Ahh! Akhirnya aku bisa menulis cerita ini. Cerita yang sangat ingin aku tulis tapi tersendat karena aku bukan seorang muslim yang tau banyak. Aku hanya ingin mencoba mengungkit permasalahan yaoi dengan Islam. Apa jadinya ya kalau seorang ketua Rohis jelas-jelas melihat adegan Kiss dari pasangan sejenis?
Aku sedikit bingung untuk menjelaskan tentang permasalahan yaoi dimata Islam. Susah sekali mencari kata-kata sopan yang mengena. Karena sesungguhnya muslim dan muslimin itu harus berkata dan bersikap sopan! Bukan kasar! Dan Islam tidak ada pemaksaan!
Nah lho! Malah jadi dakwah… *garuk-garuk*
Ya udah deh, dari pada semakin gaje, silahkan membaca ya~~ dan kalau sempat, harus sempat! tolong di review ya ^_^
-chapter 1 : Akhi Gaara-
"Assalamualaikum." Sapaan seseorang membuat langkah kaki Akamizu Gaara terpaksa berhenti sejenak dan menoleh kesumber suara.
"Waalaikumsalam. Ada apa Ukhti?" jawab Gaara begitu melihat sesosok siswi berjilbab dengan mata beningnya yang menunduk. Hyuuga Hinata.
"Sa… Sakura-chan mencari Akhi… Ka…. Katanya ada yang ingin di… di bicarakan dengan Akhi." Jelas Hinata terbata.
"Oh. Ukhti Sakura sedang ada dimana?"
"Sakura-chan me… menunggu di Mushala."
"Saya akan kesana setelah urusan yang ini selesai."
"I… iya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
.
.
.
Gaara menuju Mushala diiringi langkah kaki Inuzuka Kiba, Gaara memang sengaja mengajak Kiba bersamanya. Mereka menarik nafas panjang sebelum masuk kelorong sempit nun panjang – aih, Lebay! Sebenernya lorong itu cukup lebar dan nggak panjang-panjang amat tapi karena lorong itu dipenuhi mayoritas siswi SMA Konoha yang sibuk bergunjing disaat istirahat makanya jadi sempit - . Mereka benar-benar musti menjaga pandangan karena para siswi ini memakai rok-rok mini sepaha. Astaghfirullah! Perlu berapa kali sih kita mengingatkan mereka? Bukankah itu untuk kebaikan mereka sendiri? Sudah berkali-kali diingatkan tentang kewajiban menutup aurat plus dalil-dalil kuat, namun tetap saja mereka menutup mata dan hati mereka. Pikir Gaara dan Kiba tetap menunduk
Bukannya Gaara dan Kiba sengaja lewat lorong ini, tapi memang ini satu-satunya jalan ke Mushala.
"Assalamualaikum." Gaara dan Kiba mengucapkan salam begitu sampai di Mushala. Tampak wajah cerah ditambah lega karena sudah berhasil melewati lorong yang penuh dengan siswi-siswi rok mini. Dasar sok suci! Kalian nyari duit jatuh ya~~ masih terngiang-ngiang ledekan mereka buat ketua Rohis Ikhwan SMA Konoha ini. Ketua Rohis? Yup! Akamizu Gaara saat ini memang menjabat sebagai ketua Rohis Ikhwan.
"Waalaikumsalam." Jawab beberapa siswi dibalik hijab yang memisahkan mereka. Mungkin Haruno Sakura yang menjabat sebagai ketua Rohis Akhwat, Hyuuga Hinata, dan Tenten.
"Apa ada hal penting yang ingin ukhti bicarakan?" tanya Gaara membuka pembicaraan.
"Afwan mengganggu akhi. Tapi saya tidak yakin harus memulai dari mana."
"Yakinlah bila itu memang sebuah kebenaran."
"Begini akhi, kami ingin mengatakan sesuatu tentang kelanjutan iman di SMA kita."
"Hm? Apa ini tentang para siswi yang masih enggan menutup aurat?" kali ini giliran Kiba yang berbicara.
"Menutup aurat itu hanya masalah waktu, akhi." Tenten merasa tersinggung meskipun dia adalah anggota Rohis Akhwat dia masih belum mau menutup auratnya. Sakura tidak keberatan soal itu karena setidaknya Tenten mau sekedar memanjangkan roknya sampai melebihi lututnya.
"Afwan, ukhti."
