Heads

Chapter One

theredwood

Disclaimer: Harry Potter belongs to JK Rowling

Hogwarts tahun ke 6, tahun dimana Harry, Hermione, dan Ron sudah menjadi senior di Sekolah Sihir mereka. Hermione Granger beruntung terpilih menjadi ketua murid perempuan. Pada awalnya Hermione sangat senang, namun semua berubah karena dia tahu bahwa yang menjadi ketua murid laki-laki adalah Draco Malfoy.

Ya, Draco Malfoy yang pirang dan sombong itu, dipilih untuk menjadi partner untuk Hermione, musuhnya. Dan itu berarti, Hermione harus berbagi kamar dengannya. Kalau kau tak tahu, Hermione benci sekali pada Malfoy. Draco selalu mengatainya mudblood, bersikap angkuh, dan semacamnya. Mimpi buruk bagi Hermione. Hermione makin merasa kesal ketika ia mengingat kembali bagaimana Draco selalu menatapnya dengan tatapan jijik. Dia sendiri juga bingung kenapa dia harus menjadi partner si Pirang Uban itu. Tidak ada satupun orang yang membenci Draco melebihi dirinya sendiri.

Hermione juga ingat bagaimana ia ditahun ketiga memukul wajah Draco. Dan jujur saja membuat Hermione merasa sangat puas. Puas karena ternyata dia bisa melawan Ferret Keparat itu. Mengingat Draco selalu menghinanya mudblood dengan mulut kotornya itu.

Diruang rekreasi Gryffindor, Hermione tengah duduk dit Sofa bersama sahabatnya, Harry dan juga Ron. Sedari tadi wajahnya ditekuk menandakan sedang kesal sekaligus frustasi. Harry yang sedari tadi memperhatikan Hermione sendiri sudah tahu apa yang membuat sahabatnya itu kesal sepanjang hari semenjak pengumuman siapa yang akan menjadi partner nya. Wajahnya masam, sama seperti ketika Harry dan Ron menyeretnya ketika sedang asyik membaca buku diperpustakaan.

"Sudahlah"

Harry menepuk-nepuk pundak sahabat perempuannya itu. Dari tadi Hermione menunjukan wajah kesalnya didepan sahabatnya. Dia masih berpikir soal berbagi kamar dengan si musang pirang, alias draco malfoy.

"Kupikir kau bisa akrab dengannya, mione" ujar Ron. Hermione membelalakkan matanya, melotot kearah Ron.

"Akrab? Akrab katamu?"

"Sabar, sabar" Ron agak takut ditatap seperti itu oleh Hermione.

"Aku juga tidak suka dengan malfoy tapi, apa boleh buat?" tambah Ron. Harry mengangguk angguk tanda setuju.

"Kau benar, apa boleh buat?" ujar Hermione dengan nada tidak puas, kemudian menghela napasnya. Hermione bangkit berdiri, menuju kamarnya. Dia merapihkan barang-barangnya, dan memasukkannya kedalam koper. Sekarang dia akan pindah ke kamar ketua murid. Hermione memastikan buku-buku dan bajunya muat dalam kopernya. Setelah itu Hermione menuruni tangga sambil menggiring kopernya. Ron dan Harry yang sedang mengobrol kemudian menoleh kearah Hermione yang sedang berdiri dengan memegang kopernya.

"Kami bantu?" tawar Harry saat melihat Hermione.

"Tidak usah, tidak apa-apa" tolak Hermione.

Harry tersenyum kemudian memeluk Hermione, begitu juga Ron.

"Aku akan sangat merindukanmu" kata Harry. Hermione tertawa mendengar apa yang baru saja diucapkan Harry, merasa hal itu aneh.

"Kau ini kenapa Harry?" Hermione tertawa lagi.

"Aku hanya pindah asrama, bukannya keluar negeri. Kita masih satu sekolah, kau lupa?"

Harry tersenyum.

"Mungkin terdengar berlebihan, tapi tetap saja, aku pasti akan merindukan saat kita bertiga mengobrol disini, di ruang rekreasi. Aku pasti akan merindukan bagaimana dengan galaknya kau mengajari kami Arithmancy" kata Harry yang kemudian disambut kekehan Hermione dan Ron.

"Dia benar, kami pasti akan merindukanmu di asrama Gryffindor, Hermione" tambah Ron. Hermione tersenyum dengan sedikit sedih kearah Ron kemudian Harry. Tangannya kemudian menepuk nepuk pundak Harry dan juga Ron.

"Aku akan main-main kesini, sampai jumpa"

Hermione kemudian berjalan keluar dari asrama Gryffindor. Menuju Asrama barunya.

.

Dengan malas Hermione membuka pintu kamar ketua murid. Dan ternyata Draco Malfoy sudah disana, duduk di sofa merah sambil membaca buku. Draco tersadar akan kedatangan Hermione, dan menoleh kearahnya.

"Oh, hai rambut mengembang!" sambut Draco dengan nada mengejek. Hermione memutar bola matanya. Sekarang ia malas berdebat dengan Slytherin satu ini.

"Oh hai juga Musang Pirang!"

Hermione memasuki kamar yang tidak Draco pilih. Kasurnya terletak dipinggir kamar. Disebelah kanannya ada jendela. Hermione mengambil baju dan handuk dari kopernya, kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Setelah beberapa saat Hermione keluar dari kamar mandi, dengan handuk dikepalanya. Air menetes dari rambutnya yang basah.

