THE CHRONICLES OF US
Story by – (Kenjiro Teo)
Romance, Hurt / Comfort, Yaoi Chaptered PG -15 Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Oh Sehun, Kim Jongin, Kim Jongdae, Kim Minseok and Other Cast
Disclaimer : Saya hanya meminjam nama dari member EXO untuk keperluan ff. Semua yang terjadi hanya imajinasi author semata.
"Seorang netizen berhasil mendapatkan beberapa gambar yang diduga adalah aktor Park Chanyeol bersama seorang wanita yang diduga adalaha artis Kim Nana. Keduanya tampak keluar dari sebuah bar sambil bergandengan tangan layaknya pasangan kekasih. Sampai saat ini belum ada konfirmasi baik dari pihak Park Chanyeol atau pihak Kim Na-"
KLIK*
Benda persegi yang menampilkan informasi mati ketika jemari seorang pria berkacamata menekan tombol off pada remote pengendali. Iris berbingkai lensa itu langsung menatap jengah pada pemuda yang duduk dihadapannya. Pemuda tinggi rupawan hanya memandang datar pada layar yang kini berubah hitam.
"Bisa kau jelaskan perbuatanmu itu Park Chanyeol?! Kapan kau berhenti membuat masalah hah?! Kau lihat sendiri kan? Itu hasil dari perbuatanmu yang semakin membuat aku frustasi" Ucap frustasi pria tersebut. Ia memijat ujung pelipisnya berusaha sedikit meredakan amarah yang melingkupnya. Kini ruangan putih itu hanya diisi deru nafas dan detik jarum jam selama beberapa saat sebelum pemuda yang bernama Chanyeol itu memutus keheningan dengan suara bass nya.
"Bukan aku yang salah. Dia terlalu genit padaku selama waktu syuting, bahkan dia duluan yang mengajakku ke bar untuk minum. Untung saja aku tidak menidurinya kalau iya mungkin akan lebih heboh lagi beritanya…" Chanyeol menyeringai kecil setelah mengatakannya. Tanpa disadari justru semakin menyulut amarah sang manager.
"Asal kau tahu ya! Beberapa kontrak dan sponsor iklan dibatalkan akibat berita itu, juga beberapa masalah yang lain! Apa yang kau mau sebenarnya?"
"Lalu? Kalau itu sudah terjadi mau diapakan lagi" jawab Chanyeol yang masih duduk santai tanpa memikirkan atasannya yang mulai stress
"Park chanyeol! Sebenarnya apa motifmu melakukan banyak tindakan memalukan seperti ini.Bukannya menaikkan rating karir,kau justru membuat banyak skandal.Kau pikir mudah menyelesaikan masalahmu? Netizen itu penuh dengan pikiran negative dan aku harus menghadapi mereka setiap harinya"
Kedua iris Chanyeol langsung menatap mata dibalik lensa sang manager. Sorot dingin dan tidak peduli terpancar jelas dari mata aktor muda tersebut, "Hey, bukan aku yang menginginkan ini terjadi. Masalah menaikkan rating itu mudah buatku. Para sampah itu saja yang selalu mencari celah, dan kalau kau sudah tau mereka berpikiran negative tentangku, kenapa kau masih menyalahkanku? masalah sponsor dan kontrak kau bisa mencari lagi kan bahkan kalau perlu hingga ke negara lain. Kau hanya perlu mempromosikanku itu saja…Atau mungkin kau harus mengirimku ke luar negeri"
"Kau pikir semudah itu dengan kelakuan burukmu itu? Ditengah segala berita miring tentangmu? Di negara sendiri pun kau selalu berulah.Apalagi di negara orang lain. Dan aku yakin akan sulit mempromosikanmu disaat keadaan kacau seperti ini"
Lagi – lagi Chanyeol memasang seringaiannya yang membuat wajahnya terlihat berkarisma, "Kau dibayar untuk itu kan?"
"Kau!" Sang manager berusaha menahan segala kekesalannya. Menahan agar kepalan tangannya tidak melayang mengenai wajah artisnya ini, jika terjadi maka urusannya akan lebih rumit dari ini.
"Kalau begitu selesaikan sendiri. Aku pergi dulu." Pemuda itu segera berdiri bermaksud untuk meninggalkan ruangan yang semakin terasa memanas akibat perdebatan tadi.
