Kuroshitsuji is a original story by Yana Toboso
Alois-senpai, please understand me!
Cast : Ciel, Lizzy, Alois, Edward, Sebastian, Claude
By : Alvarez
Terlihat seorang gadis berambut hijau lumut sepunggung yang sedang berjalan. Rambutnya yang bawahnya sedikit ikal ia gerai. Matanya berwarna biru, menunjukan sorot mata yang serius. Wajahnya juga sangat manis.
"CIEEELL~" seru seorang gadis dari kejauhan.
Sang pemilik nama pun langsung menengok menatap gadis yang memanggilnya. "Lizzy? Ada apa?"
"Ah, Ciel kau manis sekali! Lihat, kau menggerai rambutmu!" ucap Lizzy.
"Ini ya? Hari ini adalah hari spesial jadi aku menggerai rambutku." jawab Ciel seraya memegang rambut hijau lumutnya yang panjang.
Lizzy mengerjapkan matanya. "Hari spesial? Jangan-jangan kau sudah memberikan surat cintamu pada Sebastian-senpai ya?"
"Lizzy, jangan keras-keras!" ucap Ciel salah tingkah.
Secara refleks, Lizzy langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Ciel, gomenasai!"
"Sudahlah, lupakan saja."
"Kyaaaa~! Elite Four!" terdengar suara triakan gadis-gadis. Ciel dan Lizzy pun menatap E4.
Elite Four adalah sebuah kelompok yang terdiri atas empat orang yang paling berbakat di Elite Art High School. Anggotanya adalah para senior kelas tiga alias kelas dua belas, yaitu :
Sebastian Michaelis, yang terkenal akan kepintaran berdansanya.
Claude Faustus, yang terkenal akan kepintaran melukisnya.
Alois Trancy, yang terkenal akan kepintaran bermain musiknya.
Edward Middford, yang terkenal akan kepintaran olahraganya.
"Elite Four keren ya. Dia selalu memikat hati para gadis, ya kan Ciel?"
Ciel terdiam dan menatap Sebastian. Jantungnya berdebar-debar. Tiba-tiba Sebastian melihat Ciel, lalu tersenyum kepadanya. Seketika wajah Ciel langsung memerah. Alhasil Ciel pun langsung berjalan menjauhi E4.
"Ciel, tunggu!" seru Lizzy seraya mengejar Ciel.
.
.
.
Alois membuka loker sepatunya dan tiba-tiba . . .
Sraaakkk!
Tumpukan surat cinta berjatuhan.
"Wah Alois, sepertinya penggemarmu selalu bertambah setiap harinya ya?" ucap Edward, teman sekelas Alois.
"Yah, begitulah." Alois memungut surat cinta itu satu persatu. Tatapannya langsung tertuju pada sebuah amplop biru diantara tumpukan amplop pink.
"Heh? Memangnya ada surat cinta dengan amplop biru ya?" celetuk Edward. "Siapa pengirimnya?"
Alois membuka amplop biru itu perlahan. Dia mulai membacanya.
"Aku selalu memperhatikanmu. Saat pertama kali aku bertemu denganmu, kau menolongku dari anak kelas dua belas. Saat itu jantungku langsung berdebar-debar. Dan aku tahu, saat itu ternyata aku telah menyukaimu. Temui aku di halaman belakang sekolah setelah bel pulang. From = Ciel Phantomhive." Alois selesai membaca surat tersebut.
"Hah? Ciel? Memangnya kau mengenalinya?" tanya Edward bingung.
"Tidak, malah aku baru pertama kali mendengar namanya." jawab Alois yang sama-sama bingung.
"Setahuku, Ciel menyukai Sebastian. Tapi, kenapa tiba-tiba dia menembakmu ya?"
Alois menatap Edward. "Kau mengenalinya?"
"Tentu saja. Dia teman dekat sekaligus teman sekelas Lizzy."
"Oh. Adikmu ya?"
"Iya. Lalu, apa yang ingin kau lakukan selanjutnya?" tanya Edward penasaran.
Alois menyeringai. "Pertama-tama, aku akan menemuinya sepulang sekolah."
.
.
.
"Sebastian-senpai lama ya?" gumam Ciel.
"Maaf, kau sudah menungguku ya?"
Ciel langsung membalikan badannya. "Sebastian-sen . . . eh, Alois-senpai?!"
"Kenapa kaget?"
"Ng, maaf tapi, aku bukan sedang menunggumu."
"Lho, bukannya kau memberikan 'ini' padaku?" ucap Alois seraya mengeluarkan sebuah amplop biru dari saku celananya.
'Eh, amplop itu? Aduh, jangan-jangan aku salah memasukannya ke loker Sebastian-senpai! Kenapa aku bisa seceroboh itu?' batin Ciel. "Alois-senpai salah paham. Ini bukan untukmu, tapi untuk . . ."
"Sebastian kan?" Alois meneruskan ucapan Ciel. Ciel mengangguk. "Aku akan menyerahkan amplop ini padamu dengan satu syarat."
"Apa syaratnya?"
"Kau harus menjadi pacarku."
Ciel membelalakan matanya. "APA?!"
To Be Continued . . .
Gimana ceritanya? Sedikit gaje kah? Fufufu, ceritanya terlalu sedikit ya?
Tenang saudara-saudara, di chapter 2 nanti ceritanya jadi panjang kok!
Sebelum melanjutkan chapter 2, tolong review chapter 1 ini ya!
