Author's Note : salam kenal semua ini pertama kalinya saya bikin fanfic, tapi emang dari dulu udah suka bacanya flame, kritik dan saran bebas sesukanya pake bahasa sebrutal apapaun okay, gas aja :D

terima kasih buat teh botol dan piattos yang udah nemenin selama penulisan :9

Ada OC, dan mungkin ada mistype, misdigivolve (mungkin digivolve ga jadi digimon yang seharusnya. Aneh ya, padahal udah pake ensiklopedia digimon..) dan mungkin juga agak agak ga jelas ceritanya. Maklum nubie -.-

Kalo sampai ada, maaaf….

Disclaimer : Digimon bukan milik saya


Pulau File 21/06/2006 23.30 pm

Malam kala itu sangat dingin, atmosfer pulau saat itu terasa mencekam. Bintang yang bersinar sangat sedikit, dan bulan purnama terlihat mengintip dari selubung awan hitam.

Agumon terduduk sendiri di luar gua tempat ditemukannya digi-egg keberanian, yang sekarang menjadi tempat tinggalnya.

"Hii.. Dingin sekali" Agumon menggerutu sambil memeluk dirinya sendiri.

"Coba saja aku boleh membakar pohon-pohon di sekitar sini, mungkin akan lebih hangat. ah, tapi pasti dimarahi Palmon. Serba salah," gerutunya lagi.

Digimon berbentuk tyrannosaurus kecil berwarna kuning itu kemudian berdiri dari tanah yang didudukinya, berpikir untuk mencari kayu bakar di hutan beberapa meter dari tempatnya berdiri sekarang, menumpuknya dan kemudian membakarnya dengan pepper breath.

"Mungkin akan membuatku merasa lebih hangat," gumamnya.

Tiba tiba sekelebat bayangan hitam yang tidak diketahui asalnya melewati semak semak di depan agumon.

"Hm? Rasanya aku mellihat sesuatu?" Agumon menengok kearah kanan dan kiri, namun dia tidak menemukan apapun yang janggal.

"Atau hanya perasaanku saja? Katanya sambil melipat tangan dan memiringkan kepalanya.

"Ah ya sudahlah, sebaiknya aku segera mencari kayu bakar.. dingiiiinnn.." kata Agumon sambil berlari masuk ke area hutan.

Tidak lama setelah agumon pergi, tiba tiba muncul tiga sosok hitam yang sepertinya sedari tadi sudah mengintainya.

"Itu salah satu dari 12 digimon milik anak anak terpilih?" Tanya salah satu dari 3 sosok misterius tersebut.

"Tidak salah lagi" jawab salah satu sosok lain. "Perlu kuhabisi sekarang?"

"Tidak perlu, membunuhnya dalam wujud kecil seperti itu tidak akan menyenangkan, Demon. Harga diriku bisa terluka," jawab salah satu dari tiga sosok bayangan tersebut, memegang dahinya dengan satu tangannya dan menggeleng gelengkan kepala.

"Baiklah, terserah." Jawab Demon sambil berbalik ke belakang, membuat portal kegelapan lalu pergi meninggalkan dua bayangan lainnya.

"Lucemon, jangan meremehkannya begitu. kau yakin dia tidak akan mengganggu rencana besar kita? Paling tidak, dia salah satu digimon milik anak anak terpilih, kemungkinan selalu ada" tanya salah satu sosok misterius yang masih tersisa.

"Jangan khawatir Lilithmon, apabila dia mulai mengganggu, aku yang akan menghabisinya." Lucemon mengangkat kedua tangannya dan tersenyum

"Rencana kita tidak akan gagal, aku yakin. HAHAHAHAHAHAHA~"

~ Chapter I : Chaos Uprising

SMA Odaiba, Atap Sekolah 2-3 22/06/2006 12.10 pm

"HAHAHAHAHAHAHA~" Takeru tertawa geli, melihatnya tertawa geli seperti itu, aku sendiri jadi ingin tertawa, haha.

"APA! Aku nasionalis, jadi pasti aku membela Jepang apapun yang terjadi, apanya yang lucu?" sahut Daisuke, marah sambil mencengkram kerah leher seragam Takeru. Hei, lepaskan dia..