"Park Chanyeol!!" Namun teriakan itu tidak akan di dengar oleh Chanyeol yang telah keluar lebih dulu dan memutuskan meninggalkan gedung agensinya.
Dibawah hangatnya siraman hangat mentari pagi, orang – orang memulai aktivitas seperti biasanya. Udara segar memenuhi cucuk penciuman memberikan aroma ketenangan pagi sejenak sebelum dikuasai oleh gas sisa pembakaran kendaraan yang akan sibuk meramaikan jalan hingga waktu yang tidak diketahui mengingat kota Seoul tidak pernah mati walau langit kelam menjemput. Di antara lalu lalang warga kota Seoul tampak dua orang dengan tinggi yang cukup berbeda jauh tengah bergandengan tangan sambil sesekali tertawa ceria ikut terbawa suasana cerah pagi hari. Langkah kaki keduanya terhenti ketika berada di depan gerbang sekolah menengah pertama.
"Kau masuk kedalam dan belajar seperti biasa, mengerti?" Ucap pemuda yang lebih pendek sambil membenarkan seragam yang melekat pada tubuh remaja berkulit putih pucat.
"Terima kasih sudah mengantarku Baekhyun hyung." Ia tersenyum menunjukkan deretan gigi putih rapi. Melihatnya Baekhyun ikut tersenyum menunjukkan eyesmile manis miliknya.
"Jangan hiraukan siapa pun dan teteplah bersama Jongin. Aku akan menjemputmu nanti jika aku sempat. Ingat untuk makan bekalmu mengerti Sehunnie?" Sehun mengangguk bersiap membuka mulut untuk menjawab namun sebuah suara dan rangkulan hangat melingkar pada bahunya.
"Sehunnie pagi! Oh ada Kak Baekhyun pagi ya!" Seorang dengan kulit tan itu tersenyum lebih lebar ketika mendengar balasan salam dari Sehun dilanjutkan terdengar tawa ringan dari keduanya entah membicarakan apa.
Melihat interaksi kedua orang didepannya tanpa sadar Baekhyun menghela nafas lega. Terkadang perasaan resah menyusup pada hatinya ketika harus berpisah dengan Sehun. Mereka berdua yatim piatu dengan keadaan ekonomi yang tidak terlalu baik. Tahun ini Baekhyun baru menyelesaikan pendidikan menengah atasnya dan tengah mencari pekerjaan sementara Sehun berada ditingkat akhir menengah pertama. Selain disulitkan oleh keadaan ekonomi ia juga dihadapkan dengan fakta bahwa Sehun adiknya memiliki intelegensi yang kurang, ia hanya anak lugu yang mengikuti perintah apa pun itu.
Beruntunglah ada seseorang yang tulus pada Sehun. Ditengah berbagai tindakan bully yang diterima, ada seorang anak yang melindungi dan menyayangi Sehun. Jongin seorang anak dengan kulit tan yang merupakan anak dari golongan atas. Ia lebih memilih berteman dengan Sehun karena sifat polos, lugu dan jujurnya mengesampingkan golongan dan intelegensi Sehun. Lagi pula ia tidak mendapatkan untung apa pun dari membully dan memamerkan harta yang bukan berasal dari jerih payahnya sendiri. Masa muda harus dilalui dengan kenangan – kenangan menyenangkan bersama sahabat itu Jongin percaya.
"Jongin…"
Jongin langsung mengalihkan atensi ke Baekhyun ketika namanya dipanggil,
"Ya?"
"Tolong jaga Sehun untukku ya. Kau bisakan Jongin?" Dan Jongin menganggukkan kepala tanda mengerti. Baekhyun kembali menunjukkan eyesmile dan memeluk Sehun, memberikan kecup pada kening adiknya lalu melambaikan tangan ketika Sehun dan Jongin memasuki area sekolah. Sepasang kaki rampingnya akan bergerak ketika dering ponsel menghentikan aktivitas.
Baekhyun menatap nama yang tertera pada ponselnya. Sedikit mengerutkan kening ketika tahu siapa yang menghubungi,
"Halo? Ya? Di Café Paradise? Baiklah, aku kesana sekarang."
