This Coldest Heart

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Warning: Semi-Canon, OC, OOC, Typo(s), Dll.

ZRAASSSH!

Air dari langit mulai turun–menuntun bocah laki-laki berambut pirang jabrik yang tengah berlatih melempar kunai dan shuriken untuk menghentikan aktifitasnya–berteduh. Dengan wajah masamnya, ia menengadahkan kepalanya menatap langit kelabu yang semakin menggelap.

"Tch!" Dengan tampang kesal, bocah tersebut menepuk-nepuk jaket orange-nya seraya nekat berlari menerobos hujan untuk pulang menuju tempat tinggalnya.

Bocah itu dikenal bernama Uzumaki Naruto, seorang yatim piatu yang telah begitu banyak merasakan bagaimana pahitnya kehidupan. Langkah ringkih membawa dirinya ke sebuah apartemen tempatnya bernaung dan menanggalkan topeng yang begitu rapi ia ukir. Topeng senyuman tak ternilai dalam sekotak cacian.

Brukk!

Naruto melemparkan diri di kasur single bed kumalnya. Terkulai lelah, ia memejamkan matanya meresapi perasaan resah yang mendera jiwanya memikirkan seorang teman, memikirkan kegagalannya akan janji yang dibuatnya pada Haruno Sakura si gadis pujaan hatinya untuk membawa kembali Uchiha Sasuke dari pelarian. Ucapan tak terbukti membuatnya frustasi dan jijik teringat. "Aku ingin mati saja. Tanpa pikiran ... tanpa raga ... dan tanpa nurani..."

Flashback: On

Greek!

Pintu geser ruangan serba putih nan sempit tersebut terbuka lebar. Seorang gadis berambut merah muda sepunggung masuk keruangan didampingi wanita paruh baya berambut pirang pucat dengan tulisan judi dipunggung kimono hijaunya.

"Naruto..." Gadis tersebut meremas ujung baju merahnya sambil menghampiri pemuda kecil yang dibalut perban–dari tangan hingga menutupi seluruh bagian wajahnya kecuali mata dan mulutnya.

Sejenak Naruto terkejut melihat mereka berdua, kemudian tatapannya berubah menjadi sayu mengingat ketidakberdayaannya. Dia mengalihkan pandangannya–kembali pada pemuda berambut nanas yang tengah berdiri disisi ranjangnya. 'Sakura-chan...'

Beberapa saat, ruangan rawat inap tersebut terasa dingin membisu.

"Kudengar kau terluka parah." Wanita paruh baya berambut pirang tersebut mendekati ranjang Naruto. "Aku sangat khawatir, dan aku sangat bersyukur melihat kau baik-baik saja."

Naruto tidak menanggapi ucapan wanita paruh baya tersebut, dia menundukan kepalanya. "Maaf Sakura..."

"Kenapa Naruto minta maaf?" Sakura tersenyum kaku–dipaksakan.

"..."

"Kamu pasti memaksakan diri kan?! Dasar!" Sakura memasang raut marah kemudian tertawa hambar. "Lihat! Kau jadi kayak mumi begini!"

Naruto menundukkan kepalanya. "Maaf, aku juga–"

"Lihat hari ini cuacanya cerah. Tirainya kubuka ya?!" Sakura membuka tirai yang menutupi ruangan tersebut.

Pemuda berambut nanas memasukan lengannya kedalam saku celana hitamnya sambil mendesah pelan. Dia mulai tidak tahan dengan suasana yang tidak enak ini.

"Sakura aku pasti akan menepati janjiku!" Naruto menatap Sakura berkilat-kilat penuh keyakinan. "Ini janji seumur hidup! Bukankah aku sudah bilang begitu!"

Tubuh Sakura terasa membeku. "Tidak apa-apa Naruto, sudahlah..."

Pemuda berambut nanas menukikan alisnya kesal. "Sakura dia–"

"Bukankah aku selalu bilang..." Naruto tersenyum lebar. "Aku takkan menarik kata-kataku karena itu jalan ninjaku."

Pemuda berambut nanas melengkungkan bibirnya. Tersenyum.

"Khihi." Naruto terkikik.

"Naruto..." Sakura berjalan menuju ke pintu. "Maaf, aku akan membuatmu menunggu sebentar...," Sakura membuka pintu seraya membalikan tubuhnya–menatap Naruto dihiasi senyuman tulus. "...lain kali aku akan pergi bersamamu!"