Takeru, Daisuke, dan aku berada di atap sekolah untuk makan siang. Ritual rutin bagi kami bertiga, maksudku berempat apabila Ken tidak terserang flu. aku duduk di dekat pagar kawat sambil melihat pertengkaran satu arah Daisuke dan Takeru. Oh iya, bukan hanya kami bertiga yang berada di sini, kebanyakan murid lain yang berseragam kemeja putih pendek dan celana panjang atau rok cokelat, sama seperti kami juga makan siang disini kalau tidak ke kafetaria. Takeru? Ya, dia tidak memakai topi topi kesayangannya, tentu saja. bisa-bisa topinya disita karena tidak sesuai dengan seragam.

"Iya, iya aku mengerti Daisuke, tapi tetap saja taruhan 10.000 yen untuk jepang dalam pertandingan Jepang melawan Brasil itu terlalu gila haha," jawab Takeru, masih tertawa.

"Siapa yang memutuskan Jepang tidak mungkin menang? " Tanya Daisuke yang akhirnya melepaskan cengkramannya dari kerah seragam takeru. "Bukankah kau juga bertaruh untuk jepang!" tambahnya sambil bertolak pinggang.

"Tidak, aku bertaruh untuk Brazil dan aku menang 15.000 yen," jawab Takeru tersenyum lebar.

"Pengkhianat!" Kata Daisuke sambil menunjuk takeru dengan telunjuknya "Kau pengkhianat bangsa!"

"Aku bukan pengkhianat, aku hanya mengambil peluang yang terbuka lebar dari orang orang yang mengaku nasionalis haha," kata Takeru.

"Sudahlah, pertengkaran ini kalian lanjutkan nanti saja, sekarang duduk dan makan bento kalian" Kataku. Takeru mengiyakan dan Daisuke...

"Baik putri, hehehe," dengan muka yang.. sangat aneh, tapi lucu. kalau boleh jujur, seperti monyet yang baru diberi pisang. Haha apa aku kejam?

Mereka duduk, Takeru membuka kotak bentonya.

"Nah ayo makan Daisuke, Hikari," katanya sambil tersenyum. Sepertinya dia senang karena dibuatkan bento set lengkap oleh ibunya. Sebenarnya aku juga ingin, tapi bento buatan ibuku… Lupakan saja.

"Iya, mari makan" kataku tersenyum sambil membuka kotak bento-ku. Kulihat bento milikku adalah seperti biasa, sushi gulung kappamaki. Ini yang paling mudah untuk dibuat. Dan ini buatanku sendiri, rasanya? Lumayan enak menurutku.

Oh, aku belum memperkenalkan diri? Aku lupa.. maaf. Perkenalkan, namaku Hikari Yagami. Saat ini bersekolah di Smu Odaiba bersama Ken, Daisuke, dan Takeru. Kami berempat sudah bersama sejak SD. Dan kami adalah beberapa dari orang orang yang disebut anak anak terpilih. Kami bersama partner kami yang disebut digimon, sudah bertarung dengan berbagai musuh jahat yang kuatnya luar biasa.. mengingatnya saja membuatku seram.

Partner digimonku bernama Tailmon. Saat ini dia sedang berada di dunia digital, dunia mereka. bersama Agumon, Palmon, Patamon, V-mon, Tentomon, Gabumon, dan Gomamon. Walaupun lebih tepat dibilang partner kerja, aku lebih suka menganggap hubungan kami sebagai teman baik. Karena kami memang teman baik.

"Bento milikku adalah satu satunya yang aku punya sekarang dan nanti untuk dimakan saat berlatih sepak bola, jadi tak akan kumakan. karena taruhan bodoh itu aku tak punya uang untuk roti melon seperti biasa. haaah…" Daisuke menghela nafas. Dia merebahkan tubuhnya kebelakang, dan terlihat kecewa. entah kenapa aku jadi tidak tega.