Langkah ringan diambil sepasang kaki rampingnya. Manik mata tersembunyi dibalik untaian rambut yang mulai memajang. Dirinya berhenti tepat didepan sebuah café bergaya klasik, didorongnya perlahan pintu kaca yang menjadi penghalang. Lantas mengedarkan pandangan secara menyeluruh. Café klasik era Victoria beserta aroma kuat bubuk kopi bercampur wangi khas dari roti panggang menyambut kedatangan, suasana tidak terlalu ramai mengingat ini masih cukup pagi untuk orang – orang datang menikmati secangkir kopi. Dan ketika indra penglihatannya menemukan atensi seseorang yang duduk tenang pada pojok café dengan secangkir kopi yang mengepulkan uap panas, ia langsung melambaikan tangan.
"Xiumin Hyung! Sudah lama menunggu?" Seru Baekhyun.
Pemuda berpipi bulat manis itu menggeleng,
"Aku baru sampai sekitar lima belas menit yang lalu. Kau dari mana Baekhyun?"
"Mengantar Sehun ke sekolah. Jadi bagaimana dengan yang tadi?" Tanya Baekhyun sambil menempatkan diri di depan Xiumin. Dirinya menggeleng singkat ketika Xiumin memberi gesture menawarkan minuman kepadanya.
"Kemarin aku bertemu staff SM Agensi. Dan tidak sengaja mendengar dua orang membicarakan lowongan personal menjadi asisten untuk artis. Aku tidak tahu siapa artis yang dimaksud tapi kurasa karena menarik kuberitahukan padamu…"
Baekhyun menghela nafas lalu melempar pandangan ke arah jendela café yang menunjukkan sibuknya aktivitas orang – orang di luar café,
"Aku memang ingin segera bekerja. Tapi menjadi asisten? Aku tidak bisa membayangkannya."
"Jangan terlalu gengsi menjalani pekerjaan. Menjadi asisten bukanlah hal buruk, bahkan ku tahu uang yang dihasilkan lumayan ya walau tidak begitu besar. Tapi untuk biaya hidupmu dan Sehun akan cukup…" Ucap Xiumin.
"Apa aku cocok jadi asisten?" Keraguan nampak terpancar dari manik mata Baekhyun. Xiumin yang melihatnya tersenyum berusaha meyakinkan pemuda manis tersebut.
"Kalau tidak cocok untuk apa aku memberitahukanmu. Kita satu keluarga dan aku mengenalmu lebih dari siapa pun, sifatmu dan kelakuanmu Baek-ah. Mana mungkin aku ingin kau merusak nama baik keluarga…"
Baekhyun memutar mata jengah mendengar perkataan Xiumin yang lagi – lagi mengatakan tentang keluarga lalu ia tersenyum miring,
"Kau bahkan tahu persis keadaanku saat ini. Jangan terus membicarakan masalah keluarga dan membela keluarga. Hanya saja menjadi asisten itu menyusahkan. Aku bekerja keras, lari kesana kemari, menyiapkan semua dan yang lain namun akan dianggap rendah oleh orang – orang. Huh, itu menyebalkan…Aku memang membutuhkan uang,tapi aku tak mau sedikitpun mengemis padamu ataupun keluargamu.Aku akan berusaha sendiri"
"Kau selalu bicara seperti itu.Tapi saat kau menjalaninya,kau bahkan lebih rajin mengeluh daripada bangga atas hasil kerjamu sendiri.Itu ironis.Kapan kebiasaan mengeluhmu itu hilang? Mencari pekerjaan itu susah. Memang kau mau jadi seperti wanita malam huh? Menjual diri demi uang." Kali ini Xiumin yang berkomentar pedas berusaha menohok Baekhyun melalui perkataannya.
"Iya aku mengerti. Terima kasih atas perkataanmu itu, jadi kapan aku bisa kerja? Aku harus cepat mengumpulkan uang…"
Xiumin segera merogoh saku kemejanya mengeluarkan sebuah kartu biru berlabelkan logo agensi SM. Ia lantas menyerahkannya pada Baekhyun,
"Ini kartu alamatnya, hari ini juga kau bisa mencobanya."
"Ada wawancara?"
"Ini bukan casting untuk aktor drama, Baekhyun…"
"Baiklah. Terima kasih sekali lagi…" Ucap Baekhyun sambil menatap kartu pemberian Xiumin. Apa ia bisa bertahan jadi asisten? Kalau iya ia akan menjadi asisten siapa?