Wanita paruh baya berambut pirang pun ikut tersenyum.

Flashback: Off

-rischa7x-

Naruto berdiri pinggir di lapangan latihan ketiga tempat Team-7 biasa latihan. Dia memakai celana dan jaket orange serta hitai-ate lambang shinobi konoha di keningnya.

"Ohayou Naruto!"

Naruto menoleh pada sumber suara yang menyapanya. Dia melihat Sakura tengah berjalan santai kearahnya, dia memakai baju merah dan celana ketat hitam diatas lutut. Hitai-ate dipasang dikepalanya seperti bandana.

Naruto tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. "Ohayou Sakura-chan!"

"Pasti Kakashi-sensei bakal telat! Ya ampun! Kapan dia bisa tepat waktu?!" Sakura mengerucutkan bibirnya dan mulai menggerutu.

Setelah menunggu lebih dari 1 jam, seorang pria paruh baya berambut putih spike datang menghampiri mereka. Dia tertawa nista dibalik masker hitam yang menutupi wajahnya. "Yo! Maaf terlambat! Dijalan aku melihat kucing hitam, karena aku nggak mau kena sial, aku mengambil jalan memutar lalu tersesat dijalan yang namanya kehidupan."

"Bohong banget!" Sakura mendengus kesal.

Naruto menghela napas panjang. "Alasan macam apa itu?"

"Sudahlah, ayo ke gedung hokage!"

-rischa7x-

Tok Tok Tok

"Masuk!"

Mendengar sahutan dari balik pintu, Kakashi beserta dua muridnya berjalan memasuki ruangan kecil nan rapi tapi di tempat-tempat tertentu terdapat beberapa tumpukan dokumen yang berserakan.

Kakashi membungkuk hormat pada wanita paruh baya berambut pirang yang diikat belah dua serta tulisan judi di belakang kimono hijaunya, ia tengah duduk didepan meja yang penuh dengan tumpukan dokumen. "Hokage-sama tim kami siap ditugaskan."

"Team-7 kalian ditugaskan untuk menjalankan misi Rank-C." Sang hokage wanita tersebut membalik dokumen yang dipegangnya.

"Apa misinya Tsunade baa-chan?" Naruto sangat antusias menunggu ucapan Tsunade selanjutnya.

"Misi kalian adalah mengantar dan melindungi seorang pengusaha tambang perak bernama Terada ke negara asalnya yaitu di Tsuki no kuni yang berada di Pulau Bulan Sabit. Saat ini Terada-san sedang di pemandian air panas. Sekitar 30 menit lagi dia akan datang." Tsunade bangkit dari kursinya seraya menatap langit diluar jendela. "Kalian boleh kembali kerumah masing-masing untuk mempersiapkan barang bawaan supaya bisa langsung berangkat."

"Baik!" sahut Kakashi, Sakura dan Naruto bersamaan seraya membungkuk hormat kemudian keluar dari ruangan tersebut.

"Naruto!"

Naruto menoleh. "Iya Baa-chan?"

"Kau akan dilatih oleh Jiraya, pastikan kau pulang dengan selamat!" Tsunade menatap Naruto tajam.

Naruto nyengir kuda seraya berjalan keluar dari ruangan tersebut. "Tidak usah khawatir Baa-chan, ini misi yang mudah."

'Perasaanku tidak enak.' Tsunade mendesah. Gelisah.

-rischa7x-

Didepan gerbang desa, terlihat seorang pria berbadan tinggi nan kurus berambut putih tengah tersenyum lebar pada Tsunade yang berdiri disampingnya. Dia memakai kimono hitam dan haori putih. "Hallo, saya Terada. Mohon bantuannya!"

Kakashi tersenyum dibalik maskernya seraya menepuk pundak dua orang yang tengah berdiri disampingnya. "Saya Hatake Kakashi dan ini murid saya Haruno Sakura dan Uzumaki Naruto."

"Mohon kerjasamanya!" seru Sakura dan Naruto sambil berbungkuk hormat bersamaan.

"Yosh! Ayo kita berangkat!" Terada berjalan melewati gerbang desa diikuti Kakashi dan kedua muridnya.

