"Wonnie-hyung! Kyunnie mau beli itu juga~!"

"Kyunnie sudah beli banyak. Appa dan eomma sudah menunggu kita diluar loh. Ayo! Nanti kita ditinggal!"

"Jinjja? Padahal Kyunnie mau~"

"Nanti kalau sudah kembali ke rumah, hyung belikan arraseo?"

"Jinjja? Yay! Ayo hyung! Kita kembali ke mobil!"

Siwon segera membayar belanjaannya dan Kyuhyun, tak lupa dengan belanjaan titipan dari eomma dan appa-nya. Ia segera menggandeng dongsaeng kecil satu-satunya itu yang masih berusia 6 tahun, menuju pada mobil yang sedang terparkir di pinggir jalan.

Kyuhyun dengan semangat mendorong pintu kaca minimarket, dan menarik tangan Siwon agar hyung-nya itu lebih cepat berjalan. Kalau saja Siwon tak menahan tangan dongsaengnya, sudah dipastikan Kyuhyun akan berlari-larian.

"Eomma! Appa! Kyunnie- Eh? Wonnie-hyung! Kenapa mobilnya jalan? Eomma dan appa mau meninggalkan kita ya?"

Siwon yang sedari tadi berjalan sambil melihat tingkah menggemaskan namun terkadang menyebalkan dongsaengnya itu, segera mendongak, melihat mobil berisikan orangtuanya yang sedari tadi terparkir di dekat pembatas jalan tengah melaju menuruni jalanan yang curam dengan kecepatan yang tak bisa dibilang lambat sama sekali.

Siwon terbelalak. Belanjaan yang sedari tadi tergantung di tangan kirinya terjatuh. Ia dengan segera menggendong adik kecilnya di punggung, lalu berlari secepat yang ia bisa mengejar mobil yang sedari tadi tak kunjung berhenti bergerak. Meskipun tak ada mobil lain, tetap saja mereka sedang berada di dekat puncak gunung. Dan itu berarti, jika mobil itu tak kunjung berhenti atau sekedar berbelok, akan jatuh dari tebing.

"Eomma! Appa! Hentikan mobilnya!"

Kyuhyun yang berada dalam gendongan Siwon, diam saja. Ia hanya bisa berharap hyung-nya tak jatuh saat berlarian seperti ini.

"Eomma! Appa!"

Seakan tuli, atau memang tak terdengar, mobil itu tetap tak juga melambatkan kelajuannya. Siwon yakin sekali, kedua kaca mobil itu terbuka, dan masih menampilkan appa dan eommanya yang...

Tertidur?

Gila! Tidak mungkin tertidur! Ini aneh!

"Eomma! Appa! Hentikan! Kumohon hentikkan! Di depan ada- AWASSSSS!"

BUM

DUAR

"TIDAKKKK!"

Siwon langsung jatuh terduduk dan menangis, begitu ia sampai di pinggir jalan pembatas yang kini sudah patah. Kyuhyun sendiri, langsung turun dari gendongan Siwon, menusuk-nusukkan pipi hyung-nya.

"Wonnie-hyung kenapa menangis? Kok barang-barang yang dibeli Kyunnie ditinggal? Eomma dan appa kenapa menabrak jalan dan turun ke bawah? Nanti dikejar polisi loh, soalnya eomma dan appa merusakkan jalanan." celoteh Kyuhyun polos. Siwon segera memeluk dongsaengnya erat dan menangis di pundak dongsaengnya. Kyuhyun sendiri hanya mengerjapkan matanya bingung.

"Hyung kenapa sih? Kok tiba-tiba menangis begitu?" tanya Kyuhyun yang masih tidak mengerti dengan keadaan. Siwon yang masih terisak, berusaha mengatur nafasnya. Haruskah ia memberitahukan adiknya? Tapi jika tidak tau, bukankah itu memberi harapan palsu kepada Kyuhyun?

"Eomma... hiks... appa... kita tidak akan bisa bertemu mereka hiks lagi Kyunnie-ah. Mereka hiks meninggalkan kita selamanya..."

Mata Kyuhyun mengerjap lucu mendengar pernyataan Siwon. Ia masih belum mengerti apa yang terjadi.

"Eomma dan appa meninggalkan kita sebentar kan hyung?"

