Disclaimer : Kuroshitsuji punya Yana Toboso. Cinderella punya siapa ya? Disney?

Warning : OOC. OON. AU. Bla bla bla cuih.


Cinderella? Bukan, Cielella

Ehem. Hem. Hem. Uhuk! Uhuk! Haaassyiiiiimm! Tes tes satu satu aku sayang ibu, Author di sini. Setelah debut fic perdana, 'Sebastian hilang! Ha?' sukses di caci maki dan dimusnahkan dengan alasan pencemaran nama baik Sebastian, dengan sangat tidak tahu malu, Author kembali lagi dengan cerita baru. Plok plok plok plok plok! (Berpose) judulnya.. Cinderella.

.

.

Eh, bukan bukan. Cielella. Ini dia kisahnya..

.

Pada zaman dahulu kala, di zaman jebot, zaman ketika gorengan harganya masih 5 perak per biji, itupun kalo di zaman itu udah ada gorengan, Kerajaan Sarang Lebah Ilusi (In english : Phantomhive) sedang marut kelapa. Eh, salah. Murat-marit. Kenapa? Gara-garanya Sebastian Michaelis, pangeran tunggal dari kerajaan itu, belum punya pendamping hidup a.k.a. jomblo. Alhasil, daripada nantinya para rakyat harus menanggung aib karena punya pangeran yang jomblo, mau gak mau si Sebastian harus dicariin jodoh. Karena itu, dimulailah rapat Perundingan Pencarian Pendamping Hidup Pangeran Jomblo a.k.a. PPPHPJ.

"Kalau boleh tahu, sebenarnya buat apa kita rapat seperti ini, ya?" tanya Penasihat Kerajaan, Lau, dengan nada gak niat.

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Huh, mana kutahu. Padahal terserah saja iblis itu mau jadi jomblo atau bujang lapuk sekalian. Akan lebih baik jika dia cepat-cepat enyah dari dunia ini," jawab William, sang Perdana Menteri Kerajaan lebih gak niat.

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Haha pendapatmu boleh juga, William. Tapi apa boleh buat. Raja yang bijaksana ada karena di dampingi oleh ratu yang ideal. Dan sudah tugas kita untuk mencarikan pendamping hidup yang sesuai untuk Pangeran. Ya, Lan Mao?"kata Lau lagi sambil mangku—katanya sih—adenya, Lan Mao.

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Cih!" William berdecih.

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Hmm.. bagaimana cara mencarinya yaaa?"

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Bagaimanapun boleh. Cepat saja akhiri rapat gak berguna dengan nama yang gak kalah abal ini!"

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Kalau begitu, kita adakan pesta saja. Kita undang gadis-gadis dari seluruh negeri, dan biarkan pangeran memilih sendiri pasangan hidupnya nanti," ujar Lau akhirnya.

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Terserah."

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Kalau begitu Pustakawan Kerajaan, Tanaka-san. Bisa tolong kau buatkan sayembaranya?" kata Lau sambil nengok ke Tanaka yang daritadi duduk di sebelahnya sambil minum teh.

"Ho. Ho. Ho. Ho.." Tanaka mulai nulis sayembara.

"Ho. Ho. Ho. Ho.." Tanaka masih nulis.

"Ho. Ho. Ho. Ho.." Masih menulis dan.. ho ho ho ho, selesai.

"Biar kulihat.." Lau ngambil kertas sayembara yang baru ditulis Tanaka, "..."

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Tanaka-san, sejauh yang kulihat, hanya ada tulisan 'ho ho ho' di seluruh kertas, ya?"

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Hahaha sayembara yang sangat menarik. Mengandung banyak makna. William, tolong buatkan sayembara lagi dengan makna yang bisa lebih dimengerti orang awam," akhirnya Lau nyuruh William, speechless sama sayembara buatan Tanaka.

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Kenapa aku?" tanya William keberatan. Idih. Males banget bikin sayembara buat Si Pangeran Dodol itu.

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Karena kau perdana menteri," jawab Lau gak nyambung.

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

"Cuih!"

"Ho. Ho. Ho. Ho.."

ooo

Asumsikan sayembara udah selesai dibuat dengan sepenuh dikurangi akar seperempat pangkat setengah integral dua perlima hati oleh William. Beribu-ribu lembaran sayembara itu pun disebarin ke seluruh negeri. Begini isi sayembaranya:

Pangeran goblo—Sebastian sedang mencari bud—pendamping hidup. Bagi yang berminat dengan Si Belate—Sang Pangeran, silakan datang ke Nerak—Istana Sarang Lebah Ilusi. Akan diadakan ritual persemba—pesta di sana.Tambahan: Seluruh iblis beti—wanita dipersilakan hadir.

Walopun sayembara di cut sana-sini karena ketidakpantasan bahasa, tetep aja para wanita sangat antusias buat dateng ke pesta. Mereka nyiapin gaun nan cantik, kosmetik, sepatu, seperangkat alat sholat dan Al-Quran. Semuanya dibayar tunai.

Gak terkecuali sebuah keluarga kecil di pelosok negeri. Seorang ibu dan tiga anaknya—dua kandung, satu mungut di empang—juga bersiap-siap buat dateng ke istana.

"Kyaaaa~~ pake baju apa yaa buat ketemu pangeran Sebby?" kata Grell, si kakak tiri dengan girangnya.