Butuh berhari-hari untuk sampai ke Pulau Bulan Sabit. Walaupun ada beberapa masalah seperti dicegat kawanan bandit yang menghadang, hal ini tidak membuat perjalanan mereka terganggu karena Kakashi, Naruto dan Sakura segera membereskannya. Team-7 hanya mengantar sampai ke pelabuhan di Pulau Bulan Sabit karena disana sudah ada anak buah Terada yang menunggu mereka dan menggantikan mereka menjadi bodyguard. Setelah mengantar sampai pelabuhan, team-7 langsung pamit dan memulai perjalanan kembali ke desa.

Dalam perjalanan pulang, Kakashi merasa ada sesuatu yang aneh pada Naruto, dia menjadi sangat pendiam. Naruto yang biasanya ceria, hiperaktif, kikuk dan tidak tau malu itu hanya diam–hingga mengundang rasa penasaran pada Kakashi dan Sakura. Bahkan saat Kakashi dan Sakura berbincang sesuatu, ia tidak ikut nimbrung didalamnya. Dia merendahkan kelopak mata dan mengabaikan apapun yang ada didepannya.

'Apa yang terjadi padanya?' batin kakashi dan Sakura bersamaan.

Naruto Point Of View: On

Aku mengacuhkan Kakashi-sensei dan Sakura-chan yang menatapku penuh tanya. Aku hanya diam sambil memicingkan mataku dan terus menatap kedepan. Kuelus perutku, aku merasa ada yang tidak beres dengan tubuhku. Sejak berangkat misi sampai sekarang, perasaan tidak enak ini semakin menjadi.

"Naruto! Kau kenapa? Wajahmu sangat pucat!" Sakura mengguncang bahuku sambil menatapku penuh khawatir. "Kakashi-sensei kita istirahat dulu! Sepertinya keadaan Naruto tidak baik!"

Kakashi-sensei tak kalah khawatir. "Iya! Kita istirahat dulu!"

"..."

"..."

Ucapan mereka terdengar sayup-sayup dan semakin menghilang dari telingaku. Pandanganku mengabur. Aku ditarik dan duduk entah dimana, yang bisa kulihat hanya tanah tandus yang kupijak dan sentuhan lembut yang mengelus keningku. Semakin kucoba menajamkan indra, duniaku terasa runtuh dan menggelap.

Naruto Point Of View: Off

Clak! Clak!

Ruangan gelap penuh pipa-pipa basah, seekor rubah raksasa dengan ekor sembilan telah menyelesaikan handseal-nya secara perlahan. "Khuhuhu akhirnya selesai! Sudah saatnya tahap akhir." Dia menyeringai jahat sambil melakukan handseal rumit. "Jutsu ini harus mengorbankan banyak chakra. Saat keluar dari sini, mungkin aku hanya memiliki sepertiga chakra dan anak ini akan mati." Rubah tersebut menggeleng pelan. "Ah yang penting aku bebas! Aku tak peduli dengan bocah bodoh ini! Bukankah dia sendiri ingin mati?" Rubah tersebut tersenyum penuh arti. "Terimakasih selalu memberikanku tontonan yang menarik Naruto."

-rischa7x-

Brukk.

Naruto ambruk kehilangan kesadarannya.

"NARUTO! HEY NARUTO! KAU KENAPA?!" Sakura menjerit kaget dan khawatir.

"Naruto! Hey Bangun! Kau kenapa?" Kakashi memeriksa tubuh Naruto. "Aneh! Semuanya baik-baik saja. Tubuh Naruto tidak terluka dan suhu badannya pun normal."

"U-Ugh!" Naruto mulai kejang-kejang dan mengeluarkan banyak keringat.

Kakashi dan Sakura ingin menolong Naruto, tapi mereka tidak tau apa yang harus dilakukan. "Naruto! Hey sadarlah!"

"Naruto! Naruto! Naruto kumohon! Berhenti bercanda! Ini tidak lucu!" Sakura menangis, semua ucapannya tidak mendapat respon dari Naruto.

Seeer.

Tak hanya keringat, darah pun mulai keluar dari pori-pori kulit Naruto, membuat seluruh tubuhnya menjadi warna merah. Naruto berhenti kejang-kejang. Lubang hitam muncul di perutnya dan mengeluarkan chakra berwarna orange. Chakra tersebut berkumpul di atas tubuh Naruto yang tergeletak tak berdaya hingga chakra itu berubah menjadi sosok rubah raksasa berekor sembilan.

GROAARRRR!