"Mereka hiks meninggalkan kita hiks selamanya, Kyunnie-ah."

"Selamanya? Berarti Kyunnie tidak bisa bermain dengan eomma appa lagi? Tidak bisa jalan-jalan bersama eomma appa lagi?"

Siwon mengangguk, membuat Kyuhyun akhirnya mengerti. Matanya berkaca-kaca, menandakan ia akan menangis saat itu juga. Sebagai seorang anak kecil, meskipun tak mengerti apa-apa, namun ia masih mengerti bagaimana perasaan ditinggalkan orang terdekatnya.

"Huweeee~ eomma! Appa! Hiks. Kyunnie masih mau main dengan eomma dan appaaaa! Hiks. Mengapa eomma dan appa hiks jalan-jalan tidak mengajak Kyunnie dan Wonnie-hyung? Hiks. Huwaaaaaaa~"

Hati Siwon semakin terasa sakit, begitu melihat adiknya juga ikut menangis. Ia menangis semakin kencang, bahkan mereka lebih terdengar seperti sedang tanding suara.

Di tengah kepurukan itu, seorang lelaki paruh baya datang menghampiri mereka yang tengah menangis. Ia menepuk pucuk kepala kakak-beradik itu, membuat mereka menengadahkan kepalanya keatas. Lelaki paruh baya itu memasang wajah khawatir, dan mengusap air mata mereka.

"Kalian kenapa? Kalian tidak apa-apa?"

Sebagai anak kecil, mereka yang tak mengerti apa-apa hanya dapat menjawab pertanyaan namja itu. Masih terisak, Siwon menceritakan apa yang terjadi. Lelaki paruh baya itu berlari keatas, mengambil belanjaan Siwon yang masih tertinggal, lalu kembali lagi dan memberikannya kepada Siwon.

"Kalian ingin tinggal bersamaku?"

Siwon yang tidak mengerti apa-apa selain cara untuk bertahan hidup, mengangguk. Otomatis, Kyuhyun juga ikut bersamanya.

"Ayo naik ke mobil, ke rumah baru kalian."

Tanpa menyadari seringaian yang disembunyikan oleh namja itu.

.

.

.

.

Run Away

Author: CLA

Rated: T

Genre: Brothership, Family, Tragedy, etc

Disclaimer: Seluruh cast disini milik Tuhan dan mereka sendiri

Cast: Some of Super Junior 13+2 member. Possible for another cast.

Warning:

OOC, EYD, Typos, etc

.

.

Terinspirasi dari: 'Family ?' by 'lyELF'

.

.

.

Oh iya, bakal ada KyuSica nyempil diawal

.

.

.

.

_4 tahun kemudian_

"Appa! Kyunnie tidur ya! Selamat malam!"

"Hm"

Hanya itu jawaban yang diberikan oleh sang appa setiap Kyuhyun mengucapkan apapun, sejak kematian istrinya setahun yang lalu. Istrinya, yang berarti adalah eomma Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum miris dan menutup pintunya perlahan, lalu membaringkan tubuhnya di kasur dan menatap benda-benda glow in the dark yang tertempel di langit-langit kamarnya dan Siwon, hyung-nya.

Senyum Kyuhyun, akhirnya memudar. Wajahnya mengguratkan akan kesedihan yang begitu mendalam. Selain eommanya baru-nya yang sudah meninggal setahun lalu, ia juga tak bisa melupakan kehilangan hyung-nya 2 tahun lalu, yang katanya memilih untuk bersekolah di luar negeri.

TIN TIIIINNNN

Suara klakson mobil terdengar sampai ke dalam kamar Kyuhyun. Kyuhyun menoleh sebentar kearah jendela, lalu kembali melihat benda-benda glow in the dark yang menempel di kamarnya.

'Paling-paling hanya Jung ahjumma dan keluarganya.' pikir Kyuhyun. Bukan jadi hal yang baru jika keluarga Jung ataupun keluarga Park hampir setiap bulannya datang ke rumah ini dan menginap entah untuk hal tidak penting apa. Mengingat keluarga Park baru mengunjungi rumah ini seminggu lalu, sudah pasti yang sekarang adalah keluarga Jung. Kyuhyun tak mempedulikan hal itu. Ia kembali berkutat dengan ingatan-ingatannya yang tak pernah bisa ia lepaskan dan selalu membebaninya belakangan ini.

