Jingga dan Senja
Main Cast : Sejauh ini saya masih pake sehun, kai, sama chanyeol dulu ya, pemeran bakal nambah sepanjang alur berjalan *lol
Pairing: Kaihun?or Chanhun?
Genre : Drama, romance, slice of life
Disclaimer : saya repost cerita punyanya kak esti kinasih yang judulnya jingga dan senja, ada yang tau? Ini versi buat anak exo nya tapi.
Mau curcol dulu bentar sebelum mulai, sebenernya ini novel keren banget, Cuma sejujurnya aja ini saya bingung ganti diksi nya yang baik buat di korea gitu gimana, soalnya di novelnya itu bahasanya kurang baku dan ngomongnya "lu-gue" agak gimana gitu kan kalo orang korea ngomongnya "lu-gue" jadi saya sedikit bingung mau digimanain ubah ubah diksinya sama tata bahasanya, udah gitu ini juga nyangkut soal nama, jadi kayanya saya bakal bikin nama sehun jadi Sehun Matahari Jingga dan Kai Jingga matahari gitu, maaf banget buat yang kurang suka nantinya. Dan saya juga rada bingung mau buat sehun gs atau ngga, karena saya kurang suka gs tapi diceritanya itu cewe, bener bener bikin saya galau deh.
Part 1
Sehun meluruskan diri dengan barisan di depannya, lalu berdiri dengan tertib. Diperiksanya rok dan baju seragam, kaus kaki, sepatu, juga semua aksesori yang dipakainya. Jam tangan, anting-anting, gelang, cincin, dan ikat rambut yang semua bernuansa oranye. Setelah yakin penampilannya rapi, gadis itu tersenyum puas.
Ini upacaranya yang kedua sebagai anak SMA. Upacara kedua dalam balutan seragam putih abu-abu. Jadi ia masih patuh dan tertib, juga masih bersemangat meskipun matahari terlihat sangat terik.
Jam tujuh tepat bel berbunyi, tanda upacara akan dimulai.
Jam tujuh tepat!
Kai melompat turun dari bus yang ditumpanginya, sambil merutuki motornya yang sudah dua hari masuk bengkel dan taksi kosong yang tidak juga lewat meskipun dia sudah berdiri lebih dari setengah jam di pinggir jalan, lelaki itu berjalan dengan langkah cepat menuju gedung sekolah, meskipun dia tahu sudah terlambat. Upacara sudah dimulai. Tapi masih ada waktu kira-kira lima menit sebelum Kim Seongsaenim 'guru yang suka banget patroli ke barisan belakang setiap kelas , yang kalau sudah ngomel bisa bikin kuping sakit' sampai di kelas yang akan ditujunya. Tanpa tahu kelas sepuluh berapa, yang pasti kelas itu berada tepat di depan jeruji pagar sekolah yang bisa dicopot.
Sebenarnya Kai bisa saja menyelinap ke barisan kelasnya sendiri, meskipun kelas-kelas dua belas berbaris tepat di depan barisan para guru. Karena, datang terlambat sudah sering dilakukannya baik disengaja ataupun tidak. Tapi pagi ini dia sedang malas mendengarkan ceramah Kim seongsaenim, guru yang sangat terobsesi pada tata tertib, kepatuhan, dan keteraturan.
Apalagi di sekolah itu juga ada guru model boA Seongsaenim, yang belum laku-laku padahal umurnya 'menurut rumor yang beredar' akan menginjak lima puluh tahun. Oleh karena itu dia sering berbicara bahwa murid-muridnya sudah dianggapnya layaknya anak sendiri. Yang artinya, Park seongsaenim akan memarahi, yang menurut dia, selayaknya ibu kandung mereka di terakhir ini yang bikin murid murid Seoul High School, sebisa mungkin di luar jam pelajaran biologi, lebih baik tidak berurusan dengan Park seongsaenim, Karena menurut mereka jika Park seongsaenim sudah ngomel akan lebih cerewet, lebih heboh, dan lebih lama daripada ibu mereka di rumah. Terlebih banyak yang bilang suara boA seongsaenim juga lebih nyaring.
Menjelang mendekati pagar sekolah, Kai berjalan dengan punggung sedikit membungkuk dan berusaha tidak menimbulkan suara, langsung ke tempat yang dituju. Dengan cermat dipandanginya besi-besi jeruji pagar di depannya dan dengan cepat dia menemukan yang dicari.
Suara gemerisik semak membuat siswi-siswi yang berada di barisan belakang menoleh. Mereka tercengang mendapati seorang pria sedang menarik salah satu jeruji pagar dengan paksa, kemudian menyelinap masuk ke halaman.
"Liat apa!?" Tanya Kai galak.
Gadis-gadis itu tersentak dan seketika memalingkan kembali muka mereka ke depan. Kai menahan senyumnya. Setelah mengembalikan jeruji itu ke tempatnya, ia menyembunyikan tasnya di dalam kerimbunan asoka yang tumbuh di sepanjang tepi halaman. Kemudian dengan cepat pria itu menyelinap ke tengah barisan, berusaha mencapai bagian depan tanpa kentara.