"Bisa tidak kau jangan membuat lantai basah?" tanya Draco dengan nada sebal. Yang sedari tadi duduk di sofa merah ruang rekreasi.

"Iya aku tahu" jawab Hermione, kemudian segera mengeringkan rambutnya.

Tak lama kemudian Draco menguap. Mungkin dia mengantuk, pikir Hermione. Draco kemudian membuka bajunya.

"Kau mau apa?" Hermione panik.

"Tidur?" jawab Draco.

"Tanpa baju?" Hermione menunjukan wajah bingungnya. Dan Draco memutar matanya.

"Memangnya kenapa? Memang seperti ini" jawab Draco cuek, lalu berjalan kearah kamarnya.

"Sungguh kebiasaan yang aneh!" cibir Hermione.

"No one ask for your opinion, mudblood!"

"How dare you!"

Hermione melotot kearah Draco.

"Sudahlah aku mau tidur" ujar Draco. Ia masuk kemudian menutup pintu kamarnya. Hermione memasang wajah super kesalnya, bahkan sedikit mmenggertakkan giginya. Benci sekali dia pada Malfoy satu ini. Apa dia tidak pernah bosan memanggilnya seperti itu? Entahlah, siapa juga yang berusaha mengubahnya.

.

Seperti pagi-pagi biasanya, Great Hall dipenuhi para murid Hogwarts dari empat asrama yang ingin mengisi perut mereka sebelum mengikuti pelajaran, atau bisa saja ujian. Hermione mengambil tempat duduk diantara sahabatnya, Harry dan Ron, dengan Neville dan Seamus mengobrol dihadapannya.

Harry mengambil segelas air kemudian meminumnya. Setelah itu dia menoleh kearah kirinya, kearah Hermione yang sedang sibuk mengunyah santapannya.

"Bagaimana asrama barumu, Hermione?" tanya Harry lalu kembali menyuap makanan kemulutnya.

"Bagus. Kecuali satu hal"

Hermione mengambil satu buah anggur kemudian memasukkannya kemulut. Harry tertawa. Sudah tahu apa yang dimaksud Hermione 'satu hal' itu.

"Yang kau maksud itu sudah pasti Malfoy" kata Harry. Hermione mengangkat kedua alisnya. Siapa lagi.

"Asal kau tahu Harry, dia memanggilku mudblood. Lagi" Hermione memberi tahu dengan nada santai. Sementara Ron disebelahnya memukul meja pelan dan mengepalkan tangannya keras.

"That bastard! Berani sekali dia" geram Ron. Harry juga menunjukkan ekspresi yang sama seperti sahabat berambut gingernya itu.

"Hermione, apa perlu kami menghukumnya?" tanya Harry. Hermione menoleh kearah Harry kemudian menepuk nepuk pundaknya.

"Aku tahu kau sangat baik padaku Harry, tapi kurasa itu tidak perlu" Hermione tersenyum sementara Harry menatapnya cemas.

"Aku sudah biasa" Hermione mengangguk angguk meyakinkan Harry, dia tidak mau Harry menghiraukan perkataan Si Musang itu, benar-benar tidak penting. Walaupun dia sendiri sebenarnya sangat marah dipanggil seperti itu. Tapi dia sudah sangat lelah memarahi Draco Malfoy. Tidak ada gunanya. Jadi yasudahlah.

"Baiklah kalau begitu maumu 'mione, tapi kalau dia mengganggumu lagi, kau harus bilang padaku" Harry akhirnya menyerah, padahal tangannya sudah gatal untuk meninju Slytherin Sialan itu.

Hermione tersenyum pada Harry seakan mengatakan 'tentu saja, terima kasih'.

"Kau memang sahabatku, Harry" Hermione menepuk nepuk pundak Harry lagi, sementara yang ditepuk pundaknya tersenyum bangga.

"Hei, kenapa aku tidak disebut juga?" Ron yang sedari tadi memperhatikan mereka berseru kesal saat Hermione tidak mengikutsertakan namanya. Hermione dan Harry tertawa berbarengan sementara Ron menunjukan wajah kesalnya. Mereka bertiga kemudian melanjutkan sarapan pagi mereka.

Hermione tiba-tiba sadar, kalau dia sedang duduk menghadap ke meja Slytherin. Dan dia bisa melihat jelas disana ada Draco Malfoy dan teman-teman ular lainnya sedang makan sambil bercanda. Sesekali Draco menyeringai angkuh, membuat Hermione yang melihatnya merasa ingin mengeluarkan makanan dari perutnya yang baru saja dia isi.

Dasar Malfoy, sombong sekali dia, dan seringaiannya itu, uggh aku benar benar benci hal itu. Kalau saja dia tahu aku baru menyelamatkannya dari tinjuan dua sahabatku yang sudah siap mematahkan hidungnya, apa dia masih berani menunjukkan seringai memuakkannya itu didepan mukaku? Aku rasa tidak.

"Hermione kau mau strawberry?" Ginny dengan sepiring penuh strawberry ditangannya berhasil membuyarkan lamunan Hermione.