"Eomma! Wonnie-hyung kemana? Kok dia tidak pulang-pulang sih? Sudah lewat satu bulan!"

Wanita paruh baya itu mengusap lembut rambut Kyuhyun. "Dia... dia tidak akan kembali Kyunnie-ah." jawabnya, dengan nada suara bergetar, dan juga senyuman yang gagal dibuat-buat. Kyuhyun hanya terdiam dalam pangkuan eommanya. Meskipun ia baru berumur 8 tahun, ia tidak sebodoh itu. Ia tau ada yang aneh dengan eomma-nya.

"Kenapa tidak kembali?" tanyanya lagi. Eommanya hanya lebih memilih terdiam dan mengelus lembut rambutnya.

"Ia lebih memilih hidup di luar negeri dan tidak akan kembali ke sini." jawab sang appa dengan jelas. Kyuhyun dapat merasakan, matanya memanas sekarang. Tinggal menunggu air matanya untuk mengalir dan membasahi pipinya saja.

"Wae? Wonnie-hyung tidak ingin bertemu Kyunnie lagi kah?"

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu membuat Kyuhyun tersadar dari lamunannya. Ia segera menyandarkan dirinya di tembok, tak berniat untuk bangun membukakan pintu.

TOK TOK TOK

"Kyunnie-ah!"

"Siapa?"

"Aish! Masa kau tidak mengenal suaraku sih? Ini aku! Jessica!"

"Masuk! Jangan lupa untuk menutup dan mengunci pintunya."

KRIEEETTT

Sesosok yeoja yang lebih tua satu tahun dengan Kyuhyun, memasuki kamar lalu menutup pintu dan menguncinya. Ia lalu berjalan, ke kasur Kyuhyun, dan mendudukkan diri disebelah Kyuhyun.

"Hei. Mau kuberitahu sesuatu?"

Kyuhyun hanya terdiam saja, tak berniat menjawab. Ia masih menengadahkan kepalanya, menatap langit-langit kamar.

"Hei! Jawab aku! Kau jahat!"

"Kau yang jahat! Kenapa baru datang sekarang? Kenapa kau tidak ikut dengan keluargamu sebelumnya?" protes Kyuhyun tak terima. Jessica menempeleng kepala Kyuhyun dan tertawa.

"Oh, jadi hanya karena itu? Dasar bocah." ledeknya. Kyuhyun menggembungkan bibirnya kesal.

"Hei! Sadar diri kau hanya berbeda setahun daripada aku, noona!" protes Kyuhyun.

"Ah, sudahlah. Jangan membuatku lupa apa yang akan kubicarakan. Jadi- hmm... apa ya tadi? Aku lupa. Oh iya! Sini, aku akan membicarakannya dengan suara yang sangat kecil. Tajamkan pendengaranmu!"

Kyuhyun mengangguk, lalu semakin merapatkan dirinya dengan Jessica. Ia kesampingkan helaian rambut yang menutupi pendengarannya, agar dapat mendengar suara Jessica lebih jelas.

"Jangan sampai appa-mu tau. Ini pesan dari eomma-mu seminggu sebelum ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dia-"

"Tunggu! Kau bilang dia mengakhiri hidupnya? Jadi bukan karena kecelakaan?" sela Kyuhyun. Jessica merengut kesal karena omongannya disela seenaknya.

"Dengarkan aku dulu! Eomma-mu bunuh diri! Ia tidak kuat lagi dengan sikap appa-mu! Karena itu, ia menyampaikan semua ini kepada eomma-ku dan eomma-ku memintaku untuk menyampaikannya kepadamu."

Kyuhyun mengangguk-ngangguk tanda ia mengerti, lalu melakukan isyarat seakan ia mengunci bibirnya sendiri.

"Jadi..."

"Aku tidak menyangka tinggal setahun lagi kita akan kembali kebanjiran uang. Aku tak menyangka pekerjaan ini begitu mengasikkan. Tinggal memungut anak, lalu menjualnya kepada ilmuwan-ilmuwan itu dan BANG! Uang pun mengalir deras melalui rekening!"