"Hohhohoho~ kau selalu cantik pake baju apapun, Grell!~" puji si ibu tiri, Madam Red. Dia dipanggil Madam Red karena selalu pake baju warna merah, sepatu merah, lipstik merah, bahkan sampe ke warna darahnya pun merah! Ckckck Hebat sekali..

"Mama~ apa sebaiknya aku beli gaun baru yaaa?" tanya si adik tiri dengan resah, Lizzy.

"Beli baru? Gak usaaah. Suruh aja si Cielella buat jahitin gaun kamu. Cielella! Cielella!" Madam Red manggil seseorang. Kayanya sih anak tiri dia yang tadi dibilang mungut di empang. Lalu dari arah dapur, datang sesosok anak perempuan.. eh, anak laki-laki ding, yang sangaaat manis.

"Yaaa ibu?" tanya si anak laki-laki itu sambil ngucek-ngucek mata. Oh rupanya dia yang namanya Cielella.

"Abis ngapain seh kok dipanggil gak cepet-cepet dateng? Nih! Tolong jahitin gaun baru buat Lizzy, ya! Gak pake lama loh. soalnya mau dipake buat ke pesta malem ini!"

"Eh.. jahit gaun? Aku gak bisa..," kata Cielella ogah-ogahan.

"Aduuuh kamu tuh apa seh yang bisa? Gak mau tau! Pokoknya malem ini tuh gaun udah harus jadi! Titik!"

Begitulah Cielella. Terhina hidup bareng ibu tiri dan dua saudara perempuannya. Grell, makhluk abnormal. Dan Lizzy, si kuncir dua kriwil-kriwil.

ooo

Di dalem kamarnya yang lusuh, Cielella menangisi kesialannya.

"Hah. Gimana cara jahit gaun? Ada ada aja Tante-tante merah itu." Belom.. belom nangis.

"Gak bakalan bisa. Dikira gw Ivan Gunawan, bisa ngejahit baju cuma sehari? Udah ah! Lapeeerr.." Masih belom nangis.

"Mending gw nonton Kapen Tisubasah aja ah di Gombal TV!" kata Cielella pada akhirnya dengan riangnya. Sama sekali gak ada nada kesedihan. Kampret nih bocah kagak nangis.

Tiba-tiba waktu Cielella lagi enak-enakan nonton Kapten Tisubasah, ketika adegan Wakebayasih mau nangkep Tendangan Monyet dari striker handal Kosasih Hyugak, datang sesosok peri..

"Hihihihi Cielella.. kau tidak ingin ke pesta?" tanya si peri, Undertaker.

"Ha? Siapa lo? Ganggu aja," jawab Ciel cuek. Gak tau orang lagi seru nonton, apa?

"Aku ibu peri.. aku ada untuk menghibur gadis yang malang. Hihihihihi. Apa kau tidak mau ke pesta? Kau mau cuma membusuk di kamar sempit ini? Hihihihi.."

"Oh.. emangnya mau ada pesta ya? Pesta apa? Syukuran sunatan si Mamat, ya? Bagus deh, akhirnya dia disunat juga."

"Ya.. ada. Tapi bukan pesta syukuran sunatan, Cielella. Pesta ini diadakan di istana. Semua gadis boleh datang ke pesta di istana. Termasuk kau, Cielella. Hihihihi.."

"Gadis? Gw nih cowok, nyet! Ngapain gw dateng? Jangan samain gw sama si Grell, ye!"

"Tidak apa-apa.. khusus anak manis sepertimu, juga boleh datang.. nah, kau mau ke pesta?"

"Kagak."

"Ayolah, Cielella. Di pesta nanti kau bisa berdansa dengan pangeran, loh.. hihihihihi.."

"Dansa? Ogah banget!"

"Jangan begitu.. di istana nanti juga ada banyak makanan mewah.. hihihihihi kau tidak lapar?"

"..." Cielella tertegun. Anjrit.. kebetulan dia lagi laper, nih.

"Hihhihihihi.."

"..Okeh deh. Gw mau dateng! Terus apa hubungannya sama lo?" kata Cielella akhirnya. Lumayanlah dapet makanan mewah gratis di istana, pikirnya.

"Tidak mungkin kau datang ke istana dengan pakaian lusuh seperti itu, kan? Aku akan menyiapkan gaun terindah dan kereta kuda untukmu. Hihihihihi.."

"Gak usah pake gaun.. ngerepotin aja. Udah ya, gw pergi dulu!" Cielella udah gak sabar. Makanan gratis! Makanan gratis!

"Tunggu dulu, anak muda! Hihihihi orang yang berpakaian kumal tidak di izinkan masuk ke istana, loh.. hihihihihi. Masih berani datang dengan penampilan seperti itu?" bujuk Undertaker.

"Cih! Iya deeeh iyaaa! Mana? Sini gw pake gaun sama kereta kudanya!"

"Oh.. boleh. Boleh saja.. hihihihihi tapi sebelumnya kau harus menunjukkan sesuatu yang lucu dulu padaku. Hhihihihihi.."

"Hah?" Cielella cengo.


Nah.. jadikah Cielella ke pesta dansa? Apakah Pangeran Sebastian akan dapat jodoh? Apakah Author sudah mandi? Kita nantikan saja.. setelah review-review berikut ini. Okeh? Review, ya~