"Sure, thanks"

Hermione mengambil piring yang ditawarkan Ginny tadi kemudian mengunyah sebuah Strawberry merah yang menggiurkan.

Dari kejauhan, mata Draco menangkap Hermione yang sedang mengunyah beberapa buah strawberry.

Draco menyeringai.

Strawberry? Dasar konyol.

Konyol.

Yah, konyol. Tapi Draco tidak dapat mengalihkan matanya sampai Hermione selesai mengunyah buah buah merah itu.

Tanpa sadar, Draco melengkungkan bibirnya, tersenyum memperhatikan teman seasramanya itu dari kejauhan.

Sekarang, siapa yang konyol?

.

Hermione merasa kepalanya pusing sekali. Dia duduk di sofa merah sambil menggulung diri dengan selimut. Badannya menggigil, tapi suhu tubuhnya panas. Hermione pikir dia sedang flu. Tak lama tiba-tiba Draco membuka pintu kamar, mendapati Hermione dengan lemas menggigil kedinginan.

"Ada apa denganmu Granger?" tanya Draco santai.

"Seperti yang kau lihat" jawab Hermione singkat. Dia terlalu capek untuk berbicara banyak.

"Oh" jawab Draco.

Hermione mengerutkan alisnya. Oh?!

Draco tampak memanaskan sesuatu di pantry, dan menuangkannya kegelas. Draco kemudian berjalan kearah Hermione.

"Apa ini?" Hermione bingung.

"Cokelat panas, masa kau tidak bisa lihat, mudblood?"

Gadis itu menahan emosi karena terlalu lemas untuk membentak draco. Jadi dia hanya mendengus kecil. Dia merasa itu sudah cukup mengatakan kalau dia tidak suka dipanggil seperti itu. Kemudian Hermione menatap gelas itu.

"Maksudnya ini untukku?" tanya Hermione tidak yakin. Namun Draco mengangkat kedua alisnya.

"Yah, ambilah" Hermione menggenggam gelas itu, kemudian menelan cokelat panas itu. Ada apa orang ini? Memanggilnya mudblood, lalu memberikan cokelat. Apa si musang pirang ini sakit juga? Atau kepalanya terbentur?

"Kau benar-benar Draco Lucius Malfoy kan?" tanya Hermione. Draco mengangkat sebelah alisnya.

"Sorry?"

"Yah, aneh saja rasanya kau memberiku ini" Hermione menunjuk gelas cokelat panas itu. Draco menyeringai.

"Kau tidak mau?" tanya Draco.

"Aku mau sih"

"Lalu?"

"Yasudah, terima kasih" seru Hermione. Draco mengangguk, kemudian mengambil buku untuk dibaca. Draco duduk di sofa untuk menyelesaikan buku itu. Hermione hanya tersenyum melihat Draco.

Apa sih yang dipikirkan orang ini? Batin Hermione. Entahlah. Tapi cokelatnya lumayan.

"Kupikir kau harus tidur sekarang" ujar Draco tiba-tiba. Hermione menoleh kearah Draco.

"Kau peduli?"

"Percaya diri kau. Suara menggigilmu itu menganggu" jelas Draco, kemudian melanjutkan membaca bukunya.

"Terserah saja" Hermione kemudian berjalan kearah kamarnya, dan sebelum menutup pintu dia mengatakan sesuatu.

"Kau bisa jadi tukang cokelat panas pribadi ku kalau kau mau" ujar Hermione sebelum dia tidur.

"Aku tidak tertarik" Jawab Draco cuek. Hermione memutar bola matanya.

"Ternyata kau benar-benar tak bisa bercanda"

"Pada temanku bisa, padamu tidak" jawab Draco dengan tatapan masih ke bukunya, dan kemudian menoleh kearah Hermione yang tidak juga masuk kekamarnya dan segera tidur.

"Sudahlah cepat sana tidur!"

Hermione memutar bola matanya.

"Iya, iya"

Gadis itu kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya. Tangannya melepas ikatan rambutnya, lalu menghempaskan badannya dikasur dan menarik selimutnya.

Hermione menutup matanya, berharap besok dia lebih baik. Tapi tak semudah itu dia terlelap, selama beberapa saat dia masih memikirkan ada apa sebenarnya dengan si Pirang Uban itu. Aneh. Strange. Seperti bukan Malfoy.

Di Ruang Rekreasi, dengan tubuh yang sudah direbahkan disofa, Draco terdiam sambil menatap dinding.

Laki-laki bersurai pirang platina itu bingung.

Ada apa sebenarnya dengan dirinya? Melihat partnernya itu menggigil kedinginan, terlintas dikepalanya untuk membuatkannya cokelat panas. Kebetulan dia bisa membuatnya, atau lebih tepatnya hanya itu yang bisa dibuatnya. Mungkin karena ia sendiri memilika banyak peri rumah di manornya.

Suatu hari di Malfoy Manor, Draco tidak sengaja melihat salah satu peri rumahnya membuat cokelat panas. Draco memperhatikannya, dan ternyata cukup mudah.

Tapi kembali lagi, kenapa harus terlintas dipikirannya untuk membuatkan Si Nona Sok Tahu itu cokelat? Dan terlebih lagi Draco benar-benar membuatkannya.