Nyonya Kim menatap suaminya tidak suka. Ia tidak suka dengan semuanya. Sejak suaminya ikut mencoba kedalam dunia pebisnis gelap, manusia itu sudah mulai gila. Gila harta. Tak punya hati.

"Kalau kau mau melakukan itu lagi, jual saja dirimu kepada mereka maka uang akan lebih banyak yang mengalir dalam dompetmu!" katanya sinis dan begitu frontal. Kali ini, tuan Kim yang menatapnya tidak suka. Kalau saja ia tidak ingat yeoja di depannya adalah istrinya, pasti sudah ia lempar dengan vas bunga.

"Diam kau! Berbicara sembarangan saja! Lagipula, mereka membutuhkan anak kecil berusia 10 tahun! Bukankah kesempatan yang begitu baik untuk menghasilkan uang?"

"Kau yang diam Kim Kibum! Tidak punya hati! Belum cukup kau menjual Siwon dan membiarkannya terbunuh hah?!" balas nyonya Kim tak terima. Ini bukan masalah ia yang dibentak oleh suaminya. Ini masalah nyawa. Ini masalah perasaan. Apalagi mengingat fakta bahwa ia tak bisa memiliki seorang anak pun, membuatnya semakin mencintai Kyuhyun dan Siwon.

"Kau yang tidak punya hati! Seharusnya kau senang denganku! Aku sudah mati-matian merencanakan semuanya dari awal! Kalau tidak untuk apa aku membunuh orangtua kandung mereka dan merusak rem mobil mereka?! Hargailah sedikit usahaku dasar manusia tak berperasaan!"

Telinga dan nyonya Kim semakin panas mendengarnya. Disertai dengan lelehan air mata, ia berseru.

"Lebih baik aku mati! Dasar manusia tidak punya hati! Mulai hari ini aku akan tidur bersama Kyuhyun saja!"

"Oh, silahkan. Mungkin itu semua malah membuat rencanaku semakin lancar. HAHAHAHA."

Kyuhyun membatu begitu mendengar keseluruhan cerita Jessica. Bahkan ia tidak yakin, apa yang diceritakan Jessica adalah benar. Ini gila! Bagaimana mungkin hyung-nya... hyung-nya... tidak mungkin sudah tiada kan?

"K-kau pasti bercanda..."

"Untuk apa aku bercanda kalau sampai tidak ingin terdengar oleh appa-mu itu?" balas Jessica, masih mengutak-ngatik ponsel barunya. Iseng, ia menoleh dan...

"Eh?"

Ternyata Kyuhyun sudah menangis. Jessica yang panik, langsung mengusap air mata Kyuhyun dan memeluknya.

"Hush... jangan nangis. Kau kan namja. Besok aku akan mengajakmu ke rumah warga yang pernah melihat Siwon-hyun arraseo? Kalau matamu bengkak nanti ketahuan ahjussi loh." bisiknya. Kyuhyun melepaskan pelukan Jessica dan menghapus air matanya kasar, lalu mengangguk.

"Nah gitu dong. Ah iya. Seingatku, satu bulan lagi kau tepat berumur 10 tahun. Kumohon Kyu, tinggalkan rumah ini. Aku tidak mau kau bernasib sama dengan hyung-mu. Ahjumma dan orangtuamu juga pasti tidak menginginkan itu."

Kyuhyun mengangguk-ngangguk. Ia juga tidak bodoh. Mendengar cerita itu, tentu saja ia akan kabur secepat yang ia bisa. Tapi...

"Kalau appa memang orang yang seperti itu... bagaimana denganmu?" tanyanya khawatir. Jessica tersenyum mendengarnya.

"Aku dan keluargaku akan kabur ke Amerika. Selain kau, tidak ada yang tau. Itu rahasia oke?"

Kyuhyun mengangguk, membuat Jessica merasa puas melihatnya.

"Kapan?"

"Eh?"

"Kapan kalian berangkat?"

"Lusa jam 7 malam. Saat itu juga, pastikan kalau kau sudah kabur oke? Mungkin ini akan sedikit sulit, tapi kumohon secepat mungkin cari cara untuk kabur."

Kyuhyun kembali mengangguk.

"Karena itu, malam ini terakhir kalinya aku melihatmu. Mungkin. Setidaknya, bolehkah aku tidur disampingmu?"