"Kedengarannya begitu serius." Lanjut Gaara kembali ke topik awal mereka.
"Akhi…. Apa akhi ingat bagaimana kaum Nabi Luth dihancurkan? Atau bangsa Pompeii sebagai saksi bisu kemurkaan Allah swt?"
"Apa maksudnya?"
.
.
.
Gaara sudah mengganti seragamnya dengan baju dan celana putih seragam Taekwondo-nya.
"Haii! Gaara!" panggil seorang sambil melambaikan tangannya. "Wah! Ekstra kita bertambah satu anggota lagi!" seru Naruto begitu tau bahwa Gaara, sahabatnya, berniat untuk menjadi anggota Taekwondo.
"Mohon bantuannya." Ucap Gaara setelah memperkenalkan dirinya, memperkenalkan diri dihadapan para anggota adalah kewajiban bagi setiap anggota baru meski mereka sudah saling kenal.
Kenapa Gaara tiba-tiba masuk ekstrakurikuler Taekwondo? Bukankah itu malah bertolak belakang dengan image-nya yang kalem sebagai ketua Rohis? Sebenarnya Gaara bisa dibilang cukup ahli dibidang bela diri karena saat SMP dia sempat memenangkan salah satu cabang lomba kejuaraan bela diri se-Nasional. Wow? Tujuan Gaara masuk ke ekstra Taekwondo ini tidak hanya untuk mengasah lagi kemampuannya, mungkin memang ada maksud lain yang emm… dirahasiakannya dari anggota lain.
Hari ini Gaara melalui kegiatannya dengan cukup baik. Aku rasa tidak ada yang aneh dengan sikap mereka. Mata Gaara memperhatikan objek-nya dengan hati-hati. Apa mungkin Sakura-san salah lihat?
"Ada apa, Gaara-kun?" sapa seseorang yang juga sedari tadi memperhatikannya. "Sepertinya ada yang mengusik perasaan elo." Lanjut seseorang itu sambil menyibakkan rambut raven-nya yang menutupi sepasang mata hitam khas Uchiha.
"Eh, tidak."
"Ya, hari pertama memang butuh sedikit penyesuaian." Sasuke berlalu menuju Naruto yang sudah melambai padanya. Mengajak pulang.
"…."
Qiesha d' Ariaseta
Pip pip. Handphone Gaara bergetar, ada pesan masuk dari Kiba.
Assalamualaikum. Bagaimana hari ini, akhi?
Gaara berpikir sebentar. Mengingat kembali kegiatan ekstra barunya sepulang sekolah.
Waalaikumsalam. Afwan akhi, saya belum menemukan apa pun. Sebaiknya akhi Kiba jangan berpikir yang macam-macam dulu tentang sahabat kita karena mungkin saja ukhti Sakura salah lihat atau salah tanggap atas keakraban mereka.
Pip pip.
Iya, saya juga belum yakin akhi.
Gaara menarik nafas perlahan, masih belum percaya dengan hal yang didengarnya. Tapi rasanya tidak mungkin kalau Sakura berbohong.
Flash back
"Maksud ukhti… ada teman kita yang saling menyukai sesama jenis?" tanya Gaara perlahan.
"Tolong jangan bicara sembarangan, Sakura-san!"
"Sabarlah Kiba." Kata Gaara menenangkan Kiba yang masih sulit menahan emosinya.
"Afwan."
"Kalau memang akhi tidak percaya, silahkan pastikan sendiri."
"Bagaimana caranya?"
"Akhi bisa mencoba untuk menjadi anggota ekstrakurikuler Taekwondo dan…."
"Dan apa, ukhti?"
"Saya benar-benar minta maaf jika lancang, tolong perhatikan sahabat baik akhi."
Flash back end.
TOK TOK TOK
Suara ketukan membuat Gaara kembali dari lamunannya.
"Gaara…." Suara khas yang sering didengar Gaara memantul dari pintu kamarnya.
"Masuk saja." Pinta Gaara, tau siapa yang datang. Ya, sahabat baiknya. Naruto…. Yang sudah muncul dengan senyum disudut bibirnya.
"Ada apa, Naru? Tumben sekali kau datang kemari?"
"Ha? Itukah sapaan yang elo lontarkan setelah lama gue nggak maen ke sini?" Naruto menggembungkan pipinya. Pura-pura ngambek.