"Hahaha kasihan, ini kubagi kappa maki milikku, makan saja Daisuke-kun," kataku tersenyum

"Hi…Hikari-chan.." matanya berbinar binar melihatku dan kappa maki-ku, aku jadi ingin memberinya lebih banyak makananku…

"Kau malaikat Hikari-chan, malaikat yang cantik," katanya, flirting. seperti biasanya bahasanya maut! aku jadi malu sendiri.

"Ini kuberi juga milikku Daisuke," kata Takeru sambil menyumpit sepotong daging panggang yang sepertinya enak. "kemarikan tanganmu."

"Tidak perlu! Aku tidak menerima pemberian pengkhianat!" kata Daisuke sambil memalingkan muka dan melipat tangannya, walaupun diam-diam melirik ke arah daging itu. Aku tahu dari lubuk hatinya kalau dia menginginkannya.

"Oooh jadi kau tidak mau daging matsuzaka ini.." Takeru menaruh daging itu kembali ke kotak bentonya, dan mulai merogoh kantong celananya, mengambil dompet kulit miliknya.

"Kalau selembar Higuchi* ini bagaimana? Kau mau?" kata Takeru, tersenyum bengis sambil mengeluarkan lembaran uang kertas 5000 yen dari dompetnya.

"….." Daisuke terdiam. matanya melotot atas-bawah-kiri-kanan mengikuti lembaran 5000 yen yang digunakan anak laki-laki berambut pirang itu untuk mengipas ngipas dirinya.

"Ayo.. bagaimana?" kata Takeru, dengan senyum yang lebih bengis daripada tadi, aku jadi ingin tahu, kalau dia dan Myotismon mengikuti lomba senyum terbengis, siapa yang akan menang?

"Sudahlah Takeru-kun, jangan menggodanya terus, bagaimana kalau kita mulai makan saja?" kataku tersenyum, FYI, bukan senyum bengis.

"Hahaha iya, ayo," Kata Takeru menyelipkan uang itu kembali ke dompetnya, sambil mulai menyumpit makanannya kedalam mulutnya.

Daisuke pun begitu, dia mulai langsung kappa-maki yang kuberikan padanya. Hei, tidak dikunyah dulu? Sepertinya dia kecewa tidak mendapatkan uang yang ditawarkan Takeru.

Bicara tentang taruhan piala dunia ini, kakakku juga bernasib sama seperti Daisuke. Aku tidak tahu dia kalah berapa yen, tapi yang jelas tadi pagi aku lihat dia keluar kamar dengan tubuh selemas orang yang terlalu banyak minum cuka dan wajah sepucat Digitamamon. sampai sampai kak Yamato dan kak Koushiro yang datang menjemputnya untuk kuliah, harus menyeretnya keluar.

semoga saja dia tidak kehilangan beberapa lembar Yukichi**. Tunggu, bukankah Digitamamon tidak punya wajah? Berarti mungkin sepucat Devimon.

"Oh iya, pulang sekolah aku mau ke rumah Ken untuk menjenguknya, setelah itu aku mau ke dunia digital. Aku mau menjemput Patamon, kangen. Mau ikut Hikari?" Tanya Takeru

"Tentu saja" jawabku. Selain khawatir dengan keadaan Ken, aku juga penasaran soal Tailmon, apa dia baik baik saja? "Apa sebaiknya kita bawa sup atau buah untuknya?" tanyaku.

"Bagaimana kalau kita bawakan sup saja?" tanya Takeru sambil merebahkan badannya dan menggunakan tangannya untuk menopang dagu dan melihat ke langit.

"AH!" Takeru kembali duduk dan menjentikkan jarinya. "Kita pernah makan sup di restoran Italia yang lumayan enak di dekat rumahnya kan?" Tanya Takeru sambil tersenyum. "Bagaimana kalau kita beli saja sup di restoran itu?"

"Apa? Kalian makan berdua saja? Aku juga ikut! Selain aku khawatir dengan Ken, aku juga tak akan membiarkan kau pergi berdua saja dengan Hikari-chan!" kata Daisuke yang kembali berdiri dan mencengkram kerah seragam Takeru lagi.

"Iya iya….lepaskan tanganmu Dai.." Takeru menghela napas. Sepertinya lelah dengan kelakuan Daisuke seharian ini..