Kyuhyun mengangguk. "Tentu! Aku akan sangat merindukanmu noona!"

"Aku juga akan merindukanmu evil!"

.

.

.

.

.

Seorang namja berumur 10 tahun dengan sebuah ransel besar yang digendongnya di punggung berjalan lemah tak tentu. Ia ingin sekali meminta setidaknya sedikit makanan. Ah tidak. Menemukan tempat untuk duduk saja mungkin sudah baik.

"Hei anak kecil! Jangan duduk di tangga orang seenaknya! Pergi! Kau mengganggu jalan!"

Seperti itulah respon yang ia dapat setiap ia kelelahan dan duduk di tangga pertokoan orang-orang. Demi Tuhan, dia benar-benar sudah lelah.

Mungkin kesalahan terbesar untuk kabur adalah membawa pakaian dan mainan ketimbang uang. Apalagi ia hanya makan sepotong roti tadi pagi. Dan sekarang? Langit bahkan sudah berwarna jingga kegelapan.

'Ah! Gang! Mungkin aku bisa istirahat sebentar.' pikirnya.

Dengan sisa kekuatan yang ada, ia berlari kecil dan mencari tempat terbersih di dalam gang tersebut. Ia duduk bersandar dan memeluk ransel-nya, sebagai penumpu kepalanya untuk tidur.

'Tertidur sebentar mungkin tidak apa-apa.'

Tak peduli dengan apa yang akan terjadi nantinya, ia tertidur dengan tidak nyamannya disana. Persetan dengan bagaimana hidupnya nanti, yang penting sekarang ia ingin tidur. Rencana akan melakukan apa ia nantinya mungkin bisa diurus saat ia bangun tidur nanti.

~Run Away~

DUK

"Ernghhhh"

DUK

"Bangun bocah!"

Kyuhyun, segera membuka matanya begitu mendengar adanya suara yang tak pernah ia dengar. Ia mengucek matanya, menguap, lalu mengusap paha kanannya yang baru saja ditendang.

Eh tunggu

Ditendang?

Kesadaran Kyuhyun langsung kembali sepenuhnya, mengingat ia ditendang. Ia mendongak, dan mendapati dua orang namja menatap dengan sangar nan sombong dirinya. Entah mengapa, Kyuhyun merasa ia sedang tidak aman.

"Apa yang kau lakukan disini bocah? Pergi! Ini wilayah kami!" ucap salah satu dari namja itu, dengan tatapan dan nada suara yang tak bisa dibilang ramah. Kyuhyun menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seperti mencari sesuatu, lalu berpikir sebentar.

"Hei! Setahuku jalan itu milik bersama. Lagipula, sepertinya tidak ada tanda-tanda tempat ini milik kalian." protes Kyuhyun jujur, membuat mereka geram. Namja yang berwajah lebih sangar itu, menarik Kyuhyun, memaksanya untuk berdiri, menyebabkan jatuhnya tas berisikan barang-barang entah apa itu milik Kyuhyun yang sedari tadi ia pangku.

"Hei bocah! Diam kau! Jangan sok tahu! Cepat angkat kakimu dari sini!"

Kyuhyun yang merasa tidak bersalah, menatapnya dengan tatapan menantang.

"Kalau aku tidak mau?"

"Kupastikan kau akan terbaring di rumah sakit selamanya kawan kecil." jawabnya, menyeringai. Oke, disaat seperti ini, Kyuhyun dipastikan mengkeret.

"Bagaimana? Stay here, or-"

BLETAK

"ARGH! Ya! Siapa yang berani memukul kepalaku huh?! Yunho-hyung! Kau ya?!" pekik namja itu kesakitan. Refleks, Kyuhyun pun terlepas dan segera memungut tasnya yang jatuh.

Yunho, namja yang menendang-nendang Kyuhyun tadi, menggeleng cepat, lalu menunjuk-nunjuk belakang namja itu dengan takut-takut. Namja itu menoleh dan mendapati 2 orang namja yang sedang menenteng plastik belanjaan, dan tak lupa juga, yang lebih tinggi sedang memegang tongkat baseball dengan angkuhnya.

"Or what, Kris sayang?"