"Kamu kan sudah jarang datang kerumahku atau nyaris nggak pernah, ya?" goda Gaara. Wah? Ketua Rohis menggoda? Memangnya ketua Rohis tidak boleh bercanda dengan temannya? Gaara memang sedikit suka bercanda tapi candaannya garing makanya dia lebih memilih diam saja. Tapi kalau Naruto selalu tertawa meski segaring apa pun candaan Gaara, teman dekatnya.
"Ahhaha. Iya juga sih, sebenernya hari ini Kyuubi pergi dengan temannya dan hari ini pun nggak ada yang bisa datang ke rumah gue. Jadilah, pilihan terakhir gue! Mengunjungi Gaara sang ketua Rohis."
"Jangan begitu, aku adalah sahabatmu jadi jangan sungkan kalau mau main."
"Iya iya." Naruto merebahkan tubuhnya di tempat tidur Gaara.
"Gaara."
"Iya, akhi?"
"Ha? Akhi? Apaan itu?" tanya Naruto bingung.
"Ah, itu… aku kebiasaan memanggil teman-teman Rohis yang laki-laki dengan sebutan akhi."
"Oh…. Hm, hari ini gue mau nginep disini. Boleh ya, Gaar? Habis… Kyuubi pasti pulang besok." Pinta Naruto sambil memasang wajah termanisnya.
"Jangan pasang wajah begitu! Aku pasti membolehkannya kok." Kata Gaara yang langsung disambut pelukan hangat dari sahabatnya itu. "Aih~ elo tetep sahabat gue yang baik deh~~"
Tiba-tiba saja ringtone HP Naruto berdering. Naruto melepas pelukannya dan segera mengangkat telephone itu.
"Halo, Teme. Ada apa?"
"Dobe, elo tunggu dirumah, ya. Gue bisa nemenin elo malam ini."
"Nggak usah deh. Malam ini elo harus mempersiapkan presentasi untuk besok, kan? Gimana kalau sampe' membuat para manager kecewa, Tuan Muda Sasuke?" tolak Naruto kepada Sasuke yang sudah ditugaskan ayahnya untuk memimpin sebuah rapat setelah pulang sekolah, meski hanya sebuah latihan tapi dia harus tetap berusaha agar berhasil meyakinkan manager-manager kolot.
"Gue udah menyelesaikan presentasi itu, tenang saja."
"Ah, tapi gue udah sama Gaara. Malam ini gue nginep di rumahnya."
"Kalian tidur bareng?"
"Ya begitulah."
Tut…tut….
"Eh? Kok tiba-tiba diputus?"
"Ada apa, Naru?"
"Ah, tidak, tidak apa-apa." Jawab Naruto sambil merebahkan tubuhnya lagi.
"Naruto…."
"Iya, apa?" respon Naruto yang merasa disebut namanya.
"Ah, tidak…. Kamu mau tidur sekarang?" tanya Gaara mengalihkan pembicaraan yang dihindarinya.
"Iya, gue lelah banget." Ucap Naruto lalu memejamkan matanya. Gaara menatap lama wajah sahabatnya yang sudah terlelap itu. Seperti biasa. Dasar tukang tidur! Gaara menarik nafas berat. Aku tidak yakin, Naruto.
Qiesha d' Ariaseta
"Pagi, Teme!" sapa Naruto semangat sedang yang disapanya hanya duduk tak bergeming. Gaara yang mendengar suara Naruto yang baru saja datang langsung mengarahkan pandangannya kekedua objek tersebut. Maaf, Naruto, bukannya aku tidak percaya denganmu. Mereka memang satu kelas sejak kelas satu SMA tapi Gaara yang sedikit tidak mau berurusan dengan masalah orang lain, memilih diam ditempat duduknya. Jadi dia tidak tau apa saja yang sudah terjadi dikelasnya.
"Hm…. Elo kenapa? Habis dimarahi ottosan, ya?" tanya Naruto melihat Sasuke yang masih memasang wajah dingin.
"Bukan urusan elo!" jawab Sasuke ketus sambil berlalu meninggalkan teman sebangkunya yang amat sangat ribut itu, Naruto.
"Hey! Elo mau kemana? Sebentar lagi Kakashi-sensei datang!" seru Naruto. Sasuke tidak peduli dan tetap berjalan menuju keluar kelas.