Di sebuah gedung perkantoraan, sesi wawancara baru saja selesai. Setelah bergelut cukup lama akan sesi tanya jawab menegangkan, senyum cerah merekah indah bak bunga sakura yang bermekaran di musim semi pada satu – satunya pemuda disana. Nampak ia membungkukkan badan beberapa kali menunjukkan rasa terima kasih sebesar – besarnya pada pimpinan perusahaan. Ketika selesai, ia segera keluar ruangan dan disambut oleh tiga orang seusianya.
"Jongdae-ya. Selamat, kau diterima di kantor ini. Semoga kau beruntung." Ucap Jisook.
Donghyun langsung menepuk keras bahu pemuda itu,
"Hey sobat! Walau hanya menjadi sekretaris. Kau cukup beruntung dan hebat mendapat posisi itu, aku bangga padamu…"
"Ya, Blitz magazine adalah yang terbaik di Seoul. Aku iri padamu.." Seru Sungjae.
Sementara orang yang sejak tadi dielukan hanya tersenyum. Hatinya masih dilingkupi perasaan bahagia dan lega,
"Terima kasih. Aku bersyukur bisa diterima disini, ini benar – benar kebahagiaan untukku. Kuharap aku betah bekerja dengan kalian jadi mohon bantuannya!"
Ketika selesai mengucapkan semuanya Jongdae segera melempar pandangan ke langit – langit kota Seoul yang terpoles warna biru dengan gumpalan putih. Langit cerah yang menaungi kota, namun ekspresinya berubah tidak secerah langit ketika mengingat seseorang dan alasan ia berada disini.
"Kuharap aku cepat bertemu denganmu…" Gumamnya.
Sehun berjalan pelan sambil menunduk menuju kelasnya.Ia tak berani menatap siswa lainnya yang memberinya deathglare setiap saat.Bahkan seminggu yang lalu ia menjadi objek paling dibully saat camping di gunung.Ia tak mendapat kelompok dan tidur diujung tenda.Ia duduk sendirian saat yang lain bersenang-senang melingkari api unggun.Dan yang paling parah adalah saat ia dikerjai temannya untuk mencari ponsel ditengah hutan saat hujan deras.Ia tergelincir di tanah berlumpur dan jatuh.Dan berakhir dengan Baekhyun yang mengamuk di sekolahnya.Baekhyun tak terima dengan perlakuan diskriminasi terhadap adiknya tersebut. Sehun berhak dan layak untuk berteman dan disayangi oleh siapapun.Bukan untuk dibully dan disakiti seperti itu.
"Hey Sehun! Jangan terburu-buru. Kau mau meninggalkanku ya" jongin mendengus sebal mengikuti setiap langkah sehun dengan agak terburu-buru
"T-t-tidak jongin.. a-aku hanya.." jawab sehun dengan kepala masih menunduk takut
"Ah pasti anak-anak brengsek itu lagi kan? Sudahlah, lupakan mereka" ucap jongin sembari menatap kesampingnya yang terdapat anak-anak berandal nakal yang seringkala membully siswa lainnya dengan sengaja
"I-iya"
"Berapa kali harus kuingatkan,mereka itu hanyalah sekumpulan sampah tak berperikemanusiaan"
"Kau tidak boleh bicara kasar begitu.. kakak ku bilang itu tidak baik"
"Hah... baiklah. Kau sudah makan?"
"Tentu. Kakak juga membuatkan bekal makan siang untukku dan untukmu"
"Wah kakakmu itu baik sekali,Terima Kasih!"
Dan ucapan jongin dibalas dengan senyuman tulus oleh sehun ketika mereka melintasi pintu dan masuk kedalam kelas bersamaan.
Chanyeol menatap malas ketika irisnya bertemu dengan sosok Presdir Han dan manager Kang Joon. Dirinya sungguh tidak suka berurusan dengan mereka berdua ketika berbagai skandal menimpa dirinya. Indra pendengaraannya sakit mendengar ocehan dan ceramah panjang keduannya. Namun kontrak yang mengikatnya untuk tetap diam disana menyaksikan apa pun yang akan terjadi dalam ruangan ini.