Namja yang dipanggil Kris itu, memundurkan langkahnya, menyamai letak dimana Yunho berada. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, namja yang lebih kecil itu menarik Kyuhyun ke sisi-nya untuk berlindung.

"Sudah merasa menjadi preman sejati ya hmm? Mau coba tanding denganku dulu? Aku belum sempat menguji tongkat baseball ini tadi." ujar namja itu, yang sebenarnya adalah tantangan bagi setiap orang yang mendengarnya. Kris dan Yunho, menggeleng cepat. Mereka segera membungkuk berkali-kali, lalu bersiap untuk lari.

"Mi-mianhae ketua! Maafkan kami!"

Namja yang membawa tongkat baseball itu, Leeteuk, geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua preman jadi-jadian yang sedang lari terbirit-birit itu. Ia menghela nafas, lalu menepuk-nepuk pucuk kepala Kyuhyun dengan sayang.

"Kau tak apa?" tanyanya. Kyuhyun mengangguk.

"Baguslah. Kau mau ikut di rumahku? Sepertinya kau kabur." tawar Leeteuk, menunjuk ke tas yang digendong Kyuhyun. Kyuhyun terdiam sesaat, lalu mengangguk ragu.

"Baiklah, kita bicarakan semuanya di rumahku." ucap Leeteuk, "Hae! Sini plastiknya! Kau bantu saja bocah itu untuk membawa tasnya!"

"Ne~ siap hyung!" ucap namja yang lebih kecil itu, Donghae, lalu memberikan plastik belanjaan kepada Leeteuk, dan segera mendekati Kyuhyun.

"Eumm... aku Lee Donghae. Barangmu... biar kubawakan?" tawar Donghae dengan nada yang aneh. Jujur, namja ini agak ragu untuk berkomunikasi dengan Kyuhyun, mengingat ini adalah pertama kalinya mereka bertemu.

"Ti-tidak usah. Biar kubawa sendiri saja." tolak Kyuhyun halus.

"T-tapi kau sepertinya kelelahan."

"Tidak usah."

"Biar kubantu."

"Tidak usah."

"Biar kubantu."

"Tidak u-"

BRUKKKK

Kyuhyun pingsan, setelah sebelumnya merasakan rasa sakit yang sudah tidak kuat ia tahan. Donghae yang kaget, refleks merentangkan tangannya sebelum Kyuhyun terjatuh dan mencium aspal. Untung saja Donghae berada dihadapan Kyuhyun barusan.

"Yah... Hyung, dia pingsan." lapor Donghae. Leeteuk yang memperhatikan mereka sedari tadi, geleng-geleng kepala, lalu memberikan plastik belanjaan kembali kepada Donghae.

"Biar kugendong dia. Kau bawa plastik belanjaan, tongkat baseball, dan tasnya, tak masalah kan? Kalau keberatan, biar kubantu." ucap Leeteuk. Donghae menggeleng sambil tersenyum.

"Aniya! Aku tidak keberatan kok hyung! Nih kuangkat! Hap!" pamer Donghae, mengangkat seluruh barang, membuktikan kalau ia sanggup. Leeteuk yang sudah menggendong Kyuhyun di punggungnya dan berdiri, melihat Donghae sambil tertawa kecil. Lihat saja sampai kapan bocah itu akan bertahan.

"Hae! Terlalu banyak bawaan nanti kau bisa pendek loh!" canda Leeteuk. Donghae mendadak panik, lalu menatap Leeteuk, memelas. Leeteuk terkekeh, lalu menggerak-gerakkan telapak tangannya yang terbebas, meskipun terasa berat karena lengannya digunakan untuk menggendong Kyuhyun.

Donghae segera memberikan Leeteuk belanjaan yang menurutnya paling ringan. Leeteuk menatapnya penuh tanya.

"Hyung kan sudah membawa yang berat. Sekali-kali aku bawa banyak tidak apa-apalah." ucap Donghae dengan cengiran lebarnya. Leeteuk tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Ayo pulang!"

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

Author's Territory:

Huwaaaaa~

Apa ini? *lirik atas*

Jujur sih, CLA gak tau mau buat judulnya apa, jadi gitu deh u,u

Dan jangan heran kalau di FF ini ada beberapa kemiripan dengan FF-nya lyELF-ssi ya^^

See U~