Bagaimana sosok itu. Sosok mengerikan dengan kebuasan dan kekejamannya yang mematikan.'
Deg
Mata musang Yunho mengerjap saat mendapati sebuah tulisan yang tiba-tiba muncul pada lembaran kosong itu. Ia yakin bahwa sebelumnya buku itu kosong. darimana tulisan itu muncul? Tangan yunho bergerak mengambil pena miliknya lalu menggoreskan tinta di bawah tulisan itu.
'Mimpi seolah menjadi jembatan antara masa lalu dan masa yang akan datang.'
Yunho terdiam menatap tulisannya itu. Ia menunggu meskipun tidak tau apa yang ia tunggu. Baru saja tangannya akan bergerak menutup buku itu, sebuah tulisan perlahan muncul dari lembar kertasnya seperti air hitam yang membentuk satu kalimat.
'Who are you…?'
Pangeran vampire itu terkejut lalumenutup bukunya. Menatap kembali judul pada buku itu.
Reurtwinora
.
.
M.E.R.A.L.O.I.S.E
YunJae
Gia & Vea
.
.
To be continue
