Inspirate by : BTS-No More Dream
DON'T LIKE DON'T READ!
GAK SUKA TAPI NGOTOT BACA? TERIMA RESIKO SENDIRI, OKAI!
...
"Hey, Zitao, apa impianmu?"
"Rumah besar. Mobil mewah. Cincin mahal. Itu impian terbesarku."
Happy Reading...
Zitao melangkahkan kaki jenjangnya menuju area parkir. Mendapati Lamborghini Veneno Roadster berwarna merah merambat keluar menjauhi parkir, memaksanya untuk mempercepat langkah.
"Sunbae! Sunbae!" serunya. Sebelah tangannya memukul-mukul kaca mobil yang tertutup rapat setibanya di sana. Dengan langkah kaki yang mencoba menyamai laju mobil sport tersebut.
Mobil keluaran Lamborghini terhenti.
Sang pengemudi sekaligus sang pemilik mobil mahal tersebut menurunkan kaca mobil. Memandang pemuda cantik yang kini tengah merengut. "Apa?" tanyanya singkat. Tanpa repot-repot menanggalkan nada datar khas dirinya.
Zitao melotot sebal. Bibirnya yang mungil mencebik lucu. "Kau tidak menungguku!" ujarnya memprotes. Dan tanpa menunggu kalimat yang akan keluar dari belah bibir penuh pemuda tampan, ia segera merangsek masuk kemudian duduk dengan nyaman.
Kris Wu. Pemuda bersurai pirang, segera melajukan mobilnya. Tanpa melirik pemuda cantik di sebelahnya, dirinya menyahut malas. "Apakah harus?"
"Tentu saja! Aku ini kekasihmu, Kris!"
"Kau kekasih hartaku." tuturnya datar.
Zitao mengangkat bahu tak perduli. "Itu benar. Tapi, ada baiknya si pemilik harta menunggu 'kekasih dari hartanya' 'kan?" berujar dengan sikap tidak tahu malunya. Seakan dirinya memang terlahir menjadi seorang yang ambisius terhadap hidup mewah. Berhasil membungkam sosok di sampingnya yang memilih untuk fokus menyetir.
Tidak mendapat respon apapun dari pemuda Wu, ia kembali berujar. "Malam ini aku ingin kau menjemputku. Aku ingin kencan dan menghabiskan malam yang panjang bersama-"
"Bisakah kau diam?" celetuk Kris datar. Wajahnya yang tak menunjukkan ekspresi berarti menandakan dengan jelas bahwa dirinya sama sekali tidak tertarik. "Jika kau terus berbicara, aku akan melemparmu keluar detik itu juga."
"Aku tidak berbicara denganmu. Aku bicara dengan mobilmu." Zitao mulai menampakkan sifat aslinya.
"Kalau begitu lakukan sepuasmu. Aku akan memastikan mobil ini mengencanimu malam ini."
Zitao menyahut spontan. "Aku mencintai mobilmu, Kris!" melingkarkan tangannya pada lengan si tampan.
Begitu gamblang?
Memang seperti itulah tipikal seorang Huang Zi Tao.
Menampakkan dengan jelas bahwa yang ia butuhkan bukan pemuda tampan yang saat ini hanya memandangnya datar, melainkan apa yang di miliki olehnya. Sungguh, bahkan Kris pun tahu betul akan hal itu.
Inilah kenyataan yang sebenarnya.
Zitao begitu berambisi untuk menguras segala yang ada pada dirinya. Tanpa berminat untuk berpura-pura baik atau menutupi niat aslinya dengan bersikap manis maupun memasang wajah polos.
Jika saja yang di inginkan Zitao adalah dirinya, mungkin Kris tidak akan bersikap demikian. Terlebih ia sudah lama menaruh hati pada pemuda cantik tersebut.
Andai Zitao mencintainya, Kris pasti dengan sukarela memberikan segala keinginan sang pujaan hati. Tetapi, fakta yang ada sungguh berbanding terbalik.
Zitao menginginkan hartanya.
Mana mungkin Kris juga akan memberikan cintanya secara cuma-cuma 'kan?
-KT-
"Tao-ie? Apa kau ada di dalam? Ada seseorang yang menunggumu di luar, sayang.."
Itu suara Ibunya. Dengan tangan yang sibuk memoleskan lipgloss pada bibir sexynya, dirinya menyahut pelan. "Aku akan segera kesana, Ma."
Huang Zi Lei yang berada di luar menggelengkan kepala sekilas. Cukup gemas dengan putra cantiknya. Kakinya melangkah menuju dapur bersamaan dengan terbukanya pintu kamar sang buah hati.
Zitao bergegas menuju pintu utama. Ketika membuka daun pintu, mata cantik berpoles eyeliner miliknya menangkap figur lelaki tinggi yang siang tadi mengantarnya sepulang sekolah.
"Kau menepati janjimu, Kris?" tanyanya. Cukup terkejut melihat sosok pria yang ia klaim sebagai 'kekasih' berdiri menghadapnya.
Menghela nafas ringan. Salah satu tangannya terulur, menarik pergelangan tangan pemuda Huang yang mengerutkan kening bingung.
Kris meletakkan kunci mobil yang baru sebulan lalu di berikan oleh Ayahnya pada telapak tangan halus si cantik. "Katakan, apalagi yang kau harapkan dariku selain mobil." ucapnya datar. Jikalau boleh jujur, dirinya merasa lelah dengan Zitao yang selalu mengekorinya kemanapun saat berada di sekolah. Bahkan saat ke toilet pun pemuda cantik itu tetap mengikutinya.
Sebegitu inginnya kah Zitao terhadap hartanya?
Tidak ada makian yang keluar dari bibir Zitao. Ia justru menerima dengan wajah berseri. "Rumah besar. Dan cincin mahal. Aku mau itu." jawabnya tanpa ragu.
"Aku akan memenuhinya. Tetapi, sebagai imbalannya kau harus menjauhiku."
Zitao tersenyum manis. Mendekatkan wajahnya, mengecup sekilas bibir penuh pemuda tampan lalu berujar semangat. "Deal!"
-END-
Astaga! Apa ini? :'
entahlah.. Lagi pengen buat yang gak misek2 atau romantis2an haha :'D
Ditunggu reviewnya :'*
Sign; Cattaon Candy
