SUKI KIRAI

Disclaimer : Vocaloid © YAMAHA

Rate : T (Teen)

Warning : OOC, GAJE, AU, dll

Cerita ini ….. buat berdasarkan lagunya Rin-Len yang Suki Kirai (^_^)9 Hehe. Well…

SELAMAT MEMBACA! (^w^)/

CHAPTER 1

Rin masih terdiam memandang langit-langit kamarnya. Terngiang ucapan "suka" yg diucapkan Len tadi di sekolah.

========================== ===========Flashback====================================

"Rin. Aku menyukaimu… Aku tak tahu sejak kapan perasaan ini ada, tapi inilah yang kurasakan sekarang." Ucap Len sembari menggaruk rambutnya malu.

"…EH?!"

Seakan baru tersadar apa yang diucapkan Len, muka Rin menjadi semerah tomat.

"Ah! Ta-tapi kita kan teman, Len! Bahkan yang lain selalu mengganggap kita saudara karena kita mirip…" "Maaf." Lanjut Rin yang langsung membuat Len tersentak dan sedih hati.

"Begitu," ucap Len parau.

"…Len, maaf. Aku tidak tahu harus menjawab perasaanmu seperti apa. Karena, aku tak tahu apakah aku menyukaimu juga atau tidak."

Tiba-tiba seakan Len mendapat secerca harapan dari gadis itu. Len tersenyum.

"Rin. Tidak apa-apa, jika kau belum bisa menjawabnya sekarang. Aku akan menunggumu." Ucap Len penuh percaya diri.

"Satu minggu. Bisakah satu minggu lagi kau menjawab perasaanku ini?" Tatap Len penuh kehangatan.

"..Baiklah. Aku akan memikirkannya." Angguk Rin.

"Kalau begitu. Pikirkanlah baik-baik. Nah, sampai jumpa." Len tersenyum tipis lalu meninggalkan Rin diatap sendirian.

================================Flashback End======================================

"Aku harus membuat satu pilihan ya…?" gumam Rin sambil kedua tangannya memegangi kepalanya.

OoooO

"Pagi, Rin." Len meletakkan es krim pisang yang ia pesan di meja tempat Rin duduk.

" ! Pa-pagi!" (/A/) Rin menatap Len yang duduk di depannya dengan malu.

"Bagaimana? Apa kau sudah memikirkannya?"Len menyendok es krimnya lalu memasukkannya ke mulut. Telihat santai seperti biasanya, tapi sebenarnya Len benar-benar gugup.

"Ah. Itu ya. Ehm…Itu..Aku.." Rin terlihat bingung.

Len tersenyum, mengusap rambut Rin perlahan. "Tak usah terburu-buru. Kau kan tidak harus memutuskan sekarang. Waktumu masih 6 hari Rin."

Bluush! Muka Rin menjadi memerah. Ini tidak biasanya terjadi.

"Lagipula aku sangat yakin kau pasti akan menerimaku. Dan setelah itu, kita bisa segera MENIKAH dan memiliki beberapa anak. Lalu-"

DUAK! Belum sempat Len menyelesaikan khayalannya Rin sudah meninju muka Len dengan wajah yang sangat merah karena malu sekaligus marah.

"Ba-baka! Dari mana datangnya kepercayaan dirimu itu sih!" Rin yang wajahnya memerah mengacungkan tinju ke muka Len.

"Aduh-duh! Hei, aku tahu kalau kau hanya malu mengakui kalau kau su-"

DUAAK! BRUK!

"Le-LEN! Baka!" Rin memukul Len sampai Len terjatuh dari kursinya lalu pergi.

"Ittai! Duh, sepertinya aku sudah keterlaluan nih!" Len menggaruk kepalanya sambil tersenyum kecut memandangi Rin yang menjauh pergi.

oO0Oo

"Lalalala… Su-ki Ki-rai " Ponsel Rin memainkan suatu lagi beberapa kali. Sepertinya ada seseorang yang menelepon Rin di pagi hari ini.

Rin yang sedang masih bersantai di tempat tidur dengan membaca majalah segera membetulkan posisi duduknya dan mengambil ponselnya di meja yang jaraknya hanya 50 cm dari tempatnya duduk.

Rin memandangi layar ponsel kuningnya. "LEN Memanggil…" Dalam sekejap muka Rin langsung memerah dan jantung Rin menjadi berdegup kencang.

Rin lalu menempelkan ponselnya ke telinga, "Mo-moshi-moshi." Ucapnya gugup.

"Moshi-moshi Rin! Hari ini sepertinya akan cerah, jadi ayo kita jalan-jalan!" Len berbicara dengan gembira dari seberang.

"Eh?!" Muka Rin semakin memerah. "Kencan?!"

"Hm? Well, aku senang jika kau mau mengganggapnya seperti itu." Len tertawa.

"Bu-bukan! Maksudku-"

"Iya. Aku bercanda kok. Aku tahu, kau pasti tak menganggapnya begitu." Sela Len.

DEG! Entah kenapa mendengar kata-kata Len ini membuat hati Rin sedikit sedih.

"Baiklah. Segera bersiaplah, Rin. 10 menit lagi aku akan sampai! Bye!"

"Eh?! Ta-tapi-" Sebelum Rin menyampaikan argumennya, Len sudah menutup teleponnya.

Rin hanya menghela nafas dan segera memilih pakaian terbaiknya untuk kencan-ralat-jalan-jalan paginya bersama Len.

oO0Oo

TING! TONG! Bel rumah keluarga Kamine berbunyi, ibu Rin, Lily, segera membuka pintu rumah dan menyambut sang tamu yang ternyata Len.