Dan ketika Hermione menanyakan apa yang dibawanya, Draco tersadar kalau dia baru saja (sedikit) peduli pada Hermione, dan ia tak ingin partnernya itu tersadar dan menafsirkan asal apa yang barusan ia lakukan, contohnya, bisa saja kan dia menyangka kalau Draco perhatian padanya. Tidak mungkin.

Dan akhirnya Draco harus memanggil Hermione dengan sebutan itu lagi. Mudblood. Uggh. Draco seketika canggung karena raut muka Hermione berubah jadi datar ketika Draco mengucapkan kata itu, mudblood.

Draco bangun dari sofa kemudian berjalan menuju kamarnya. Lebih baik ia tidur, daripada harus memikirkan hal bodoh ini.

.

"Cokelat panas?" tanya Harry. Ron menahan tawanya. Malfoy dan cokelat panas? Ron makin menahan tawanya. Hermione mengangguk.

"Tak kusangka orang muram itu bisa berbuat baik" tambah Ron.

"Aku juga tidak tahu ada apa dengan orang itu" ujar Hermione, tidak peduli. Dia lebih peduli tentang ujian ramuan 2 jam lagi. Hermione tetap membaca buku tentang ramuan veritaserum sembari mengunyah sarapannya. Tak lama setelah itu, Draco Malfoy berjalan kearah meja makan Gryffindor memghampiri Hermione.

"Ada apa?"

"Jangan lupa nanti malam ada patroli" jawab Draco. Hermione tertawa.

"Tak usah kau ingatkan"

"Yah, kupikir kau akan melakukan misi rahasia bodoh dengan potter dan weasel ini seperti biasa" Draco membalas sambil menyeringai. Wajah kesal terpampang di wajah Harry dan Ron.

"Diam kau Malfoy" ujar Harry.

"Oh maaf mengganggu" Draco kemudian berpaling dari meja Gryffindor, tepatnya dari the golden trio. Ekspresi Hermione seolah mengatakan i-told-you.

"Kutarik kata-kataku barusan, saat aku bilang dia bisa berbuat baik" ujar Ron.

"Yeah, Malfoy tetap Malfoy" tambah Hermione.

"Kau yang sabar saja, Mione" ujar Harry. Hermione hanya mengangguk angguk.

"Bagaimana kalau kau coba saja akrab dengannya?" usul Harry. Hermione menaikkan sebelah alisnya.

"Untuk apa?"

"Ayolah Hermione. Kamarmu akan terasa seperti Azkaban kalau kau dan Malfoy seperti ini terus"

"Sebenarnya aku lebih memilih azkaban" Hermione memutar bola matanya.

"Hermione!"

Hermione mendengus. Seberapa menyebalkannya kelakuan Malfoy, Harry tetap saja menyuruh Hermione berusaha membuat hubungan yang baik dengan Malfoy. Entah apa yang ada di pikiran Harry sebenarnya. Konyol.

"Baikalah akan kucoba" ujar Hermione. Menghela napasnya. Harry tersenyum.

"Err, sebentar lagi aku ada latihan quidditch jadi, aku duluan ya" ujar Harry yang kemudian berlalu setelah Hermione menganggukan kepalanya. Harry juga diikuti oleh Ron yang sebentar lagi akan menjadi keeper. Menggantikan Oliver Wood, yang sudah lulus dari Hogwarts.

"Kupikir aku akan mencari buku di perpustakaan" kata Hermione pada dirinya sendiri. Dan kemudian langkahnya menuju perpustakaan Hogwarts. Selama berjalan, Hermione melihat kanan-kiri. Tidak terlalu banyak yang berubah dengan Hogwarts, dari dia pertama masuk 6 tahun yang lalu. Apalagi dengan perpustakaannya, selalu terasa nyaman bagi Hermione. Tak terasa Hermione sudah ada didepan pintu perpustakaan, membukanya dan kemudian masuk. Perpustakaan cukup sepi hari ini, pikirnya. Hermione mengambil tempat duduk di kursi yang kosong. Ditangannya sudah ada buku 'Transfiguration Books'. Hermione mulai membuka lembaran bukunya dan mulai membacanya. Demgsn tenang Hermione mencermati isi buku itu. Sampai sesuatu membuyarkannya.

"Wah, ada mudblood disini"

Draco Malfoy. Dan suara menyebalkannya. Ya ampun, kenapa Hermione bisa ceroboh tidak melihat ada Malfoy disini.

"Malfoy, aku tak peduli kau itu darah murni, darah jernih, atau darah apalah itu, tapi bukan berarti kau bisa mengataiku seenaknya" ujar Hermione. Mencoba menahan amarah. Mulut Si Pirang ini tidak bisa ditutup sebentar saja.

"Tapi kan kau memang mudblood" seru Draco dengan gampangnya.

Kali ini Hermione tak dapat menahan diri untuk marah.

"Malfoy!" Hermione setengah berteriak, namun wajahnya memerah marah.

"Bisakah kau tutup mulut busukmu itu? Kau terlalu kotor untuk berbicara denganku!"

Draco menaikkan sebelah alisnya. Dia merasa bingung, walau dalam hatinya ia juga merasa berhasil membuat Hermione marah. Wajah Hermione makin memerah, dan tak lama matanya mulai berkaca kaca.