Rubah tersebut menghentakan tubuhnya ke tanah dan mengeluarkan chakra cukup banyak sehingga benda-benda yang berada di tanah tandus itu terlempar sangat jauh tak terkecuali Naruto.

Kakashi dan Sakura mencoba bertahan dari angin lokal yang di timbulkan monster tersebut. "Sakura kita mundur sekarang! Bawa Naruto lari sementara aku mengalihkan perhatiannya!"

"Baik sensei!" Sakura menoleh ke tempat Naruto terbaring. "Eh? Kemana Naruto? Mungkin dia terlempar, aku harus segera menemukannya! Dia pasti sedang menderita!" Sakura berlari mencari Naruto–panik.

Sudah hampir satu jam Sakura mencari Naruto, tetapi hasilnya nihil. Ia memutuskan untuk kembali ke tempat Kakashi.

"Kakashi-sensei, Naruto tidak ada! Aku sudah mencarinya kemana-mana...," Sakura terengah-engah menghampiri Kakashi sudah dalam kondisi hampir mati. "...sensei kita mundur dan sembunyi dulu! Lihat keadaanmu sensei!"

"Baiklah." Kakashi menanggapi dengan suara pelan nan lemah. "Kita lari dulu dari Kyuubi!"

GROOARRR!

Kyuubi mengangkat tangannya yang penuh dengan cakar tajam untuk menyerang–

Set!

–Kakashi dan Sakura berhasil kabur dengan shunshin. "Sial! Aku kehilangan mereka!" Kyuubi mengumpat menyesali dirinya membiarkan dua ninja yang melihatnya lolos. "Inilah akibatnya kalau kekuatanku hanya sepertiga. Dua manusia lemah saja aku tak bisa menghabisinya...," Kyubi mendengus kesal. "...sepertinya chakra maksimalku sekarang hanya segini. Kalau begini, manusia akan dengan mudah menangkapku."

Kyuubi melakukan handseal kemudian berubah menjadi rubah kecil berekor satu pada umumnya. "Sebaiknya aku mengecil menghilangkan tekanan chakraku. Aku ingin hidup biasa seperti rubah yang lain pada umumnya. Rupanya usaha bertahun-tahunku tidak sia-sia! AKHIRNYA AKU BEBAAAAS! HAHAHAHAHA." Kyuubi berteriak sambil tertawa riang seraya berlari ke hutan mencari petualangan atas kebebasannya sendiri.

-rischa7x-

Kakashi dan Sakura bersembunyi di hutan rimba yang gelap. Sakura tengah mengobati Kakashi yang terbaring lemah di semak-semak pohon. "Sensei, bagaimana kalau Naruto tidak ada? Aku ... aku ... hiks..."

"Stt!" Kakashi menepuk pucuk kepala Sakura-mencoba menenangkan. "Setelah keadaan kita sedikit baikan, kita cari Naruto ... Semoga dia masih hidup."

"Kenapa sensei berkata seperti itu? Seolah Naruto akan mati?!" Sakura menyempatkan bicara ditengah isak tangisnya.

"Karena..." Kakashi ragu untuk menanggapi pertanyaan Sakura.

"..."

"Karena apa sensei?"

Kakashi menggaruk pelipisnya. "Jinchuriki yang kehilangan Bijuu-nya pasti mati."

"Naruto.." lirih Sakura seperti berbisik.

"Besok kita kesana lagi untuk mencari Naruto. Kuharap Kyuubi sudah pergi dari sana dan tidak ke tempat yang banyak penduduk, apalagi berniat menghancurkan sebuah kota atau desa." Kakashi berbalik dan tidur karena hari sudah larut malam.

Esoknya, sangat pagi sekali. Kakashi dan Sakura melakukan pencarian lagi. Semua daerah sekitar sampai jarak radius 25 kilometer dari tempat pertempuran sudah disisir. Hanya nihil yang didapat, bahkan sedikit saja sisa-sisa Naruto tidak ada. Mereka terus mencari Naruto hingga lupa waktu.

"Sakura! Ini sudah sore, dan kita tidak menemukan Naruto..." Kakashi menarik napas panjang. "Sebaiknya kita kembali ke desa dan melaporkannya pada Hokage-sama."

Sakura mengangguk pelan. "Baik! Kau juga harus istirahat, lihat keadaanmu, aku juga setuju untuk pulang ke desa agar mendapat bantuan mencari Naruto."