"Oh. Nak Len. Ayo masuk." Ajak Lily, lalu masuk kedalam rumah disusul oleh Len.

"Ada acara apa pagi hari ini?" Tanya Lily pd Len yang baru saja berniat pergi ke kamar Rin di lantai dua rumah itu.

"Oh. Haha. Bukan acara special kok, tante." Len memandang ibu Rin sebentar lalu tersenyum nakal.

Baru beberapa langkah Len menaiki tangga, Rin sudah terlihat di ujung tangga dengan pakaian yang sangat manis.

Camisole berenda warna kuning dengan pita jingga dan dipadukan dengan bolero jingga dibagian luarnya. Sementara itu, rok pendek hitam dan sepatu boot kuning menambah manis Rin. Ah. Dan kita melupakan bandana putih dengan pita berenda pink yang terpasang rapih di rambut Rin.

Len terdiam beberapa saat memandang Rin yang terlihat sangat manis. Rin turun perlahan dan berdiri satu anak tangga diatas Len.

"Maaf. Membuatmu menunggu." Ucap Rin malu-malu.

Entah kenapa Len tak menjawab perkataan Rin dan masih terpaku pada pakaian yang dikenakan Rin.

"A-ada apa?" Gadis berambut blonde ini Nampak menjadi sedikit canggung. Ehem, itu karena dia tengah dipandangi dengan sangat serius oleh Len.

"Tidak." Len menggelengkan kepala. "Kau sangat manis hari ini, Rin." Len tersenyum sangat lembut dan menggandeng tangan kanan Rin. Well, kurasa Len tahu bahwa gadis yang ia gandeng ini wajahnya sudah menjadi semerah tomat sekarang.

Setelah berpamitan pada ibu Rin, Lily dan ayah Rin, Kaito yang mereka temui di ruang tamu, sepasang anak muda ini segera pergi untuk 'jalan-jalan'.

oO0Oo

Rin menghela nafas sebal sambil memandangi ice creamnya. Sementara itu di depan Rin, Len duduk dengan santai sembari melihat pemandangan sore dari bianglala yang mereka naiki.

"Len, kau tak pernah bilang 'jalan-jalan'-nya akan sampai sore. Dan kenapa juga harus ke tempat ini sih!?" Rin meremas cone ice creamnya hingga berkerut, lalu mengalihkan tatapannya ke Len.

"Hm? Tak masalah kan? Lagipula..." Len balas menatap Rin, namun dengan tatapan lembut.

"Bukankah ini tempat kesukaanmu?"

Rin segera mengalihkan pandangannya dari Len. Rin tak mau Len melihat Rin yang merona wajahnya karena tatapan lembut yang Len tunjukkan padanya. "Me-memang."

"Tapi, kalau begitu artinya ini KENCAN!"

Len tersenyum nakal. "Hmp. Jika kau beranggapan seperti itu, aku tak keberatan."

"BA-BAKA!" Rin memelototi Len dengan wajah merah padam.

Mereka terdiam selama beberapa saat sampai tanpa terasa bianglala yang mereka naiki sudah berada dipuncak. Matahari sore bersinar jingga dengan indah perlahan.

"Rin," panggil Len ketika Rin sedang menghabiskan cone ice nya sembari menatap matahari senja.

Rin menatap Len. "...Ya?"

"Ini." Len menyodorkan sebuah kalung berbentuk hati yang memancarkan warna pelangi pada Rin.

"Eh?" Rin menatap kalung itu dengan kaget.

Sebenarnya, itu adalah kalung yang sangat ia inginkan. Kemarin ia melihat benda itu di etalase toko di depan sekolah, namun ia tak bisa membelinya karena harganya yang mahal.

Rin mengambil kalung itu dari tangan Len dan mencermatinya. "Ini... kenapa kau tahu?"

Len menggaruk kepalanya dan tertawa. "Ugh. Ini pertanyaan yang memalukan. Sebenarnya kemarin aku mengikutimu. Jadi aku melihatmu saat menatap kalung ini dengan mata berbinar."

PEESH! Muka Rin memerah (lagi). "Apaan sih? Kenapa kau mengikutiku segala? Memang kau stalker?"

"Hehe. Begitulah. Aku takut kau kenapa-kenapa dijalan." Len tertawa.

"Nah," Len pindah duduk disamping Rin. "Biarkan aku memakaikannya padamu."

Len mengambil kalung itu dari Rin dan mendekatkan dirinya pada Rin, melingkarkan tangannya pada tubuh mungil Rin.

Rin sebenarnya berniat melawan, tapi, ia akhirnya hanya pasrah. Ia membiarkan jantungnya berdebar tak karuan karena Len.

'Aduh. Aku ini kenapa sih?' masih dlm 'pelukan' Len, Rin memegang dadanya yang bergetar hebat.

'Aku... masa sih... aku suka...?'

Sementara Rin masih sedikit terguncang, tanpa terasa, 2 hari lagi ia harus memberi Len jawaban atas perasaannya.

Kira-kira, apa jawaban Rin ya?

TBC

Hajimemashite! Watashi wa XINON desu! Yoroshiku! m(_ _)m

Well, readers. Sebenernya, ini fic pertama yang kubuat di sini, dan aku bakal senang jika kalian bisa merespon hal ini dengan baik! (^w^)/

Review? (T_)v