"Kau tahu Malfoy, saat tahun kedua kau memanggilku mudblood, kepalaku seperti mendidih. Aku marah" ujar Hermione. Dengan sekuat tenaga menahan air matanya untuk keluar.

"Dan sedih. Kau menghina orangtuaku, Malfoy "

Hermione kemudian mengingat orang tuanya, yang secara tidak langsung dihina oleh orang tak berguna didepannya ini. Sesaat kemudian, air mata mengalir dipipi Hermione.

Tak bisa ditahan lagi.

"Dan menghinaku tentunya" Hermione tertawa dengan dipaksakan.

Wajah Draco mulai panik. Kenapa dia malah menangis? Selain panik, terselip sedikit rasa bersalah dipikiran Draco. Karena dia akhirnya membuat musuhnya ini menangis. Dalam hatinya dia bersyukur madam pince atau orang lain mendengar, karena akan membuat keramaian. Ditambah Hermione yang tak hentinya menangis.

"Apa salahnya dengan muggle, Malfoy? Kau bahkan tak pernah benar benar mengerti dunia kami. Kau menganggap kami menjijikan, huh?" Hermione mengusap pipinya yang berurai air mata. Terus saja terisak walaupun ia yakin hanya draco yang dapat mendengarnya. Seperti belati, tangisan Hermione mulai mengiris hati Draco. Dan (dengan keajaiban) Draco merasa bersalah. Baru kali ini dia begitu menyesal dengan apa yang keluar dari mulutnya. Tangisan hermione makin membuat draco membatu.

Draco mulai berpikir. Apa yang harus dia lakukan? Langsung pergi? Minta maaf?

Tunggu dulu, kenapa dia harus bingung? Tinggalkan saja langsung orang ini, memangnya siapa dia?

Draco melirik Hermione lagi. Tak bisa dipungkiri kalau kali ini Draco merasa bersalah.

Lalu bagaimana? Apa harus meminta maaf? Tapi Draco sedikit takut dengan reaksi Hermione nantinya. Mungkin saja kan dia malah menamparnya.

Tapi, apa Draco takut? Hah, yang benar saja. Tidak ada seorangpun Malfoy yang penakut.

Mungkin Draco berpikir terlalu lama, Hermione hampir saja berlalu dari situ. Gadis itu bangkit dari kursinya, dan dengan sigap Draco menarik tangannya. Hermione menoleh, wajahnya datar. Dengan merah dimatanya. Hermione kembali kekursinya, duduk. Tatapannya mengarah ke rak-rak buku perpustakaan ini.

Dan akhirnya Draco memberanikan dirinya. Draco mendekat. Duduk disebelah Hermione. Setelah terdiam cukup lama untuk mencari kata-kata, Draco akhirnya memberanikan dirinya untuk membuka mulutnya. Walaupun ia sendiri tidak tahu Hermione akan merespon apa nantinya.

"Oke, aku minta maaf"

Hermione diam, masih mengusap airmatanya. Keheningan melingkupi mereka. Matilah aku, rutuk Draco dalam hati.

Setelah itu Hermione menghela napasnya, kemudian mengusap air matanya. Warna merah masih terlihat dari matanya. Hermione menoleh kearah Draco yang sedari tadi merutuki dirinya sendiri dalam hati.

"Aku bahkan tak percaya kau bisa minta maaf" ujar Hermione. Dengan sedikit tawa yang dipaksakan.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku tak tahu ternyata kau sangat kesal. Yah aku tahu kau kesal tapi aku tidak tahu ternyata itu bisa membuatmu, yah, menangis" ujar Draco. Dia nampak kebingungan. Dalam hati Hermione tak percaya. Ini Malfoy?!

"Jadi kau masih akan memanggilku mudblood?"

Draco tersenyum kecil. Yang bahkan tidak ia sadari.

"Tidak lagi"

Hermione yang sedari tadi berbicara menghadap rak buku, kini menoleh kearah Draco dengan tatapan datar.

"Aku janji" tambah Draco.

Hermione tersenyum kecil. Begitu tapi Draco bisa melihatnya.

"Oke aku maafkan" hermione seperti berbisik. Draco tersenyum lega. Panik sekali dia saat Hermione menangis. Tapi, kenapa?

Mereka masih tetap saja diam. Draco memutar kepalanya, memikirkan sesuatu yang bisa mencairkan suasana disini.

Dan ia mendapatkannya. Hermione Granger suka sesuatu buatannya.

"Baiklah, kau mau cokelat Granger?" tawar Draco. Hermione yang sedari tadi terdiam, langsung tertawa sambil tetap menghadap kedepannya. Cokelat panas? Tapi Hermione berpikir, Granger? Senyum nya melebar.

Hermione menoleh kearah Draco, tersenyum menunjukkan giginya.

"Memangnya aku suka cokelatmu?" tanya Hermione sambil terkekeh. Draco menunjukan muka kecewanya. Hermione tertawa. "Aku suka cokelat mu kok Malfoy" seru Hermione sambil tersenyum menatap Draco. Dan seketika Draco sedikit memerah, tapi Hermione tak memperhatikannya.

"Ayo kita ke Asrama" Draco bangkit dari kursinya.

Hermione mengangguk. Kemudian mereka berjalan kearah Asrama Ketua Murid.

.