"Ya."

-rischa7x-

"Kyuubi bebas dan Naruto hilang?" Tsunade tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Dia menopang dagu di meja kerjanya sambil menatap Kakashi dan Sakura tajam.

Kakashi mengangguk pelan.

Tsunade memijit pelipisnya. "Kakashi, sebaiknya kau ke rumah sakit dan rawat luka-luka mu! Sakura antar dia! Dan kau Suzune, panggil Team-8 dan Team-10 untuk misi mencari Naruto!"

"Baik Hokage-sama." Suzune dan Sakura keluar ruangan. Setelah mencapai pintu, Sakura menoleh. "Hokage-sama, bolehkah saya ikut mencari Naruto?"

Tsunade mengangguk. "Tentu saja. Satu jam dari sekarang berkumpul di gerbang desa."

"Baik!"

Beberapa menit setelah Sakura keluar dari ruangan Tsunade, datanglah ninja Team-8 dan Team-10. Team-8 terdiri dari Kurenai Yuuhi sebagai jounin pembimbing, Hinata Hyuuga sang kunoichi dari klan Hyuuga yang pemalu sekaligus orang yang sangat mencintai Naruto, Inuzuka Kiba si pecinta anjing dan pemilik anjing bernama Akamaru, dan Aburame Shino yang paling bersahabat dengan serangga. Team-10 terdiri dari Sarutobi Asuma sebagai jounin pembimbing, Yamanaka Ino si modis sang rival Sakura, Nara Shikamaru si pemalas berambut nanas dan Akimichi Couji berbadan gendut tukang ngemil.

"Akan aku ceritakan dengan singkat. Terdapat monster yang disegel didalam tubuh Naruto, monster itu adalah Kyuubi alias siluman rubah berekor sembilan." Tsunade menatap para ninja didepannya tajam. "Dalam perjalanan pulang dari misi kemarin, Naruto mendapat musibah, Kyuubi dalam tubuhnya keluar secara paksa. Ada kemungkinan segelnya dirusak sedikit demi sedikit oleh Kyuubi tanpa Naruto sadari. Saat Kyuubi keluar dari tubuhnya, kemungkinan terbesar adalah Naruto terlempar ... Sakura dan Kakashi sudah mencarinya tapi tidak ditemukan juga."

"Naruto-kun..." Hinata benar-benar terpukul mendengar berita ini.

"Aku tugaskan Team-8 dan Team-10 beserta Sakura dari Team-7 untuk menemukan Naruto dalam keadaan hidup atau mati! Satu jam lagi kalian berangkat! Kita kumpul digerbang desa!" perintah Tsunade tegas.

"Baik Hokage-sama!" jawab mereka serentak.

-rischa7x-

Misi Team-8 dan Team-10 tidak berjalan sukses, mereka tidak menemukan Naruto ataupun Kyuubi dimanapun. Mereka sudah menyisir hampir seluruh daerah bahkan sampai ke laut.

"Sebaiknya kita kembali ke desa." Asuma menghisap batang rokoknya. "Sudah 3 hari kita berkeliaran tapi tidak mendapat hasil."

"Aku akan tetap mencarinya..," Suara hinata terdengar bergetar. "...aku yakin Naruto-kun masih hidup."

"Aku setuju dengan Hinata!" Sakura menatap Asuma protes.

Kurenai menghela napas panjang. "Kalian harus istirahat, terutama kamu Hinata! Kau menggunakan byakugan terus menerus.. jangan memaksakan diri!"

"Ta-tapi Naruto-kun ... hiks..." Hinata mulai menangis lagi.

"Sudahlah Hinata, aku yakin Naruto yang sangat kau sukai itu masih hidup." Kiba tersenyum menyemangati. "Sekarang kita pulang dan berdoa semoga Naruto baik-baik saja."

"Aku setuju dengan Kiba." sahut Ino di sambut anggukan Sakura, Choji, Shikamaru dan Shino.

"Baiklah! Sebaiknya kita kembali ke desa dan melaporkannya kepada Hokage-sama." Asuma mematikan rokoknya seraya berjalan pelan. "Ayo!"

"Baik!" sahut mereka serempak, kecuali Hinata mengangguk lemah.

-rischa7x-

Rapat Hokage, para tetua dan para pemimpin klan tak terelakan. Mereka sedang membahas tentang Kyuubi yang sedang bebas berkeliaran dan Jinchuriki-nya yang tidak ditemukan.

