Susu Jeruk
Disclaimer © Masashi Kishimoto
Warning: Au, OOC, Sho-Ai, Typo(s), dll.
Drrt! Drrt! Drrt!
Pemuda dengan tampang stoic menghentikan langkah kakinya seraya merogoh smartphone yang terus bergetar di saku jaket birunya. Sejenak dia menatap layar smartphone tersebut sebelum menyentuhnya. "Halo."
"Sasuke?! Kau ada di mana? Lama sekali!"
Pemuda berkulit seputih susu vanilla tersebut menarik napas panjang mendengar seruan kesal di seberang telepon sambil menatap bosan sungai di bawah jembatan yang tengah ia pijak. "Rokok." Ujarnya pada si penelepon.
"Rokok? Apa maksudmu, Sasuke? Bicaralah lebih jelas!" Dengusan kesal terdengar dengan jelas di telinga Sasuke.
Sasuke memutar bola matanya-bosan. "Itachi, rokok yang kau inginkan tidak ada, makanya aku beli ke minimarket lain yang lebih jauh."
"Oh, begitu. Cepat ya!"
"Hn." Sasuke menutup telepon seraya memasukan kembali smartphone-nya ke tempat semula.
"Ng?"
Di bawah redup langit senja, Sasuke tak sengaja melirik mahluk hidup yang tengah berenang melawan arus sungai yang cukup deras. "Apa-apaan ular itu?!" Sasuke mencengkram pagar jembatan sambil menatap kagum seekor ular hitam mengkilap dengan panjang hampir dua meter.
Drap! Drap! Drap!
Sasuke menoleh pada seorang pemuda pirang jabrik berkaos orange yang tengah berlari kearahnya. 'Kenapa dengan orang itu?' Sasuke mengangkat bahu-tak peduli seraya kembali menatap sungai tempat si ular yang melawan arus, bibirnya sedikit terangkat menyunggingkan senyuman melihat si ular sudah sedikit maju dari posisi awalnya.
DUAKK!
Seseorang menendang pinggang Sasuke hingga dirinya terlempar beberapa meter dari tempatnya berdiri.
Sraaakk! Duk!
"Ugh!" Sasuke mencoba bangun setelah mendarat dengan tidak elitnya.
Grep!
"Hei! Apa yang hendak kau lakukan!" Pemuda pirang yang menendangnya berjongkok seraya menarik kerah jaket Sasuke sambil mengguncang-guncangnya. Dia menatap Sasuke penuh amarah. "Jangan gelap mata! Walau hidupmu sulit! Jangan sampai terlintas untuk bunuh diri!"
Twich!
Perempatan urat tercetak dengan jelas dikening Sasuke. "Siapa juga yang mau bunuh diri?!"
DUAKK!
Sasuke menonjok pipi tan si pirang hingga membuat pemuda pirang tersebut melepas cengkramannya pada kerah Sasuke.
"Sakit! Apa yang kau lakukan?!" Pemuda pirang tersebut menatap Sasuke sengit sambil memegang pipi kirinya yang sedikit membengkak.
Sasuke membalas tatapan pemuda pirang didepannya-sinis penuh intimidasi. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan? Menendangku tanpa alasan yang jelas."
"Aku melakukannya karena tak mau melihat ada orang yang bunuh diri di depanku!" Pemuda pirang tersebut menatap Sasuke tajam. "Seharusnya kau berterima kasih padaku!"
Sasuke mengernyitkan dahinya. "Siapa yang kau maksud?! Aku tak pernah berniat bunuh diri!"
"Eh?" Pemuda tersebut mengerjap-ngerjapkan matanya seraya menunjuk Sasuke ragu. "Tapi kau berdiri di pinggir jembatan sambil memperhatikan sungai cukup lama..."
Sasuke mengusap-usap pinggangnya yang sakit sambil menatap pemuda pirang tersebut sinis. "Emangnya gak boleh hah?!"
"Ma-Maaf!" Si pirang menggaruk pipinya yang tak gatal.
"Cih!" Sasuke bangkit seraya berjalan pergi ke meninggalkan si pirang.
"Hei! Mau ke mana?" Sasuke terus berjalan tanpa menggubris seruan si pirang. "Maaf ya! Kalau terjadi apa-apa pada pinggangmu aku akan bertanggung jawab! Namaku Naruto! Aku tinggal di daerah sini!"
(눈_눈)
Tok! Tok! Tok!
"NARUTO! BANGUN! SUDAH SIANG!"
Teriakan cempreng wanita paruh baya itu menggema di rumah tradisional jepang berukuran minimalis tersebut. Naruto membuka matanya perlahan seraya meregangkan tubuhnya. "Iya Tsunade baa-chan! Aku sudah bangun kok!"
"Bagus! Aku berangkat kerja dulu! Cepat sarapan sebelum makanannya dingin!" Naruto mendengar Tsunade berseru sambil melangkahkan kakinya meninggalkan depan pintu kamar yang masih terkunci dari dalam.
"Baik!" Naruto langsung bangkit seraya membuka tirai yang menutupi jendela kamarnya-menampilkan mentari yang sudah menampakan diri. "Gawat! Udah jam setengah 8! Aku kesiangan!" Naruto langsung berlari ke kamar mandi.
(눈_눈)
Teng! Teng! Teng!
"Sial! Bentar lagi kereta akan berangkat!" Pemuda pirang bersweater hijau toska dan jeans pensil hitam longgar berlari menuju pintu kereta yang sebentar lagi tertutup. Dia berhasil masuk kedalam kereta yang sudah penuh kemudian berdiri dengan menggenggam tiang yang ada di depan pintu kereta seraya menarik nafas panjang-lega. "Syukurlah masih sempat. Hm?" Iris blue sapphire-nya terpaku pada seorang pemuda yang berdiri di depannya sambil bersandar pada pintu kereta. Wajah pemuda itu tertutup oleh buku tebal yang tengah dibacanya. 'Merancang web e-commerce? Sepertinya aku juga punya buku itu. Apa kuajak kenalan ya...? Ini kan semester baru, siapa tahu dia sekelas di mata kuliah yang sama. Come on, Naruto! Sapa dia!'
Duk!
Seseorang menyenggol ransel hitam Naruto. Dia langsung menatap sengit yang menyenggolnya, yaitu seorang ibu-ibu tersenyum pucat dan berkeringat banyak karena sepertinya dia tidak kuat berdiri berdesakan. "Maaf."
"Ya." Naruto mengurungkan niatnya untuk marah pada orang yang menyenggolnya kemudian membalikan tubuhnya seraya menatap horror pemuda yang tadi tengah membaca buku. Buku itu telah dimasukkan ke dalam tas selempang sang empunya sehingga Naruto bisa melihat jelas wajahnya.
"Te-Teme..."
Mendengar suara yang tak asing di telinganya. Pemuda raven berpakaian rapi-yakni setelan kemeja biru donker se-siku dan celana jeans hitam-tersebut mengangkat wajahnya, lalu menatap Naruto-terkejut. Yeah! Pemuda raven stoic tersebut adalah Sasuke yang semalam bertemu dengan Naruto dan membuat pipi Naruto sedikit bengkak. "Kau-"
Kiiittt!
Kereta berhenti membuat pijakan Naruto oleng.
Cup!
Naruto dan Sasuke saling memelototi dengan bibir yang bersentuhan. Naruto langsung menjauhkan wajahnya dari Sasuke seraya menggosok-gosokan punggung tangan pada bibirnya.
"Ma-Maaf! Aku tak sengaja!"
Sasuke menatap Naruto penuh aura membunuh. "Sialan ka-"
Kreeeet!
Pintu kereta terbuka.
Grep!
Naruto menggenggam tangan Sasuke seraya berjalan menyeretnya keluar kereta.
"Lepaskan!" Sasuke mengibaskan tangannya-melepas genggaman Naruto dengan paksa. Dia menatap Naruto penuh amarah. "Beraninya kau merebut ciuman pertamaku!"
Naruto mengurungkan niatnya untuk balas memakinya-setelah mendengar kalimat terakhir Sasuke. "Maaf. Aku benar-benar tak sengaja."
"Cih!" Sasuke berdecak kesal.
Naruto terdiam.
"Kejadian tadi kuanggap tidak pernah terjadi." Sasuke membuang muka seraya melangkah menjauhi Naruto. "Jangan pernah tujukan wajahmu lagi didepanku!"
Seperti pertemuan sebelumnya, Naruto menatap punggung Sasuke yang semakin jauh dari pandangan matanya. "Saat dia marah... Kawaiii-nya~" Naruto tersenyum dengan sedikit rona merah di pipinya. Ia kembali terdiam setelah sadar apa yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Hah! Apa yang kau ucapkan Narutooo?!" Naruto mengacak-acak rambutnya-frustasi.
Sementara itu, Sasuke menggosok-gosok bibirnya dengan punggung tangan kanannya. Wajah Sasuke sudah semerah tomat. Asap imaginer mengepul dari kepalanya. "Sialan!" Sasuke langsung mempercepat langkahnya.
'Kenapa insiden tadi tidak mau hilang dari kepalaku?!'
(눈_눈)
Naruto menarik napas panjang sebelum memasuki kelasnya.
Tok! Tok!
Krieet!
Naruto tersenyum kaku pada pria paruh baya dengan garis luka vertikal diatas hidungnya-tengah berkacak pinggang sambil menatapnya penuh intimidasi. Dia memakai setelan kemeja hijau dan celana panjang berwarna hitam. "Teladan sekali! Telat di hari pertama hm?!"
"Su-Sumimasen Iruka-sensei." Naruto menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Iruka menukik alisnya tajam. "Ini bukan kelas malam! Kau tidak bisa mendapat tolerir untuk telat!" Iruka memejamkan matanya sambil menggelengkan kepala. "Sudahlah! Sekarang kau boleh masuk! Berikutnya kalau kau telat, aku takkan biarkan kau masuk, Naruto!"
"Baik! Terima kasih sensei!" Naruto mengangguk seraya berjalan menuju kursi yang masih kosong. Naruto sedikit terkejut ketika berjalan melewati Sasuke yang tengah menatapnya tajam dan duduk selang beberapa bangku di belakang pemuda yang tadi pagi tak sengaja diciumnya. 'Sudah kuduga! Kami sekelas!'
'Fokus Naruto!' Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya seraya membuka buku dan mencoba memfokuskan pikirannya pada dosen yang tengah menjelaskan isi materi kuliah. Selang beberapa menit, Naruto menatap punggung Sasuke sambil menarik napas panjang. Sudah berusaha keras konsentrasi, pada akhirnya matanya ini tetap belok ke arah Sasuke.
'Sialan! Aku tak bisa fokus!'
(눈_눈)
"Hahh~"
Naruto menarik nafas panjang seraya mengempaskannya frustasi. Dia terus melamun sambil memandangi ramen dan sebotol susu jeruk yang sejak tadi dipesannya.
Puk!
Naruto menoleh ke belakang, menatap gadis pirang berponi rata tengah yang tersenyum lebar padanya. Dia memakai dress merah selutut tanpa lengan.
"Naruto, kenapa melamun terus?" Gadis pirang tersebut duduk di bangku samping Naruto. "Lagi galauin apa sih?"
"Shion..." Naruto menegak susu jeruknya untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. "Sepertinya aku tertarik pada seseorang... sejak pertama bertemu."
"Bukankah itu bagus?" Shion tersenyum lebar-penuh arti. "Berarti kau sudah move on dari Hinata."
Naruto tersenyum kaku. "Aku semakin ingin memilikinya saat tak sengaja merebut ciuman pertamanya. Tapi..." Naruto mengalihkan pandangannya-menatap meja panjang kantin-yang tak jauh dari mejanya.
"Tapi apa?" Shion mengikuti arah pandangan Naruto. "Ah Sakura kah? Bukankah sebelum kau jadian dan putus dengan Hinata pun kau selalu bilang kalau Sakura itu tipe-mu? Bukankah ini sangat bagus?"
Naruto mengalihkan pandangannya-menatap Shion sambil mengerutkan keningnya. "Apa kau akan membenciku jika aku bilang aku sedang tertarik pada cowok yang duduk disamping Sakura?"
Shion sangat terkejut mendengar pengakuan Naruto. "Haaaa? Apakah maksudmu Uchiha Sasuke?"
"Hm." Naruto mengangguk mengiyakan.
Shion menarik nafas panjang. "Aku kurang tahu tentangnya, yang jelas dia terkenal sangat pintar dan sangat diidolakan oleh kalangan mahasiswi. Terus asal kau tahu saja ya! Sakura dan cewek pirang ponytail yang duduk di dekat Sasuke itu sedang bersaing untuk mendapatkan hatinya."
"Aku tidak tahu dia seterkenal itu." Naruto menggelengkan kepala takjub.
Shion memutar bola matanya-bosan. "Tentu saja kau tak akan tahu. Kau kan ngambil kelas malam terus."
"Dulu kan aku kerja Shion!" Naruto mendengus pelan.
Shion menaikan sebelah alisnya. "Terus sekarang nggak kerja gitu?"
"Begitulah." Naruto mulai melahap ramen-nya yang mulai mendingin.
"Eh? Jadi sekarang kau berhenti kerja?" Shion sedikit terkejut mendengar pengakuan Naruto. "Kenapa?"
Naruto menelan ramen-nya seraya menatap Shion datar. "Di semester ini dan semester depan, aku ingin lebih fokus kuliah agar skripsi lancar... makanya mutasi ke kelas pagi."
"Oh." Shion mengangguk mengerti. "Apa kau juga keluar dari pekerjaanmu di arena street-"
"Nggak lah! Aku malah nambah jam kerja karena pekerjaan disana itu malam hari." Naruto menatap Shion penuh harap. "Ngomong-ngomong, apa yang harus kulakukan agar dekat dengan Sasuke?"
Drrt! Drrrt!
"Kalau kau serius padanya, dekati dia perlahan! Tapi kalau perasaanmu ini hanya kekaguman sesaat, sebaiknya hentikan." Shion mengeluarkan smartphone dari tas tangan merahnya, membacanya sejenak kemudian memperlihatkan pesan yang diterimanya. "Gaara memintaku untuk menyuruhmu ke gym kampus agar nanti malam kau tak perlu latihan tapi langsung pemanasan."
"Haa? Kenapa?!" Naruto menukik alisnya tajam.
Shion mengangkat bahunya acuh. "Entahlah. Ikuti saja aku!"
Naruto menarik napas malas seraya mengikuti Shion. Tentu saja ia tidak lupa membawa botol susu jeruknya.
"Tsk!" Tak jauh dari sana, Sasuke berdecak pelan melihat Naruto dan Shion yang terlihat begitu dekat.
To Be Continued
Nell's Note:
Hai! Nell kembali dengan membawa cerita Boys Love XD
Gimana? Apa yang kurang? Monggo keripik sambaladonya :v
Sebenernya Nell pengen bikin rate-nya sampe M tapi Nell malah gelundungan karena hati ini kebat-kebit sendiri dan berakhir begini. Moga kalian suka :) Ntar kalo Kokoro Nell udah siap, aku bikin yang R18+ deh :'v
Thanks udah mau baca cerita saya, terutama yang ninggalin jejak. Riview kalian adalah semangat nulisku ^-^