Hermione memilih untuk duduk di sofa merah ruang rekreasi ketua murid. Tangannya menggenggam gelas yang isinya sudah jelas, cokelat panas. Tangan hermione yang satunya memegang sebuah buku. Transfiguration Book belum selesai Hermione baca.

"Kau jadi tukang cokelat saja, Malfoy" ujar Hermione tiba-tiba tanpa menatap pada Draco.

"mulai bercanda kau" Draco tertawa kecil.

Hermione tersenyum. Tapi memang cokelatnya enak.

"Granger, " panggil Draco. Wajahnya seperti ingat sesuatu.

"Apa?" Hermione menoleh.

"Sekarang jam berapa?" tanya Draco. Hermione menoleh kekarah jam tangannya.

"Ehmm, Sekarang jam 8, memangnya ada apa?"

Draco memasang muka panik.

"Memangnya kenapa?! Kita ada patroli , keriting!" seru Draco kemudian langsung memakai sepatu dan jubahnya. Hermione tak kalah paniknya mendengar Draco, dia baru ingat. Dengan buru-buru Hermione menaruh gelas, kemudian memakai jubah dan sepatu.

"Cepat Granger!"

"Sabar!" seru Hermione disela sela ia memakai sepatunya. Setelah ia bangkit, Draco langsung menyeretnya menuju koridor.

Mereka berdua kemudian berlari sambil membuka buku laporan patroli mereka. Setelah mengatur napas yang ngos-ngos an karena berlari, mereka memulai patroli mereka.

Koridor sepi. Filch juga tidak terlihat. Sepertinya malam ini tidak ada murid yang berniat melanggar peraturan. Hermione pun mulai menguap sedari tadi karena bosan. Baru pertama kali bertugas patroli, dia sudah dapat menyimpulkan kalau kegiatan ini membosankan. Lebih bagus jika dia membaca habis buku pelajarannya yang tebal. Dan sekali lagi Hermione menguap lebar.

"Tutup mulutmu" kata Draco kemudian melirik orang disebelahnya itu.

Hermione diam saja. Matanya sudah berkedip-kedip cepat menahan kantuk. Saat Hermione berhasil membuka matanya, dia melihat dua orang murid berjalan di koridor. Dasinya biru. Hermione menyenggol draco, membuat orang itu menoleh kearah yang ditunjuk Hermione.

"Malfoy, ada anak Ravenclaw"

Draco menyeringai. Kemudian berjalan kearah dua orang itu.

"20 poin dari Ravenclaw karena berkeliaran di malam hari" ujar Draco. Dua orang itu terlihat kaget. Mereka saling berpandangan.

"20 poin?!" tanya seorang Ravenclaw tak percaya.

"Masing-masing" jawab Hermione. Dengan sekuat tenaga menahan tawanya.

"Jadi, lebih baik kalian kembali ke asrama" perintah Hermione. Dua orang itu cepat cepat menuju Asrama mereka. Setelah itu, Draco dan Hermione terbahak.

"Seru juga bisa menghukum seperti itu!" ujar Hermione sambil terus tertawa.

"Kau lihat tadi, muka mereka sangat ketakutan" tambah Draco. Tawa Hermione makin keras. Draco memperhatikan tawa Hermione. Dan sesaat wajah draco sedikit merah, sampai Hermione tidak bisa menyadarinya.

"Ah sudahlah. Aku mulai mengantuk. Kita ke asrama saja" usul Draco.

"Kau betul"

Mereka berdua kembali ke kamar ketua murid.

.

Aula Besar sudah dipenuhi oleh anak-anak Gryffindor, Ravenclaw, Slytherin, dan Hufflepuff. Hermione duduk di samping Harry sedangkan Ron didepannya. Menyantap sarapan dengan suasana ramai seperti biasanya. Hermione sedang sibuk berpikir bagaimana membuat Draco bisa meletakkan dasi dan jubahnya dengan rapi karena biasanya teman seasramanya itu meletakkannya dengan sembarangan di sofa ruang rekreasi asrama mereka. Hingga akhirnya sahabat Hermione yang berambut merah itu membuyarkan pikirannya.

"Siapa pasangan mu untuk Yule Ball, Harry?" tanya Ron kepada Harry yang sedang sibuk mengunyah bacon and egg nya.

Hermione tercekat.

"Yule Ball?!" tanya Hermione. Ron mengangguk.

"Ya, minggu depan. Kau tak tahu?" tanya Ron. Hermione menggeleng. Bagaimana dia bisa ketinggalan berita? Dia bahkan ketua murid! Bloody Hell!

"Oh ya Harry, kau belum menjawab"

Harry mengambil air dan meminumnya.

"Ginny. Aku mengajak Ginny" jawab Harry. "Kau sendiri?"

"Sepertinya aku mengajak Lavender" jawab Ron. Wajah Hermione tiba-tiba berubah panik. Semua orang pasti sudah menyiapkan pasangannya untuk Yule Ball, sementara dia? Seperti orang bingung.

"Aku belum punya pasangan. Bagaimana ini?" tanya Hermione sambil mengetuk ngetukan jarinya dimeja makan tanda bingung.

"Hermione, kukira kau tak akan peduli" ujar Harry kemudian menyuapkan bacon kemulutnya.