"Oh, Kakashi-sensei kan selalu telat, ya." Ucap Naruto lebih untuk dirinya sendiri sebelum berlari mengejar Sasuke. "Tunggu Teme!"
.
.
"Hh… hh…. Jalan elo cepat juga, ya." Naruto ngos-ngosan setelah berhasil mengejar Sasuke yang terus melangkah ke atap sekolah.
"Elo kenapa, sih? Gue ajak ngomong kok diem aja!" seru Naruto. Kali ini dia mulai tidak sabar dengan sikap cuek Sasuke.
"Elo itu yang kenapa!" Sasuke balik menyentak Naruto.
"Teme…. Gue salah apa sih?" tanya Naruto. Wajahnya menampakkan ekspresi sedih karena dibentak dengan orang yang emm… paling di ah… dicintainya?
"Elo ngapain aja dengan Gaara semalam?" Sasuke bertanya dengan nada menuduh.
"Eh… gue Cuma nginep dirumahnya…"
"Dan tidur dikamarnya, eh?" potong Sasuke.
"Itu karena Kyuubi nggak ada!"
"Gue bisa nemenin elo!"
"Karena elo sibuk makanya gue nggak mau mengganggu elo, Teme." Ucap Naruto berusaha menenangkan amarah seseorang yang sudah menjadi kekasihnya ini.
"Elo Cuma boleh tidur dikamar gue dan asal elo tau, elo sama sekali bukan pengganggu bagi gue, Dobe." Sasuke memegang kedua bahu Naruto membawa tatapan mata bocah blondie itu kemata hitamnya.
"Gaara sahabat gue. Elo pacar gue. Jadi sudah ada tempat masing-masing untuk kalian, gue ingin elo jangan cemburu karena Cuma elo yang gue cintai." Kata Naruto sambil menatap dalam-dalam, menelusur jauh kemata raven Sasuke.
"Gue nggak mau ada yang lain dihati elo. Jangan taruh tempat lain selain gue." Sasuke memagut dagu Naruto. Menarik dagu itu untuk mendekati bibirnya dan menciumnya lembut. Sasuke menggigit bibir bawah Naruto. Naruto membuka mulutnya, mengizinkan lidah sang raven menelusuri rongga basahnya. Menghitung deretan giginya.
"Ngh… hh…" Naruto mendesah, tangannya sibuk menarik rambut belakang Sasuke. Sedang Sasuke menekan kepala belakang Naruto untuk memperdalam ciuman panjang mereka.
Saliva menggantung dibibir mereka yang sudah berjarak karena kehabisan nafas dan menggantung dibibir mereka masing-masing. Sasuke yang sudah pulih lebih dulu menghapus jejak saliva yang masih menempel dibibir kekasihnya yang berwajah semerah tomat.
"Hahh… hh… mana bisa begitu…" ucap Naruto tersengal masih berusaha mengatur nafasnya setelah ciuman tiga menitnya.
"Apa elo ingin gue juga menghapus Kyuubi dari hati gue, eh?" lanjut Naruto.
"Kalau memang itu keinginanmu." Jawab Sasuke sambil tersenyum menggoda dan kembali menarik bibir Naruto kedalam ciuman.
Sasuke menghentikan ciuman itu ditengah-tengah antusias Naruto, menjauhkan wajahnya dari wajah Naruto.
"Ada apa lagi, Teme?" tanya Naruto kesal. Sasuke melongokkan kepalanya untuk melihat ke pintu yang tertutupi tubuh Naruto.
"Elo… memata-matai kami?" bentak Sasuke, tentu bukan untuk Naruto, untuk seseorang yang berdiri tidak percaya disamping pintu.
"Gaara?" Naruto terhenyak mendapati sahabatnya yang diam-diam mengikutinya dan Sasuke.
"Dari awal gue sudah curiga dengan sikap elo yang tiba-tiba saja mau mengikuti kegiatan ekstra Taekwondo. Padahal gue sudah pernah mengajak elo dan elo tolak mentah-mentah."
"Kenapa elo berniat mengganggu hubungan gue dan Naruto?" tanya Sasuke semakin garang. Gaara hanya berdiri mematung disamping pintu. Matanya menunduk, wajahnya memerah bukan karena malu kepergok memata-matai tapi karena kecewa. Sangat kecewa pada sahabat yang sangat disayanginya seperti adiknya sendiri. Naruto.
-bersambung-
Maaf kalau benar-benar aneh dan gaje..