"Aku sudah mengirim genin serta pembimbingnya sebagai tim pencari tapi tidak menemukan adanya Naruto ataupun Kyuubi. Sudah beberapa hari ini mereka menyisir semua wilayah, saat ini mereka sudah kembali dan melaporkan bahwa misi tidak berhasil. Sekarang pencarian dilanjutkan oleh anbu." Tsunade memejamkan matanya sambil menghela napas panjang kemudian menghembuskannya kasar.

Seorang nenek tetua yang mengikuti rapat tersebut mendengus pelan. "Kita harus menangkap Kyuubi sebelum dia menghancurkan pemukiman!"

"Benar! Kita harus menyegelnya kembali! Bagaimana kalau desa lain tahu bahwa Konoha sudah tidak memiliki Jinchuriki dan Kyuubi? Sebaiknya kita cari Kyuubi dan pilih orang yang kuat serta bersedia menjadi Jinchuriki!" Kakek berselimut perban membenarkan.

"Bagaimana dengan Naruto?" Tsunade menatap kakek tersebut sinis.

Seorang Kakek yang duduk disamping si nenek mendehem pelan. "Hokage-sama, Naruto tidak mungkin masih hidup. Jinchuriki yang kehilangan bijuu-nya sudah pasti mati."

Debat mereka sudah berlangsung lama, akhirnya Tsunade mengalah dan memutuskan untuk mengikuti saran para tetua.

-rischa7x-

Angin kencang di pesisir pantai membuat seorang bocah kecil berusia 13 tahunan yang tergeletak tak sadarkan diri menggigil kedinginan karena pakaian compang-camping yang dipakainya. Dia berambut pirang, berkulit tan, serta memliki tanda lahir berupa tiga garis tipis di masing-masing pipinya. Dia adalah Naruto Uzumaki, karena rasa dingin yang dirasakan tubuhnya, dia terbangun dari pingsannya. Perlahan dia membuka matanya, menampakan iris biru keruh yang tersembunyi dibalik kelopak matanya.

Naruto berpikir sejenak. Mengingat-ingat apa yang terjadi padanya. "Oh iya, tadi Kyuubi keluar dari dalam tubuhku dan aku diterbangkan olehnya." Dia menegadahkan kepalnya menatap langit. "Apa aku terhanyut kesini?"

Kruuuuukk!

Perut Naruto berteriak keras. "Sebelum cari cara keluar dari sini, pertama-tama aku harus mencari makanan dulu." Naruto bangkit dengan malas, menyeret tubuh ringkihnya yang terasa mati rasa untuk masuk ke dalam hutan di pulau kecil tersebut.

Didalam hutan, Naruto menemukan berbagai macam makanan seperti ubi jalar dan pisang. Dia makan dengan lahap sampai kenyang. Saat ingin mencari minuman, dia menemukan pohon kelapa, dia berniat memanjat pohon itu dengan menggunakan kontrol chakra-nya agar bisa berjalan di pohon yang dulu dipelajarinya. "Kenapa aku tidak bisa memusatkan chakraku? Apa aku harus membuat rasengan untuk menebang pohon ini?"

"Ngghhh!"

Naruto mencoba membuat rasengan, tapi dia tak bisa mengeluarkan dan memusatkan chakranya. "JANGAN-JANGAN AKU TAK BISA MENGELUARKAN CHAKRA LAGI?!" Naruto berteriak shock seraya menundukan kepalanya putus asa. "Bagaimana ini? Aku tidak bisa menjadi ninja lagi."

Naruto berjalan di pesisir pantai, dia terlihat bingung dan sedih. "Pulau ini sepi sekali, seperti tak pernah ada manusia disini."

Matahari sudah tenggelam dan menyembunyikan sinarnya. Langit jingga perlahan menjadi gelap. Lirih daun turun dari rindangnya penjaga napas kehidupan. Angin malam mulai membisikan dinginnya gelap yang menjelang.

"Tch!" Naruto berdecak kesal. "Kalau aku punya chakra, aku pasti bisa berjalan di air dan tinggal bawa bekal secukupnya. Aku harus cari cara agar bisa keluar dari sini!"

Naruto masuk kedalam hutan, tangannya menggenggam kunai untuk melindungi diri dari binatang buas dan bahaya lain yang menunggunya. Dia naik ke sebuah pohon besar secara manual alias memanjat kemudian tertidur dengan perasaan yang was-was.

-rischa7x-

GUBRAKK~

"ADAW!"

Pagi ini Naruto tidak bangun seperti biasanya. Dia biasa bangun dengan jam weker yang berisik, akan tetapi hari ini ia bangun karena jatuh dari pohon tempatnya tidur. Dia berusaha bangkit sambil memegang bokongnya yang ngilu seraya melihat ke sekelilingnya.

"Aku lupa ... aku tak berada di rumah."

Untuk menutupi frustasinya, Naruto memikirkan hal positif, dimulai dengan mencari kayu untuk membuat rakit. Naruto masuk kedalam hutan yang paling dalam–mengikuti lawan arah arus sungai. Naruto melihat siluet seseorang, dia langsung menghampiri siluet tersebut. Naruto melihat lelaki berambut pink dengan iris berwarna caramel dibingkai dengan kacamata putih tulang sedang berjongkok mencuci tangannya sambil mengumpat sesuatu. "Hei! Siapa kau?"

Pria kurus tersebut menoleh pada Naruto. "Kau yang siapa? Namaku Manto. Aku pemilik pulau ini! Kenapa kau bisa ada disini?" Manto memperhatikan Naruto dengan seksama. 'Hmm.. dia sepertinya memiliki fisik yang kuat dan wajahnya terlihat seperti tipe orang pekerja keras, sepertinya hari ini aku sedang beruntung.'

"Aku Uzumaki Naruto. Aku terbang–eh terlempar dan saat terbangun, aku sudah di pesisir pantai pulau ini." Naruto menundukan kepalanya–menyembunyikan raut sedih dan frustasinya.

Manto mengangguk mengerti. "Oh, kau terdampar..."

Naruto hanya mengangguk menanggapi pernyataan Manto. "Eto ... bolehkah aku minta tolong agar aku bisa pulang ke desaku?"

"Tidak bisa! Kau sudah berani menginjakan kaki di pulauku." Manto melipat kedua tangannya didada. "Kau harus jadi partner kerjaku."

"Eh? Kerja apa? Aku sudah tidak punya kekuatan lagi untuk membantumu." Naruto menatap pria kurus didepannya heran.

"Bukan pekerjaan yang sulit. Kau tidak perlu repot-repot bekerja keras." Manto tersenyum penuh arti. "Kau hanya perlu menahan apa yang akan aku lakukan padamu."

"Apa yang akan kau lakukan padaku?" Naruto sedikit penasaran. "Ja-Jangan-jangan kau akan menyiksaku?!"

Manto menggeleng pelan. "Bukan nak. Aku sedang melakukan suatu percobaan."

"Maksudmu?" Naruto memiringkan kepalanya tak mengerti.

"Aku adalah ilmuwan. Kau akan menjadi subjek percobaanku agar menjadi Chimera Humanimal. Manusia punya kekuatan binatang. Kau hanya perlu diam dan aku akan merawatmu serta membuatmu menjadi istimewa."

"Tapi aku ingin pulang ke desaku!" Naruto merengek sambil menatap Manto dengan tatapan penuh harap.

Manto menaikan sebelah alisnya. "Memangnya dimana kau tinggal?"

"Di Konoha, desa para ninja yang hebat!" Naruto tersenyum bangga mengatakannya.

"Hoo jadi kau seorang ninja ya? coba perlihatkan jurusmu!" Manto tersenyum penuh arti.

"A-Aku sudah tidak bisa mengeluarkan chakra lagi...," Naruto kembali menundukan kepalanya. "...sekarang aku bukan lagi seorang ninja."

"Bagaimana keluargamu?"

Naruto menggeleng. "Aku tidak punya keluarga, tapi aku punya sensei dan teman-teman yang berharga."

"Teman kah? Biar kuberitahu nak. Kau tidak butuh yang namanya teman. Teman hanya akan menghianatimu dan suatu hari kau terpaksa harus membunuh teman tersebut." Manto menyeringai penuh arti. 'Kebetulan sekali dia tidak punya keluarga! Aku harus mendapatkannya apapun yang terjadi!'

"Jangan asal bicara!" Naruto menatap Manto penuh amarah. "Mereka tidak seperti itu!"

"Kalau begitu, ceritakan bagaimana sikap sensei dan teman-temanmu yang berharga itu." Manto duduk dibawah pohon dan mengisyaratkan agar Naruto juga ikut duduk.

"Kakashi-sensei adalah jounin pembimbingku bersama Sasuke dan Sakura. Mereka adalah teman satu timku." Naruto memulai ceritanya.

Manto sedikit kesal mendengarnya. "Aku tanya kelakuan mereka terhadapmu."

"Sasuke selalu dingin dan mengejeku 'dobe' karena aku paling bodoh di akademi, sedangkan Sakura menyukai Sasuke dan selalu kasar padaku ... padahal aku sangat menyukainya...," Naruto menggaruk dagunya. "...kalau Kakashi-sensei adalah orang yang mengajarkanku menjadi ninja yang baik."

"Oh.. Apakah sensei-mu selalu memperhatikanmu?" Manto menatap penuh selidik "Maksudku apakah dia bersikap adil pada kalian?"

Naruto mengingat-ngingat sikap Kakashi "Um ... dia mengajarkan cara mengontrol chakra agar bisa berjalan di pohon, tapi saat ujian chunin dia sibuk mengurus Sasuke sehingga aku di ajarkan oleh ero-sennin."

"Hahahahaha." Manto tertawa riang membuat Naruto kesal mendengarnya. "Apakah orang seperti itu pantas untuk jadi sesuatu yang berharga bagimu?"

"Tentu saja! Daripada tidak punya siapa-siapa." Naruto merasa suaranya tertahan.

Manto mengangguk mengerti. "Lalu, bagaimana dengan desamu? Apakah mereka menyukaimu?"

"Mereka memperlakukanku seperti sampah karena ada monster yang disegel didalam tubuhku...," Naruto tersenyum penuh keyakinan. "Sekarang monster itu sudah keluar dari tubuhku, meskipun saat ini aku tidak punya chakra, aku yakin mereka tidak akan memperlakukanku seperti itu lagi."

Manto mengangkat sebelah alisnya. "Apa kau yakin? Di desa ninja tapi tidak bisa menjadi ninja. Kau mungkin akan dianggap lebih buruk dari sampah ... dan teman-temanmu tidak akan menganggapmu karena kau orang yang tidak berguna. Sensei mu juga pasti tidak akan mengajari mu karena kau sudah tidak bisa menjadi ninja lagi."

"Mu-mungkin kau benar, tapi aku ingin bertemu mereka...," Naruto memeluk lututnya. "...disana juga aku punya cita-cita. Aku ingin menjadi hokage."

"Untuk apa? Melihat kau sudah tidak bisa jadi ninja, bagaimana kau bisa jadi kage? Pasti kau hanya akan diacuhkan dan dikucilkan." Manto mencoba meyakinkan Naruto. "Lebih baik kau disini, membantu penelitianku dan kalau berhasil kau akan punya kekuatan unik."

"Benarkah?" Naruto yang tak punya kekuatan sedikit tergiur mendengarnya.

"Yup!" Manto mengangguk mantap. "Sebenarnya ada yang mengganjal pikiranku."

"Apa itu?"

"Kenapa kau ingin jadi hokage?" Manto menatap Naruto heran.

"Agar mereka semua mengakuiku!" Naruto begitu semangat mengucapkannya disusul termenung sedih. "Dan sepertinya ... sekarang tidak bisa terwujud."

"Oh begitu, aku tidak menyangka kau itu sangat bodoh, hanya demi mendapat perhatian dan kekaguman warga." Manto tersenyum mengejek. "Apa kau ingin jadi pahlawan agar semua orang mengakuimu?"

"Tentu saja! Pahlawan adalah sesuatu yang keren!" Naruto mengatakannya penuh percaya diri.

"Hmph." Manto menahan tawanya. "Pahlawan ataupun penjahat, mereka tak lebih dari seorang pembunuh. Pahlawan dapat pujian orang-orang dan penjahat dapat kebencian orang-orang ... kusarankan kau menjadi pembunuh bayaran saja. Manusia bisa menghianati kita tapi uang tidak mungkin menghianati kita."

Naruto hanya diam mendengar nasihat Manto.

"Jadi bagaimana? Mau jadi partnerku? Aku usahakan tidak berlebihan. Hehehe." Manto merayu dihiasi senyum penuh arti.

Naruto mengangguk mengiyakan.

To Be Continued