Aku mengambil kamera digital yang kugantung di kerah seragamku, dan berniat mengabadikan saat saat menyenangkan seperti ini. High school never end is BS, High school ends fast, y'know?

"KLIK" suara kameraku saat mengambil gambar. Takeru yang menyadari kalau aku akan mengambil gambar, sudah bersiap dan membuat tanda 'peace' dengan jari tangan kanannya sambil tersenyum lebar. Sedangkan Daisuke yang tidak sadar, tidak sempat bergaya. Jadi dia difoto dengan muka seadanya. Mangap. Yahaha.

"Ahh Hikari-chan, aku malu.." kata Daisuke, sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

SMA Odaiba 22/06/2006 15.37 pm

Setelah bel pulang sekolah, kami bertiga mengambil tas yang disangkutkan di meja kami, keluar kelas dan menuruni tangga menuju koridor, untuk mengganti sepatu kami, sedangkan Daisuke pergi ke lapangan untuk berlatih sepak bola bersama klubnya. Aku dan Takeru akhirnya menunggu Daisuke sampai dia selesai latihan sepak bola. Seperti biasa, aku melihat Takeru membuka lokernya yang berisi beberapa lembar surat dan memasukannya ke dalam tasnya... ya, kau tahu surat macam apa yang ku maksud. Dan aku tidak ingin membahasnya. Apa? Kesal? Aku tidak kesal. Sekali lagi kubilang AKU TIDAK KESAL ATAUPUN CEMBURU TITIK. Kalian tidak bertanya soal cemburu? Apapun itu, sekarang berhentilah bertanya.

Sambil menunngu, kami duduk di kursi penonton lapangan sepakbola. Aku duduk di sebelah Takeru, tentu saja. karena tak ada orang lain disini selain aku, Takeru, dan para anggota klub sepakbola yang sedang latihan.

"Aa..Hikari.." Takeru sepertinya berniat memulai percakapan.

"Ya?" Jawabku, sambil menoleh ke arahnya.

"Eeh.. Tidak, tidak ada apa apa, haha" jawabnya sambil tersenyum.

"Ada apa? Bilang saja.." Tanyaku, aku merasa ada yang aneh dengan Takeru, atau perasaanku saja?

"Sungguh, tidak ada apa apa, hanya iseng saja~" katanya, mengakhiri percakapan.

Jujur, aku sudah jarang bercanda dengan Takeru, rasanya ada sesuatu yang berbeda yang membuat kami segan satu sama lain.. entah apa.

Bosan menunggu, Takeru membaca satu persatu surat yang diterimanya. "Tidak ada yang kau balas, pangeran?" tanya Daisuke yang datang tiba tiba dengan muka dan nada suara kesal. Aku tidak menyadari kalau latihan klub sepak bola sudah selesai dari tadi.

Daisuke aktif di klub sepak bola, tapi tidak ada satupun surat surat seperti itu yang sampai padanya, sedangkan Takeru yang anggota klub pulang-ke-rumah dapat banyak tiap harinya. Sebenarnya Takeru berbakat dalam bermain bola basket, tapi katanya dia terlalu malas untuk ikut dalam sebuah klub.

"Tidak, mereka tidak kenal aku, yang ada nanti mereka kecewa begitu tahu aku sebenarnya bagaimana, haha" kata Takeru setengah tertawa sambil memasukkan surat surat itu kembali kedalam tasnya.

Yaya, menolak tapi menyimpan semua surat itu? Membuatku sebal saja. Apa? Sudah kubilang, berhenti bertanya.

Kami kemudian mengambil sepeda kami di tempat parkir, dan mulai mengayuhnya samapai ke rumah Ken. Sore hari di musim panas seperti ini sebenarnya sangat indah, matahari yang mulai terbenam membuat langit menjadi kemerahan dan padang ilalang yang ada di dekat sungai yang kami lewati seakan memancarkan cahaya yang lembut. Sambil mengayuh sepedaku, aku mengambil kameraku lagi, dan memotret matahari terbenam itu. Ya, kau boleh menyebutku melankolis.

Rumah Ken 22/06/2006 17.22 PM

"Permisi" kataku sambil mengetuk pintu. Ken sudah pindah rumah ke Odaiba. ayahnya sudah diangkat menjadi manajer perusahaannya, sehingga dapat membeli rumah mewah seperti ini.