"Aku memang tidak peduli, Harry. Tapi ini kan wajib!" jawab Hermione dengan wajah masih panik. Hermione berpikir akan mengajak siapa. Tak ada satupun nama muncul dipikirannya. Hermione sampai lupa untuk menyentuh makanannya.

Hermione kemudian menghela napasnya. Menangkup kepalanya di tangan.

"Andai saja ada orang yang berinisiatif mengajakku seperti Viktor Krum dulu" Ujar Hermione, kemudian mendengus, tidak mungkin hal itu terjadi lagi. Mungkin waktu itu dia hanya (sangat) beruntung. Dan tiba-tiba wajah Ron seperti teringat sesuatu, kemudian dia melirik kearah Hermione.

"Oh iya, apa kau tidak pernah berhubungan dengan viktor lagi?" tanya Ron pada Hermione. Gadis itu mulai mengingat ingat sesuatu.

"Yah, dia semakin sibuk dengan latihan Quidditch nya dan tak pernah mengirimiku surat lagi. Dia juga sangat jauh kan? Bulgaria" jelas Hermione

Hermione kemudian mengingat Yule Ball tahun keempat. Dimana ia pergi dengan Viktor Krum. Hermione terus melamun, dan melamun, tanpa menyentuh makanannya.

"Makan Hermione, melamun saja kau" tegur Harry.

Hermione tersadar, kemudian mulai makan.

"Mukamu aneh" Harry memperhatikan wajah Hermione. Ron terkikik.

"Pasti dia sedang panik memikirkan pasangan untuk Yule Ball"

"Diam kau Ron" Hermione bangkit dan meninggalkan aula besar. Ron dan Harry kaget. "Hermione kau mau kemana?" Harry setengah berteriak. Hermione diam saja. Ron melirik piring Hermione. Makanannya masih utuh. Harry melirik Ron.

"Ron, kau ini"

"Aku dalam masalah" kini Ron yang menjadi panik.

.

Hermione melamun dengan tangan didagunya. Dia sudah menghabiskan tiga puluh menit hanya untuk terdiam sambil duduk malas di sofa merah. Sementara didepannya ada Malfoy sedang duduk sambil membaca Daily Prophet yang tadi pagi belum sempat ia baca. Dan sesekali ia melirik kearah Hermione.

"Muram sekali wajahmu itu"

Hermione mendongak, kemudian memutar bola matanya malas.

"Jangan mulai malfoy"

Draco mengangkat bahunya. Hermione masih memikirkan tentang Yule Ball. Kenapa harus ada yang namanya Yule Ball sih?! Batin Hermione. Hermione sebenarnya berharap akan diajak Ron, namun dia baru ingat kalau ada Lavender.

"Serius Granger, kau ini kenapa? Jelek sekali wajahmu itu" ujar Malfoy sambil terkikik dalam hati namun wajahnya cuek.

"Kau juga jelek asal kau tahu" Hermione langsung menjawab.

Draco mendengus. Hermione Granger selalu memiliki seribu macam kata untuk mengatai balik seseorang. Dan juga untuk berdebat dengan seorang Draco Malfoy.

"Sudah jawab saja" ujar Draco sambil membalik lembar Daily Prophetnya.

Hermione menghela napasnya.

"Aku bingung pergi ke Yule Ball dengan siapa" jawab Hermione dengan wajah masamnya. Oke dia benar-benar bingung sekarang.

"Yule Ball?" Draco mengalihkan pandangannya dari artikel Daily Prophet menuju Hermione yang duduk di sofa merah depannya.

Hermione menoleh mendengar reaksi Draco yang terdengar seperti kaget, kemudian menyipitkan matanya melihat orang dihadapannya.

"Jangan bilang kau tak tahu Malfoy"

Draco menggidikan bahunya. Matanya kembali kearah bacaannya sedari tadi, sepertinya tidak terlalu peduli dengan hal yang membuat Hermione bingung sedari tadi.

"Aku memang tidak tahu"

Tentu saja.

"Kapan?" Draco kemudian bertanya.

"Minggu depan kata Ron"

Draco mengangguk. Kemudian wajahnya seperti teringat sesuatu.

"Kau tidak pergi dengan weasel?"

Hermione memutar bola matanya. Padahal sudah sering diingatkan, tetap saja musang ini selalu memanggil sahabatnya dengan nama aneh.

"Malfoy, namanya Weasley" Hermione mengoreksi.

"Iya iya. Bagaimana?"

Hermione menghela napasnya. Lagi.

"Dia pergi dengan Lavender"

Lavender. Yeah, Lavender Brown. Satu alasan lagi untuk Hermione jarang bertemu Ron. Selain karena tugasnya sebagai ketua murid yang membuatnya sibuk.

Draco mengangguk lagi. Hermione kembali memikirkan akan pergi dengan siapa. Walau tak pernah ada hasilnya. Apa dia harus mengajak anak dari asrama lain? Ravenclaw misalnya? Ah, tidak mungkin anak perempuan yang mengajak anak laki-laki.

Dan tiba-tiba (entah dari mana) Draco dapat ide cemerlang. Dia melipat Daily Prophet dan menaruhnya di meja.

"Granger"

Hermione menoleh.

"Apa?"

Draco menarik napasnya. Sebenarnya dia ragu apa jawaban Hermione nanti setelah dia mengatakannya. Tapi kenapa juga seorang Malfoy harus ragu?