Kebijaksanaan sekolah, laki-laki harus berbaris di bagian depan. Wanita di belakang. Alasannya, laki-laki tukang bikin ribut. Alasan yang kontan bikin semua siswa laki-laki protes keras. Wanita juga sama. Coba aja denger kalo mereka lagi ngegosip sambil cekikikan. Berisiknya malah lebih parah daripada laki-laki.
"Mundur dong!" bisik Kai ke cewek paling depan. Sehun, gadis yang berambut panjang dan penuh nuansa oranye itu, menoleh kaget dan langsung mundur selangkah. Nada otoritas dalam suara Kai membuatnya patuh tanpa sadar. Gadis-gadis yang berbaris di belakangnya terpaksa mengikuti. Kai segera mengisi tempat kosong itu.
"Thanks." Sesaat Kai menoleh ke belakang dan tersenyum. Sehun membalasnya dengan ragu.
Sepertinya pagi ini matahari sedang bersemangat melaksanakan tugasnya. Upacara baru berjalan kira-kira dua puluh menit, tapi setiap siswa yang sedang berbaris di lapangan merasa sedang berdiri persis di depan kompor yang sedang menyala.
Kai menoleh ke belakang. Dilihatnya Sehun sedang menunduk dalam-dalam, menghindari sengatan matahari sebisanya. Wajahnya sudah merah padam, sementara keringat mengalir deras di kedua pelipisnya. Kai mundur selangkah. Dihalanginya sinar matahari itu dengan tubuhnya. Sekali lagi dia menoleh ke belakang, meyakinkan diri bahwa gadis di belakangnya telah terlindungi sepenuhnya. Terkejut, Sehun mengangkat wajahnya. Ditatapnya Kai dengan pandangan bertanya. Laki-laki itu cuma tersenyum datar dan mengangkat kedua alisnya.
Jam delapan kurang sedikit, upacara bendera selesai. Gadis yang selama hampir satu jam ini telah dilindunginya dari panas matahari, Kai menatapnya sesaat kemudian pergi meninggalkan lapangan.
Pada tubuh tinggi dibalut seragam sekolah yang kini basah kuyup karena keringat, yang telah melindunginya dari panas matahari selama hampir satu jam tadi, Sehun terus menatap kepergiannya dalam ketersimaan.
Sehun memperhatikan salah satu contoh soal di buku yang terbuka di hadapannya dengan serius. Namun, keseriusan itu hanya mampu bertahan beberapa detik. Detik berikutnya pikirannya kembali melayang ke peristiwa tadi pagi.
"Tsk!" dia menggeleng keras-keras lalu mencoba kembali memusatkan perhatian pada buku di depannya. Tetapi, lagi-lagi dia hanya mampu bertahan beberapa detik dan peristiwa tadi pagi kembali mengambila alih.
"Ah sial! Kenapa aku jadi nggak bisa konsen gini?sehuna aho!" diketuk-ketuknya dahinya dengan pensil, jadi kesal sendiri.
Sekali lagi dipaksanya otaknya berkonsentrasi pada buku di depannya. Bukan apa-apa. PR matematika yang berjumlah dua puluh soal itu belum satu pun dikerjakannya. Sementara kalau mau dikerjakan di sekolah, nyontek punya temanpun, datangnya harus subuh-subuh karena pelajaran Jung Seongsaenim, guru matematika, mengatakan bahwa itu PR perkenalan makanya sengaja dia berikan dalam jumlah banyak.
"Perkenalan apanya? Ini sih PR permusuhan" dengus Sehun kesal
Awalnya berhasil. Hampir lima menit Sehun sanggup memusatkan perhatiannya pada deretan angka di depannya tanpa interupsi. Sampai kemudian tanpa dia sadari, satu pikiran menyelinap perlahan dan tercetus keluar dalam bentuk bisikan tanpa sadar.
"Tuh cowok cakep sih. tapi sayang aku tak tau nama sama kelasnya."
Sehun langsung tercengang.
"Damn!" serunya sambil bangkit berdiri. Dengan gemas dibantingnya pensil mekaniknya. ―Kok jadi mikirin dia mulu sih?
"Kacau nih!" dengan jengkel ia memukul dahinya dengan telapak tangan.
Kemudian Sehun memejamkan mata. Berusaha menenangkan diri dan mengenyahkan bayangan cowok tadi secepat mungkin. Belum lagi usaha itu membuahkan hasil, ponselnya berdering. Ada SMS masuk dari teman sebangkunya, Baekhyun.
From : Baekhyunnie
Bsk akan aku cari tau dia hun! Aku penasaran!
Tak lama masuk lagi satu SMS. Dari Kyungsoo, cewek yang duduk di belakang Baekhyun. Isinya hampir sama dengan SMS Baekhyun.
From : