Fake Affection © by YoonMingi

Rate : untuk chapter ini T+

Categori :

Yaoi/BL. Hurt/comfort, lil angst, drama, MPreg. Innocent!Min

Cast :

- Lee Sungmin

- Cho Kyuhyun

- Lee Donghae

- Zhoumi

Summary: Sungmin baru tersadar dari tidurnya saat dirinya mendapati tiga orang pria tampan berjas putih berdiri mengelilinginya. Siapa mereka? Kenapa bisa Sungmin berada di tempat yang tidak diketahuinya sama sekali?

Note: Belum MPreg, tapi bakal Mpreg. Ga janji bakal di lanjut. Terserah mau baca apa engga, tapi jangan protes kalo ga saya lanjut soalnya saya masih punya banyak utang dan kebetulan ide ini muncul begitu saja =.=

.

DON'T BE SILENT READER

DON'T LIKE DON'T READ

ENJOY~

.

=oO Fake Affection Oo=

.

'Hei, bangunlah. Apa kau sudah sadar?'

'Tunggu sebentar, hyung. Dia masih dalam pengaruh obat bius!'

'Kalian berdua bisa diam tidak, sih? Dia butuh ketenangan!'

Sayup-sayup kudengar suara beberapa orang tengah berbicara di sekelilingku. Suara itu berhasil mengintrupsi kegiatan tidurku.

Aku bergidik ngeri. Suara mereka terdengar halus, samar, dan mengerikan.

Mereka beradu pendapat, saling berbisik, dan beberapa dari mereka bahkan terdengar mengajakku berkomunikasi. Apa yang sedang mereka bicarakan? Apa benar mereka mengajakku berkomunikasi? Ini mimpi atau apa? Mengapa semuanya tampak samar di telingaku?

Dari apa yang kudengar, sepertinya mereka ada tiga orang. Tapi aku tak mengenal satupun dari ketiga orang pemilik suara yang menyapa indra pendengaranku barusan. Semua disini tampak asing. Aku tak dapat menebak apa yang sebelumnya terjadi padaku..

Ugh, kepalaku…

Kenapa rasanya sakit sekali?

Aku meringis pelan, sangat pelan karena tenagaku sudah hilang entah kemana. Rasanya begitu lemas hingga membuka mata saja sangat enggan.

Tapi ringisanku berhasil membuat ketiga orang yang mengelilingiku langsung terkejut. Ya, meski aku tak melihatnya, sudah terasa sangat jelas dari pekikan, serta suara nafas mereka yang tertahan mendengar ringisanku.

"Hei, kau sudah sadar?" tanya suara itu lagi, namun lebih lembut dan tak menuntut. Aku ingin membalas, tapi tak bisa, lidahku kelu, otot-otot dirahangku terlalu lemas. Kenapa bisa aku selemah ini?

Dengan berat aku membuka kedua kelopak mataku perlahan. Sangat perlahan karena semuanya begitu terasa sulit. Sekuat tenaga kuusahakan untuk menyesuaikan diri pada semua yang berada disekelilingku.

Aku lemas, aku berani bersumpah rasanya seperti seluruh tubuhku mengalami kelumpuhan total. Walau kenyataannya tak berlebihan seperti itu. Dan yang kudapat saat membuka mata adalah ketiga orang yang kumaksud tadi sedang menatapku lekat-lekat. Berbagai ekspresi terkejut, gelisah, dan bahagia terlukis di ketiga wajah tampan itu.

Tampan? Hm, harus kuakui ketiga orang yang sedang menatapku penuh harap itu tampak begitu tampan.

Aish, apa yang kupikirkan?! Kenapa jadi memikirkan wajah mereka yang begitu tampan?

"Syukurlah kau sudah sadar, apa yang kau rasakan sekarang?" lagi-lagi orang itu bertanya. Ugh, tidak tahu apa kalau aku benar-benar tak kuat menjawab satupun pertanyaan mereka?

Aku menggeleng pelan.

"Hyung, sudahlah jangan tanya macam-macam dulu. Kasihan dia baru sadar, aku yakin dia masih lemas. Benarkan?" aku melirik pada sang pemilik suara bass yang barusan berbicara. Aku mengangguk sangat-sangat pelan, menyetujui pernyataannya. Aku memang masih lemas, dan tolong jangan tanyakan apapun lagi padaku.

"T-tapi—aish.. terserahlah, Cho. Aku masih ada janji dengan pasienku yang lain. Kalian berdua saja yang urusi dia."

"Iya, biar aku dan Kyuhyun yang mengurusnya."

"Baguslah, kalau begitu aku bisa kerja dengan tenang. Urus dia dengan telaten, jangan sampai kalian membuat semuanya menjadi gagal. Dan, kau Cho kyuhyun—"

Sejenak suasana menjadi hening, pria itu menjeda kalimatnya.

"—kuserahkan semuanya padamu. Buat agar semuanya berhasil. Sampai jumpa!"

Aku hanya menyaksikan percakapan mereka dengan mata setengah terbuka. Dan salah seorang dari mereka terlihat meninggalkan ruangan ini hingga menyisakan aku, dan kedua orang yang kini saling beradu pandang dengan canggung, lalu melirikku dengan tatapan yang tidak ku mengerti. Mereka membicarakan apa? Aku tak mengerti dan mungkin tak peduli.

"Donghae hyung itu.. Bilang saja ingin berkencan dengan kekasihnya. Beralasan sedang memiliki pekerjaan lain pula, sok sibuk sekali." orang yang dipanggil Cho Kyuhyun tadi mulai melancarkan umpatan dan makiannya. Oh, jadi pria ini namanya Cho Kyuhyun? Dan pria yang barusan pergi itu namanya Donghae? Baiklah, setidaknya aku tahu nama mereka.

"Biarkan saja, Donghae memang sedang mengalami syndrom cinta."

"Syndrom cinta katamu? Jika melalaikan tugas seperti ini lebih baik dia tidak usah menjadi dokter."

Pria yang mendengar ocehan Kyuhyun hanya tertawa. "Kau juga akan mengalami bagaimana rasanya seperti itu. Hanya saja belum waktunya bagimu, bocah." Dan pria tinggi itu kembali tertawa lepas setelah berhasil membuat Kyuhyun mengaga lebar.

"Sialan kau Zhoumi, jangan panggil aku bocah!"

"Kau memang bocah, umurmu masih 19 tahun sudah menjadi dokter! Dan kau sangat tidak sopan memanggil namaku seperti itu."

"Cih, kuanggap itu sebagai pujian." Ucap Kyuhyun ketus. Pria yang dipanggil Zhoumi itu makin tertawa lepas mendengar kalimat ketus dari Kyuhyun.

Aku mendesis protes, suara tawa serta gurauan mereka benar-benar menganggu. Kepalaku jadi sakit lagi, ugh..

Kyuhyun yang sepertinya menyadari bahwa aku terganggu tampak memberi isyarat pada Zhoumi untuk berhenti tertawa. Dan Zhoumi langsung berhenti tertawa dan memfokuskan perhatiannya padaku, ia menatapku dengan tatapan bersalah. Sebenarnya kalian berdua sama-sama bersalah, kalian menganggu tidurku!

"Uhm, Kyuhyun-ah, aku juga sebenarnya ada janji dengan Henry. Kau kutinggal berdua dengan anak ini tak masalah, kan?"

Kyuhyun mendelik. "Lihat, kalian berdua sama-sama tidak profesional. Meninggalkan tugas hanya untuk berkencan yang bahkan tidak penting sama sekali."

"Ya! Tugasku hanya membantumu menjalankan operasi anak ini! Tugasku telah selesai, dan kau masih punya tugas untuk merawat dan melanjutkan ini semua sampai berhasil, bodoh!" Zhoumi tampak begitu dongkol.

Kyuhyun menghela nafas dan memutar bola matanya. Zhoumi kembali tertawa dan mengacak-acak rambut Kyuhyun, dengan secepat kilat pria berbadan tinggi itu melesat keluar ruangan sebelum Kyuhyun sempat meledak. Kulihat Kyuhyun sedang mengatur nafas menahan kekesalannya.

Oke, banyak fakta baru yang kutahu adalah pria super jangkung tadi bernama Zhoumi dan dia adalah dokter. Donghae, Kyuhyun, Zhoumi, menurut percakapan yang mereka lakukan aku tahu ketiganya berprofesi menjadi dokter, dengan Kyuhyun yang paling muda diantara ketiganya, dia masih… 19 tahun?

Apa itu tidak terlalu muda?

Tunggu sebentar. Mereka dokter, kan?

Mereka dokter?

Dokter?

D-o-k-t-e-r?

DOKTER?!

Aku tercekat, mataku melebar ketika menyadari beberapa keganjalan yang kualami saat aku baru tersadar. Refleks aku melirik pada Kyuhyun yang kini tengah sibuk dengan kantung infus juga selang yang jika diperhatikan akan berakhir di.. tanganku.

Tubuhku mulai gemetar, sakit dan ngilu di sekitar tanganku yang terdapat jarum infus mulai terasa nyata. Sakit dan pening di kepalaku makin menggila. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling, mencari tahu dimana aku berada.

Ruangan serba putih yang sangat aku tahu sebagai rumah sakit terpampang jelas. Aku makin gemetar ketakutan. Mengapa bisa aku berada disini? Siapa yang membawaku ke sini dan..

Operasi apa yang mereka maksud?!

Apa mereka bermaksud bilang bahwa aku baru saja menjalani operasi? Tapi operasi apa? Aku tak mengingatnya sama sekali!

Mereka gila! Apa mereka berusaha melakukan sesuatu yang tidak-tidak terhadapku? Apa yang mereka lakukan?!

"Akhh.." aku mencoba bangun dari posisi tidurku, aku harus segera keluar! Namun kepalaku.. ya tuhan ini begitu sakit, begitu nyeri hingga tubuhku hanya bisa terhempas kembali ke atas kasur. Aku beralih untuk memijit pelan bagian kepalaku.

"Kau mau kemana, hm? Keadaanmu belum pulih. Jangan memaksakan diri." Suara bass orang itu terdengar lagi, nadanya begitu tenang tanpa terdengar kepanikan saat aku mencoba untuk kabur dan ketika meringis hebat seperti ini.

"A—aku dimana? Kau siapa?" tanyaku langsung untuk lebih memperjelas.

Kyuhyun, pria itu menatapku tanpa ekspresi yang tergambar jelas. "Dirumah sakit, kau mengalami kecelakaan yang mengharuskanmu mengalami operasi serta beberapa tindak kesehatan lainnya. Aku Cho Kyuhyun, dokter yang menanganimu." Jelas Kyuhyun panjang lebar, aku tak menjawab dan diam mendengar penjelasannya.

Kecelakaan? Setahuku aku tak mengalami kecelakaan apapun. Tiba-tiba saja saat terbangun aku sudah berada disini tanpa tahu alasannya, dan sekarang dia bilang aku baru mengalami kecelakaan? Dia berusaha menipu atau apa?

"Apa yang kau rasakan sekarang? Apa kau ingat namamu?"

Ingin kujawab bahwa aku sedang dilanda sakit yang amat sangat di sekujur tubuhku. Namun pertanyaan terakhir Kyuhyun membuatku tertegun.

Dia menanyakan namaku..

"N—namaku…" aku terdiam mengingat sebuah kata yang harusnya bisa aku ucapkan dengan lancar setiap ada yang mengajukan pertanyaan macam itu.

Tapi kenapa lidahku terasa kelu? Mengapa mengucapka namaku jadi begitu sulit?

Aku kembali meringis cukup kencang saat pening di kepalaku yang makin menjadi jadi. Rasanya bagai dihantam oleh berbagai benda keras saat kucoba mengingat sebuah kata penting yang merupakan bagian dari hidupku.

Siapa namaku?!

"A—aku, akhh! Aku tak mengingatnya.." ucapku pada akhirnya.

Kyuhyun terpaku ditempat mendengar penuturanku, mungkin dia terkejut. "Apa benar kau tak ingat namamu?"

Aku mengangguk cepat.

"Coba kau ingat-ingat lagi, adakah info yang kau ingat mengenai dirimu?" tanyanya lagi sedikit memaksa.

Kucoba memejamkan mataku rapat, kufokuskan semuanya pada ingatan tentang nama, alamat tempat tinggal, orang tua, serta semua identitas yang aku miliki. Kubuka perlahan-lahan lembar masa lalu yang harusnya bisa aku ingat tiap detailnya.

Namun setiap aku mencoba mengingat, semakin kuat rasa sakit yang mencengkram kepalaku. Aku benar-benar tidak mengingat satupun data tentang diriku! Dan itu terasa mengganjal, juga sakit. Apa kau pernah merasakan bagaimana dipaksa mengingat sesuatu yang seharusnya kau ingat? Apa kau pernah merasakan bagaimana melupakan sesuatu yang seharusnya tak pernah kau lupakan? Agh! Sial, ini begitu sakit!

"Tidak.. akkh! T—tidak bisa, aku tak bisa.. ugh.. mengingat apapun.." aku menyerah pada akhirnya, ingin aku menangis sekencang-kencangnya. Sesuatu terasa begitu mengganjal dan sangat menyiksa.

Kyuhyun mengangguk pelan sambil membenarkan letak kacamata yang bertengger di wajahnya. "Baik, seperti yang kuperkirakan atas kecelakaan yang baru saja kau alami, sepertinya kau mengalami lupa ingatan."

Nafasku tertahan. "Lupa ingatan?" tanyaku dengan suara bergetar. Demi tuhan aku sangat ketakutan saat ini!

Kyuhyun kembali mengangguk singkat.

"A-apa itu permanen? Apa aku bisa ingat kembali semuanya?" tanyaku penuh harap.

"Aku tidak tahu, kami para dokter belum meneliti lebih lanjut." Jawabnya tanpa beban.

"Lalu dimana keluargaku? Apa mereka tahu aku disini?" lagi-lagi aku bertanya dengan harap. Bisa saja aku memiliki keluarga, kan? Jika memang aku masih memiliki keluarga, aku masih bisa mengingat beberapa memory yang kulupakan.

"Sepertinya tidak, kami tidak mendapat keterangan apapun kecuali nama serta umurmu. Tidak ada barang lain yang bisa kami jadikan alat untuk melacak asal-usulmu."

Wajahku mungkin sudah sangat pias saat ini. Aku menganga tidak percaya dengan penuturan Kyuhyun. Jadi sekarang aku hanya sendiri disini? Lalu aku akan kemana saat pulang nanti? Keluarga serta alamat rumah saja aku tak ingat.

Mataku mulai buram oleh air mata.

"Jangan menangis, kau pria tapi cengeng. Baiklah, biar kuberitahu sebuah hal yang mungkin bisa membuatmu bahagia." Ucapnya berusaha menghibur, tapi aku tak peduli! Memangnya dia ingin memberitahuku apa?! Air mataku perlahan terjatuh, aku tertunduk seketika menahan isakan serta kekesalan yang begitu menyesakkan.

"Namamu Lee Sungmin. Umurmu 19 tahun. Itu yang kutahu."

Aku kembali melebarkan mataku saat Kyuhyun menyebutkan siapa namaku dan umurku. Sebuah keterangan yang lumayan membuatku terkejut namun lebih menjurus ke bahagia. "K—kau tahu namaku dari mana?"

Kyuhyun menggaruk pelipisnya, namun wajahnya tetap datar. "Aku tahu dari gantungan kunci yang kutemukan di kantung celanamu. Disana tertuliskan nama serta umurmu, tapi tak tertulis apapun lagi."

Dengan cepat aku mendongak menatap wajah Kyuhyun yang masih tetap datar. Sepertinya masih ada harapan. "Lalu dimana kunci itu?"

"Donghae, dokter yang tadi membawanya. Aku tak tahu dimana kunci itu."

Hilang semua kebahagiaanku. Pupus sudah harapanku. Sekarang tidak ada yang bisa aku gunakan untuk mengenali siapa identitas lamaku, dan aku hanya bisa menunggu hingga waktu dimana aku mengingat semuanya..

.

=oO Fake Affection Oo=

.

Normal PoV

Kyuhyun hanya bisa diam mendengar isakkan Sungmin dengan pandangan terganggu. Bagaimana dia tidak terganggu? Sungmin sudah menangis hampir setengah jam hanya karena berusaha mengingat semua yang sudah Sungmin lupakan.

Namun Kyuhyun tahu, sebesar apapun Sungmin berusaha, akan sulit untuk mengembalikan ingatan itu. Sungmin butuh alat juga suasana yang mendukung ingatannya kembali. Tapi sekarang? Keluarga Sungmin saja tak ada satupun yang menjenguk.

Nafas Sungmin bahkan tersendat-sendat saking lamanya ia menangis. Dan itu sangat menganggu Kyuhyun yang kini berkutat dengan laptopnya, Kyuhyun merelakan seharian ini tidak membuka praktek dan malah berkutat dengan laporan kesehatan yang ia kerjakan. Sebenarnya jika bukan Donghae dan Zhoumi yang memaksa, Kyuhyun tak mungkin bersedia menemani pasien yang satu ini.

"Bisakah kau diam, Sungmin-ssi?" tanya Kyuhyun geram.

Sungmin menoleh pada Kyuhyun yang sedang duduk di sofa kamar rumah sakit ini. "A—aku.. hiks.. ingin.. hiks.. pulang.." ucap Sungmin kepayahan.

Kyuhyun menghela nafas meredakan emosinya yang sewaktu-waktu bisa tersulut karena kelakuan pasiennya. "Kau ingin pulang? Silahkan jika kau mengingat alamat rumahmu."

Dan jawaban Kyuhyun berhasil membuat tangisan Sungmin kembali pecah.

Kyuhyun menggeram pelan, bisa-bisa amarahnya meledak jika Sungmin terus menangis dan menganggu konsentrasi Kyuhyun dalam bekerja.

"Berhentilah menangis Sungmin-ssi." Ujar Kyuhyun dengan nada tegas.

Kalimat Kyuhyun tak mendapat tanggapan dari Sungmin, pria manis itu tetap menangis sesenggukan tanpa peduli Kyuhyun menatapnya begitu tajam. "Aku.. hiks.. lalu dimana nanti aku tinggal? Hiks.. siapa yang akan membayar biaya operasi serta rawat inap-ku di rumah sakit ini? Hiks.." sesungguhnya yang sangat Sungmin takutkan saat ini adalah bagaimana caranya membayar rumah sakit serta dimana tempat tinggalnya nanti. Bagaimanapun juga Sungmin sendirian sekarang tanpa satupun orang yang dia kenal. Siapa yang akan membantunya?

Kyuhyun berdecak sebal. "Biar aku yang membayarnya, dan kau bisa tinggal dirumahku sampai kau mengingat semuanya. Puas kau?" ujar Kyuhyun membentak.

Mata Sungmin melebar saking terkejut, ia tersedak dalam tangisnya. Benarkah Kyuhyun rela berbaik hati untuk membiayai semua serta memberi tempat tinggal sementara untuknya? Itu terlalu baik, bahkan Sungmin tak mengenal Kyuhyun sama sekali. "Tapi—"

"—oh, kau mau tinggal dijalanan daripada tinggal dirumahku? Itu terserah kau, aku hanya menawarkan bantuan biaya dan tempat tinggal karena bagaimanapun aku yang telah membawamu ke sini." Ujar Kyuhyun santai sambil kembali memfokuskan perhatian pada laptopnya.

Sungmin menggeleng. "Maksudku—ng, kau serius ingin memberikanku tempat tinggal dan membiayai semuanya?" tanyanya dengan nafas yang mulai stabil.

Kyuhyun mengangguk cepat. "Aku yang melihatmu mengalami kecelakaan segera membawamu ke rumah sakit ini, jadi aku juga yang bertanggung jawab. Mengerti?"

Sungmin hanya mengangguk dengan polosnya. Perlahan ia menghapus semua air mata yang membasahi wajah manisnya. Ia mengerjap dengan polos karena merasa Kyuhyun sudah sangat berbaik hati membiayai serta memberikan tumpangan untuknya kelak sampai dia bisa mengingat semuanya.

Ia juga merasa tak enak hati dengan Kyuhyun yang katanya mau membayarkan semua biaya rumah sakit, setidaknya Sungmin harus bersikap baik agar Kyuhyun tidak menarik kembali tawaran baiknya. Jika Kyuhyun menarik kembali kata-katanya, bagaimana nasib Sungmin nanti? Memiliki hutang pada rumah sakit dan terpaksa tinggal di jalanan. Ugh, membayangkannya membuat Sungmin bergidik ngeri.

Kyuhyun hanya tersenyum miring melihat perubahan wajah Sungmin yang begitu cepat. Dari menangis meraung-raung hingga kini yang mengerjap penuh kepolosan. Benarkan pria manis itu seumuran dengannya?

Dan soal Kyuhyun yang ingin menampung Sungmin. Entah mengapa ia begitu kasihan dan merasa bersalah dengan pria manis ini. Hidupnya begitu malang sehingga ia terpaksa membukakan pintu hati nurani.

Alasan lain kenapa ia menampung pria ini adalah Donghae dan Zhoumi yang memaksa Kyuhyun melakukannya. Entah apa yang salah dengan mereka berdua, tapi mereka beralasan karena Kyuhyun-lah satu-satunya yang single diantara mereka bertiga. Mereka beralasan takut kekasih mereka cemburu, dan masih banyak alasan yang Zhoumi Donghae katakan hingga Kyuhyun tak bisa melawan karena semua yang mereka katakan ada benarnya juga.

What the hell?! Kata single itu begitu menyindir dan menusuk Kyuhyun sampai ke ulu hati paling dalam.

Namun untuk kesekian kalinya Kyuhyun terpaksa menerima Sungmin dilimpahkan padanya karena wajah Sungmin yang.. menarik. Manis? Ups, sepertinya Kyuhyun harus mengakui pria itu begitu manis dan cantik.

Mungkin dengan adanya Sungmin di rumahnya, Kyuhyun bisa memiliki mainan baru.

Lagipula, Sungmin tampak begitu polos dan bisa diajak kerja sama..

Kyuhyun menyeringai, meski wajahnya terarah ke layar laptop, namun matanya mencuri pandang pada Sungmin yang sedang berbaring di kasur masih dengan wajah merah sembap dan bibir yang mengerucut kesal entah karena apa.

Tangan Kyuhyun perlahan mulai meraih ponsel di saku. Ia mengetik beberapa kata untuk dikirim sebagai pesan singkat kepada Donghae juga Zhoumi yang kini entah dimana bersama kekasih masing-masing.

'Bocah itu lupa ingatan. Sepertinya rencana kita akan berhasil.'

KLIK.

Dan pesan-pun langsung terkirim.

.

=oO Fake Affection Oo=

.

"Sungmin-ssi? Kau sudah siap?"

"Ne?"

"Ck, aku tanya kau sudah siap belum?"

"S—sudah."

"Ayo."

Kyuhyun segera membalikkan tubuhnya untuk berjalan ke parkiran rumah sakit dengan Sungmin yang tepat di belakangnya. Dia tidak mempedulikan Sungmin yang berjalan canggung mengekor padanya karena masih terasa asing. Kyuhyun tak terlalu peduli, yang penting dia harus sampai rumah secepatnya. Sekalian dia ingin istirahat, karena hampir semingguan ini dia mendapat banyak kerjaan plus kewajiban merawat Sungmin yang begitu membuatnya lelah.

Sekarang sudah seminggu sejak Sungmin sadar. Keadaan Sungmin sudah mulai membaik, meski ingatannya belum kembali. Dan pihak rumah sakit sudah memperbolehkan Sungmin pulang, sehingga Sungmin tidak memiliki alasan lain untuk menolak tawaran baik dari Kyuhyun untuk tinggal di rumahnya. Kalau saja dia ingat semua, mungkin ia tak harus menerima tawaran itu.

Sungmin tak tahu mengapa Kyuhyun bisa sebaik itu padahal ia tak mengenal Kyuhyun. Atau mungkin Kyuhyun salah satu teman Sungmin? Atau Kyuhyun itu sebenarnya yang menyebabkan Sungmin kecelakaan hingga lupa ingatan seperti ini? Lalu dia mengaku sebagai yang menolong Sungmin agar dirinya tak disalahkan? Atau mungkin Kyuhyun itu sebenarnya kekasih Sungmin?

Oke, lupakan yang terakhir. Itu terlalu mengada-ada, pikir Sungmin. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara membalas kebaikan Kyuhyun, bukan malah memikirkan hal yang buruk dan terkesan mengada-ada tentang dokter itu.

Perjalanan dari rumah sakit menuju apartemen Kyuhyun ternyata tidak cukup jauh. Hanya lima belas menit dengan mobil hingga akhirnya mereka tiba di lingkungan apartemen mewah milik Kyuhyun.

Sungmin terkesiap. Bukan karena jarak yang ditempuhnya hanya sebentar, namun karena mewahnya kawasan tempat tinggal Kyuhyun. Begitu wah, dan tampak mahal. Sungmin berani bertaruh Kyuhyun orang yang kaya, sangat-sangat kaya.

Setelah turun dari mobil, Sungmin hanya dapat mengikuti Kyuhyun dari belakang hingga tersadar kini Kyuhyun sudah berdiri di depan pintu apartemennya.

Kyuhyun segera masuk dan mengisyaratkan Sungmin untuk mengikutinya ke dalam. Sungmin menurut lalu melangkah masuk. Baru satu langkah, Sungmin sudah terkesiap terlebih dahulu. Benar saja apa perkiraan Sungmin tadi, apartemen Kyuhyun memang sangat mewah, terbukti dari semua barang yang ada disini tertata begitu rapi, elegan, dan sempurna. Menambah kesan bahwa Kyuhyun memang selalu menginginkan kesempurnaan dalam hidupnya, satu point harus Sungmin catat tentang Kyuhyun.

Begitu sampai di ruang tengah, Kyuhyun segera menghempas tubuhnya ke sofa tanpa mempedulikan Sungmin yang kini tengah berdiri mematung tanpa berbuat apapun di dekatnya. Ia memijat keningnya pelan. Sambil bola matanya bergerak dan mendapati Sungmin membatu di tempat.

"Apa yang kau lakukan? Kau boleh duduk, anggap saja rumah sendiri." Entah kenapa kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Kyuhyun. Padahal Sungmin termasuk orang asing dan Kyuhyun tipe orang yang tidak akan membiarkan orang asing berbuat macam-macam di tempat tinggalnya. Sepertinya pengecualian untuk Sungmin dan Kyuhyun tak bisa menjelaskan alasan pengecualian itu.

Sungmin mengangguk patuh dan mendudukkan diri di sofa, ia merinding ngeri. Kalimat Kyuhyun lebih mirip perintah di telinganya.

"Ng, Kyuhyun-ssi?" panggil Sungmin sopan.

"Apa?"

Sungmin tersentak, bingung bagaimana ingin melanjutkan sesuatu yang selalu ingin ia tanyakan. Namun karena sikap Kyuhyun yang sangat dingin, berhasil membuat Sungmin selalu menarik kembali pertanyaannya dan memutuskan diam.

Sungmin menelan liurnya susah payah. "Ng, k—kau benar-benar tidak keberatan aku tinggal di sini?" tanya Sungmin gugup.

Kening Kyuhyun mengerut saat pertanyaan ini terlontar kedua kalinya dari bibir Sungmin. "Apa pernyataanku di rumah sakit minggu lalu masih kurang jelas Sungmin-ssi? Apa kau curiga padaku?" Kyuhyun balik bertanya.

Dan pertanyaan Kyuhyun telah membuat Sungmin bergerak gelisah dalam duduknya. "B—bukan begitu. A—aku hanya—"

"—Kau takut bukan?" sela Kyuhyun cepat.

Sungmin diam, ia menundukkan kepalanya dalam tidak membantah ataupun menjawab pertanyaan Kyuhyun barusan.

Iya, Sungmin takut. Sangat-sangat takut. Jauh di dalam sikap biasa yang Sungmin tunjukan seminggu ini depan Kyuhyun itu bukan tanpa alasan, tapi karena dia takut. Dia takut ada alasan tertentu di balik kebaikan yang Kyuhyun beri. Dia takut Kyuhyun akan melakukan sesuatu yang menyakitkan atau bertindak kriminal mengingat di rumah ini nantinya akan hanya ada mereka berdua.

Tentu Sungmin harus berjaga-jaga kan? Siapa sih yang tidak curiga mendapati seseorang begitu berbaik hati menerimanya tanpa mengharuskan Sungmin membayar ataupun membalas kebaikan itu? Tapi Sungmin bukan curiga, ia hanya takut. Curiga itu terlalu berlebihan untuknya, karena itu ia lebih memilih takut sebagai arti dalam sikapnya selama ini.

Kyuhyun berdeham pelan mencairkan suasana. "Oke, memang kebaikanku menampungmu disini jauh dari kata normal karena biasanya aku tak pernah sebaik itu pada orang asing."

Sungmin tetap diam dengan kepala tertunduk. Berusaha sekuat tenaga mendengarkan semua penjelasan Kyuhyun. Ketakutannya makin bertambah menyadari kebodohannya yang bertanya seperti itu.

Kyuhyun menarik nafas dalam bersiap melanjutkan. "Kau juga pasti berpikir kenapa bisa aku sebaik ini padamu tanpa menuntut balasan. Tapi satu yang harus kau tahu, aku benar-benar serius menampungmu disini, aku tidak berniat menuntut balasan sama sekali darimu."

Kyuhyun berhenti berbicara dan itu membuat Sungmin merasa pening. Sungmin merasa bersalah, seharusnya ia tak usah bertanya. Kyuhyun tampak benar-benar serius. Tapi tetap saja Sungmin merasa aneh jika Kyuhyun bersikap sebaik itu tanpa alasan, setidaknya dia ingin Kyuhyun membuatnya seakan tidak menerima semua itu dengan cuma-cuma.

"Tapi jika maumu begitu maka aku tak bisa menolak. Kau tidak ingin merasa semua pemberianku adalah cuma-cuma bukan?"

Kyuhyun berkata seakan mengerti jalur pikiran Sungmin. Dan karena kalimat itu Sungmin segera mendongak menatap wajah Kyuhyun. Ia lalu mengangguk pelan menyetujui kata-kata Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum samar, ia mulai mengerti. Jadi ini alasan Sungmin mengapa ia sering memasang tatapan takut dan ragu di depannya? Karena Sungmin merasa tidak enak dengan kebaikan Kyuhyun yang diberikan secara cuma-cuma?

"Baiklah, aku akan memberimu pekerjaan. Hitung-hitung sebagai balasanmu atas kebaikanku. Apa kau mau? Ini kan yang kau butuhkan?" tanya Kyuhyun.

Sungmin menatap Kyuhyun dengan mata berbinar, ia mengangguk sambil mengulum senyum malu-malu, puas dengan hasil keputusan Kyuhyun sekaligus malu karena pikirannya dengan mudah ditebak begitu saja oleh pria tampan ini.

Kyuhyun terkekeh pelan, Sungmin tampak menggemaskan saat ini. "Kau bisa memasak?"

Sungmin berpikir sejenak, mengingat-ingat keterampilan apa saja yang ia miliki. Mungkin ia bisa memasak walau tidak terlalu pandai. Amnesia yang ia alami boleh parah, ia tidak mengingat masa lalu, identitas, serta keluarganya, tapi tetap tidak melupakan bagaimana keterampilan dan apa saja yang ia bisa lakukan selama ini.

"Bisa, tapi hanya sedikit." Jawab Sungmin pelan.

Kyuhyun mengangguk. "Baik, kau bisa menyediakan makan malam dan sarapan untukku. Kau juga bisa membantuku membereskan kekacauan di apartemen ini. Ah, kadang aku sering membuat apartemen ku kotor jika sedang lelah bekerja ataupun malas."

Tanpa sadar Kyuhyun membuka aibnya di depan Sungmin. Sungmin menutup mulutnya sambil terkikik kecil mendengar curhatan dari calon majikannya ini. Ternyata Kyuhyun tak semenakutkan yang ia pikirkan, Kyuhyun bisa membuatnya tertawa dengan lelucon garing itu.

"Bagaimana? Kau setuju?" tanya Kyuhyun menyembunyikan senyumnya. Ia sangat ingin tersenyum mendapati kikikan-kikikan kecil terdengar dari bibir plum Sungmin, begitu menggemaskan.

Sungmin segera menurunkan tangannya dan menatap Kyuhyun masih dengan senyuman manis yang terlukis di wajahnya. "Iya, aku setuju."

"Deal?" Kyuhyun menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan Sungmin sebagai tanda kesepakatan dalam keputusan akhir itu. Dan Sungmin tak bisa menolak untuk menjabat tangan Kyuhyun.

"Deal~" ucap Sungmin kelewat senang ditemani tawa kecil tanda menikmati perdebatan serta keputusan yang sempat terjadi di antara mereka. Hatinya kini terasa riang dan ringan, bebas dari beban serta tekanan yang biasa Sungmin rasakan ketika teringat dengan amnesia yang ia alami.

Kyuhyun benar-benar tidak bisa menahan senyumnya lagi. Semua terjadi begitu saja ketika melihat betapa manis dan menawannya wajah Sungmin. Ia ingin ikut tertawa tapi ia takut Sungmin malah takut mendengar tawanya. Dan Kyuhyun harus kembali menahan suatu perasaan mengganjal yang ia rasakan sejak awal Kyuhyun melihat Sungmin.

Kembali Kyuhyun mengingat seminggu lalu dimana ia sepakat melancarkan sebuah rencana bersama Zhoumi dan Donghae berkaitan dengan keberadaan Sungmin disini. Kyuhyun harus berakting sebisa mungkin agar ini tak ketahuan oleh Sungmin tentunya.

Hatinya ingin memberontak, ia ingin membatalkan semua rencana itu tapi tetap ia tak bisa. Ini harus berjalan sampai akhir tidak mau tahu bagaimana caranya. Zhoumi dan Donghae sudah menyerahkan semua ini kepada Kyuhyun, mereka sudah memberi kepercayaan yang sangat besar untuk menyelesaikan semuanya. Dan kini tinggal berakhir di tangan Kyuhyun hingga semua berjalan sesuai yang mereka rencanakan.

Ya, Kyuhyun sudah sepakat. Dan Kyuhyun sudah bertekad dalam hati jika ini harus berhasil.

Kyuhyun boleh tersenyum di bibir, tapi ia menyeringai dalam hati.

Sungmin sudah masuk perangkapnya, tinggal sedikit lagi hingga Sungmin benar-benar tidak bisa keluar dari perangkap ini.

'Lee Sungmin, kau sudah berhasil masuk perangkapku. Tinggal sedikit lagi, dan tunggulah sebentar hingga pada waktunya..'

.

=oO Fake Affection Oo=

.

.

TBC

.

Gatau mau dilanjut apa engga. awalnya saya gamau post di ffn gara-gara takut gabisa dilanjut. tapi yasudahlan -_- silahkan mau baca mau engga. jadi ini mau dilanjut atau delete?