"Aku juga belum ada pasangan"

Hermione mengangkat sebelah alisnya yang berarti dia bingung. Apa maksudnya si pirang ini.

"Lalu?"

Draco tidak menjawab. Dia hanya menatap mata cokelat Hermione sambil tersenyum. Ah tidak, menyeringai.

Kemudian bola mata Hermione membulat. Baru saja menganalisis maksud ucapan Si Pirang barusan.

"Maksudmu kita pergi bersama? Aku tak mau!" ujar Hermione tiba-tiba. Draco mendengus lagi. Perempuan ini benar benar keras kepala, batinnya. Draco menyenderkan tubuhnya di sofa.

"Sudahlah, aku tak mau repot repot untuk mengurusi Yule Ball tak berguna ini" jelas Draco santai, tapi dengan sedikit nada memohon. Hermione terdiam. Benar juga orang ini. Dirinya juga masih banyak tugas. Buat apa mementingkan Yule Ball?

Tapi dia dan Draco Malfoy? Uggh, bukan kombinasi yang menarik sepertinya.

Hermione mulai memikirkan kata-kata untuk menolak ajakan (secara tidak langsung) dari Malfoy.

"Kenapa harus aku? Parkinson?" tanya Hermione.

"Pansy pergi dengan Blaise"

Hermione berpikir lagi. Kalau ia pergi dengan Malfoy, seluruh Hogwarts pasti akan sangat bingung plus kaget. Singa dan Ular? Sekali lagi, bukan kombinasi yang menarik.

Tapi, Persetan dengan reaksi orang-orang! Hermione tidak akan lagi menghabiskan waktunya hanya untuk mencari pasangan untuk Yule Ball tidak berguna. Lebih baik ia membaca sepuasnya di Perpustakaan.

Setelah beberapa saat berpikir, dan meyakinkan diri bahwa pergi dengan Malfoy tidak memalukan, Hermione memutuskan untuk setuju.

"Baiklah, terserah kau saja"

Draco menyeringai kemudian menjentikkan jarinya.

"Nah, bagus. Sudahlah aku mau tidur" Draco hendak berjalan menuju kamarnya. Hermione bangkit dari sofa merah kemudian berjalan menuju kamarnya sendiri. Dia berharap cepat terlelap karena besok ada ujian Ramuan dan dia harus ke perpustakaan dulu pagi-pagi. Untuk persiapan ujian.

.

Pukul 8 pagi. Hermione berjalan dari kamar Ketua Murid menuju Perpustakaan. Dia hendak mencari referensi untuk pelajaran Ramuan. Mungkin hari ini dia akan meminjam 2 atau 3 buku mengingat pelajaran ini memang cukup sulit untuknya. Tapi masalahnya Hermione sudah membaca hampir semua buku tentang ramuan yang ada di Perpustakaan. Jadi dia harus berusaha untuk mencari buku ramuan yang belum pernah ia baca sebelumnya. Dan saat sampai, Hermione bertemu dengan Harry dan Ron. Mereka sedang duduk kemudian Harry menoleh.

"Hermione" Harry menyadari kehadiran Hermione, kemudian tersenyum kearahnya.

"Oh hai Harry" Hermione membalas.

Harry tersenyum lega. Artinya Hermione tidak marah padanya. Sementara wajah Ron kebalikannya.

"H-hai Hermione"

Hermione memalingkan muka.

"Kau marah Hermione?" tanya Ron dengan sedikit khawatir. Dalam hati Hermione tertawa terbahak bahak.

"Sudahlah, kau banyak bicara. Lebih baik kau carikan saja aku buku tentang Ramuan. Sekarang" ujar Hermione dengan nada memerintah. Secepat kilat Ron langsung mencarikannya. Harry mendekat ke Hermione.

"Kejam sekali kau"

"Biar"

Harry dan Hermione kemudian terkikik memandangi Ron yang tengah kalang kabut. Kasihan juga Weasley satu ini, pikir Hermione.

"Granger, "

Seseorang mengagetkan Harry dan Hermione. Seseorang yang berambut pirang, berdasi hijau Slytherin.

Draco malfoy berdiri didepan mereka. Menaikkan sebelah alisnya dan menatap kearah Hermione. "Apa kau lupa ada rapat dengan prefeks?" tanya draco dengan nada sarkastik. Hermione tertawa dengan dibuat-buat. "Mana mungkin aku lupa?" katanya sambil memutar bola mata cokelatnya itu.

"Kalau begitu cepat ikut aku!" perintah Draco. Hermione hanya mendengus. Sebenarnya ia tidak suka diperintah perintah. Apalagi dia memang ingin ke rapat itu sebentar lagi. Tapi keburu orang ini datang saja. Hermione kemudian melirik kearah Harry dan Ron.

"okay Harry, sampai jumpa dikelas ramuan! Aku ada rapat sebentar" Hermione melambaikan tangannya kemudian berjalan mengikuti malfoy. Harry memandangi mereka sambil tersenyum. Sesekali Hermione tertawa kearah Draco.

"Menurutmu mereka jadi akrab?" tanya Harry.

"Entahlah"

To be continued


Well, this is my first fiction of Harry Potter

Hope you like it guys

Leave your review and i will post next chapter

Thank you

-theredwood-