Pintu pelan pelan terbuka, ibu Ken keluar dan menyapa kami.

"Oh ternyata kalian" katanya sambil memperlihatkan senyumnya. "ayo, masuk. Miyako juga ada di sini" tambahnya.

"Kami permisi" kata Daisuke sambil membuka sepatunya dan masuk ke dalam rumah.

Di kamar Ken, kami melihat Ken yang terbaring sakit sedang tidur, Miyako berada di samping tempat tidurnya, sambil mengganti kompresnya. Sedangkan Wormmon tertidur disamping Ken.

"Ah.. kalian datang. Ayo, silakan masuk, tapi jangan berisik" bisik Miyako.

"Kenapa kau yang menyuruh kami masuk, memangnya kau tuan rumah?" kata daisuke, suaranya sedikit keras

"Sudah kubilang bodoh, jangan berisik!" bisik Miyako yang mendekati kemudian memukul kepala Daisuke.

"Aw!" kata Daisuke sambil memgang kepalanya yang benjol "Sakit.."

"Sudah sudah.." bisik Takeru, "ah, aku lupa membeli makanan untuk ken" tambahnya. Dia benar, aku juga lupa.. yah kalau melihat keadaan Ken yang seperti sekarang, sepertinya akan percuma juga. "Iori tidak disini miyako?"

"Tidak, seperti biasa. kendo." jawabnya sambil mengganti kompres kepala Ken.

"Ano.. Miyako, bisa minta tolong bukakan pintu masuk dunia digital? Ya ya ya?" pintaku.

"Jadi kalian ini kesini untuk menjenguk Ken atau untuk apa?" gadis berkacamata itu menghela napas, sepertinya sedikit kesal.

"Memangnya kau tidak ingin melihat Hawkmon? Ayolah, nanti dia pasti kami bawa pulang supaya ada yang menemanimu merawat Ken, ok?" kata Takeru yang sambil merangkul bahuku dan Daisuke, tersenyum lebar, tentu saja, tidak ada yang bisa menolak senyumnya. Termasuk aku.

"Ok, ok.. berhenti tersenyum. Sebentar," Miyako membuka laptop milik Ken, dan mulai mengotak-atiknya, seakan itu milik sendiri.

"Selesai," kata Miyako sambil mengusap keningnya. "Now you guys are ready to go."

"Thank you Miyako, kau tunggu saja hawkmon datang," kataku dengan sedikit senyum di bibir. Sebenarnya aku sangat bersemangat ingin kembali ke dunia digital. "Digiport open!"

Pulau File (pulau musim gugur) 22/06/2006 17.30 pm

Senja sore di pulau file terlihat suram, daun daun merah yang berguguran seharusnya menambah estetika keindahan pulau itu, tapi entah mengapa bagiku daun-daun yang berguguran di tanah itu terlihat seperti genangan darah.

"V-mon!" Daisuke memanggil manggil nama V-mon dengan keras, berharap V-mon datang berlari kepadanya dan mereka berdua kemudian melakukan tarian khas India. Sangat romantis, aku suka cerita seperti itu.

"Patamon!"

"Tailmon!"'

Kami memanggil manggil, tapi tidak ada jawaban.

Saat kami bermaksud untuk pergi mencari mereka, dari kejauhan terlihat sesosok digimon yang tidak asing berlari kearah kami. Wajahnya terlihat ketakutan.

"Palmon!" kata takeru terkejut "Ada apa? Mana Patamon dan yang lainnya?" tanyanya.

Masih dalam nafas yang terengah-engah,Palmon berusaha menjawab sambil membungkuk dan memegang kedua lututnya. "Gennai... Gennai dan yang lainnya dalam bahaya!"

"Ada apa Palmon? Mereka kenapa?" aku mulai panik, apa yang sebenarnya terjadi?

"Demon... Demon kembali!


Chapter 1 selesai

Gimana? Agak ga jelas ya?

Ditunggu kritik saran ataupun flamenya :)

*uang lembar 5000 yen

**uang lembar 10000 yen