"Biarkan aku pergi keluar" ucap chanyeol masih menatap malas wajah Presdir Han yang penuh dengan raut lelah sejak kemarin
"Tidak.Kau diam disini sampai aku mengizinkanmu keluar" jawab Presdir Han sambil menekankan setiap kata dalam kalimatnya
"Tapi kenapa? Aku kan hanya manusia biasa.Aku juga butuh ketenangan dan kebahagiaan" Yah, Chanyeol tetaplah Chanyeol. Dia tetap bersikeras untuk memberontak
"Dan kau telah sukses melenyapkannya.Kau tak akan bisa mendapatkan itu saat ini"
"Apa????" Chanyeol yang amat sangat kesal hanya bisa merengut sebal
"Hey Kang Joon! Bagaimana dengan masalah asisten itu? Belum ada yang mendaftar?" Konversasi dibuka oleh Presdir Han. Melenyapkan sunyi penuh percikan ketegangan yang sedari tadi menguar dari tiga orang yang berada disana.
"Sejauh ini belum ada. Aku sudah bicarakan dengan staff lain."
"Hah… memang sulit mencari asisten disaat genting begini. Terutama jika mereka tahu harus menjadi asisten dari manusia hyperaktif satu ini." Lirik sinis Presdir Han.
"Memangnya kenapa kalau ini berkaitan denganku?"
"Dunia terasa sempit!"
Chanyeol mendengus samar. Hening kembali menyelimuti ruangan tersebut, waktu perjalan perlahan sesuai dengan aturannya. Kecanggungan begitu kental mengisi hingga tiba – tiba dering ponsel milik Manager Kang Joon berbunyi memisahkan sunyi dari mereka.
"Ya halo? Benar ini saya Kang Joon. Siapa? Benarkah? Baiklah aku akan segera menemuimu." Senyum tergores di wajah pria berusia kepala tiga itu.
"Dari siapa?" Rasa penasaran memenuhi pertanyaan singkat Presdir Han begitu melihat wajah staffnya begitu cerah.
"Seseorang yang kau bicarakan tadi.Dia ada di depan gedung.Semoga dia benar-benar memihak kita untuk... ekhem.. sesuatu yang penting.. Aku akan keluar sebentar…" Kang Joon membungkuk lalu bergegas keluar. Mendengar penyataan staffnya Presdir Han menyeringai senang. Akhirnya masalah sedikit berkurang.
"Kau tampak senang?" Tanya Chanyeol.
Presdir Han mengangkat bahu, "Tentu. Akhirnya ada relawan yang berani mempertaruhkan segalanya untuk menjadi asistenmu, bocah liar."
"Kau pikir aku singa buas?"
"Mungkin." Tanpa sadar Chanyeol berdecak.
Siapa orang yang berani menawarkan diri menjadi asistennya? Pikirannya berkecamuk memikirkan orang yang menawarkan diri menjadi asistennya. Apakah dia adalah netizen yang menyamar? Fans? Atau bahkan sasaeng fans?
Manager Chanyeol keluar dari dalam gedung. Matanya menelusuri sekeliling gedung yang dipenuhi sasaeng fans Chanyeol yang dengan setianya menunggu di depan gedung tanpa kenal lelah. Sebagian berbincang tentang nilai sekolahnya yang turun karena terlalu asyik mengikuti sang idola. Ada juga yang memikirkan hutang dan lain lain.
"Dimana orang itu? Dia bilang ada di depan..." Manager Chanyeol masih berjalan diantara para fans
Baekhyun yang tengah duduk dipinggir kolam ikan diam-diam memperhatikan seseorang yang membuatnya sedikit penasaran
"Hmm.. apa dia orang yang mencariku? Permisi.. apa kau Tuan Kang Joon?" Baekhyun menghampirinya
"Oh iya. Kau siapa? Apa kau yang menghubungiku tadi?"
"Benar. Itu aku. Senang melihatmu, namaku Byun Baekhyun"
"Lebih baik kita masuk kedalam saja.Disini berbahaya" Manager segera mengajak baekhyun masuk kedalam gedung untuk menghindari amukan fans seandainya mereka mendengar percakapan mereka berdua.
"Kita mau kemana? Tuan Kang Joon?"
"Panggil aku Hyung saja.Aku terlihat tua kau panggil Tuan.Kita ke ruangan Presdir"
"Ah baiklah.Maaf..." Mereka berdua memasuki ruangan bercat putih dan berdiri dihadapan seseorang yang kelihatannya sangat berwibawa
Terlalu dalam tenggelam akan spekulasinya ia tidak menyadari kini manager Kang Joon kembali bersama seorang pemuda dibelakangnya.
"Presdir Han. Ini orangnya…" Dua pasang netra yang semula menatap pada arah lain kini terpantri pada detail sosok tubuh seorang pemuda mungil. Hening menyusup sejenak kala kedua mata itu meneliti dengan seksama. Chanyeol dengan sigap berdiri mendekati orang asing tersebut.
"Biar aku yang putuskan, dia akan jadi asistenku atau tidak." Katanya datar dengan mata yang terus menatap lekat balik mata jernih pemuda tersebut.
"Maaf. Apa yang mau kau lakukan?"
"Chanyeol jangan macam – macam kau!" Pekik Presdir Han ketika melihat tingkah artisnya.
"Siapa namamu?" Chanyeol justru mengindahkan segalanya dan fokus pada pemuda yang tingginya berbeda jauh dengannya.
Hela nafas kecil lolos begitu saja melalui respirasi,
"Namaku Byun Baekhyun. Aku kemari untuk menerima lowongan kerja sebagai asisten artis."
"Apa motifmu menerima tawaran ini?"
"Motifku sederhana. Aku membutuhkan biaya untuk kelangsungan hidupku dan adikku." Singkat ya jawaban singkat itulah yang Baekhyun berikan kala pertanyaan sinis itu dilontarkan Chanyeol untuknya. Sempat terlintas dipikirannya bahwa orang dihadapannya inilah yang harus dia urus nanti jika diterima sebagai asisten dan sepertinya dugaannya tidak salah setelah melihat kelakuan Chanyeol.
"Menarik juga.Apa kau yakin dengan keputusanmu? Apa kau sudah cukup kuat mental untuk mendalami profesi yang sekilas terlihat sangat sederhana namun butuh perjuangan dan kerja keras untuk melakukannya dengan sangat baik? Apa kau tidak punya cermin di rumah? Bagaimana kau pikir kau cocok menjadi asisten ku?" Chanyeol menyeringai kecil sengaja memancing emosi Baekhyun.
"Aku atlit bela diri hapkido saat sekolah menengah pertama. Aku punya cukup banyak keberanian untuk melindungi siapa pun, Tuan…"
"Yang benar saja! Hahahahahaha…." Tawa lebar Chanyeol langsung keluar memenuhi ruangan. Dirinya tidak habis pikir bahwa pemuda kecil di hadapannya adalah atlit bela diri. Bagaimana bisa seorang pria dengan tubuh kecil hampir mirip wanita adalah atlit bela diri? Baekhyun yang melihat hal tersebut merasa kesal seketika.
"Perlu kubuktikan ucapanku? Selama ini aku tak berniat untuk mempraktekkannya pada orang lain tapi jika kau meminta.." Tanpa ampun ia segera menendang kaki Chanyeol dengan keras.
"Akkkhhh!! Sakit!!" Erang Chanyeol sambil memegang kakinya.
Melihat peristiwa tersebut, Presdir Han langsung bertepuk tangan sukses mengalihkan segala atensi kepada dirinya. Ia berdiri menghampiri Baekhyun dan langsung menjabat tangannya dengan senyum puas terhias pada wajah yang mulai menua terambil usia,
"Wah kau hebat nak! Kalau begitu mulai sekarang kau bisa bekerja sebagai asistennya. Kang Joon, bawa mereka berdua ke apartement dan beritahukan segala tugas yang harus dia kerjakan. Senang kau bisa bergabung disini nak!"
Baekhyun hanya mengangguk kecil tidak tahu harus mengatakan apa pun. Semudah itu? Dirinya berpikir akan sulit untuk menjadi asisten tapi nyatanya ia diterima begitu saja setelah menendang artis yang kini menjadi tanggung jawabnya.
Sementara itu Chanyeol hanya menatap lekat tubuh kecil Baekhyun. Memperhatikan kembali sosok pemuda yang menjadi asistennya hari ini hingga kedepannya.
TBC_
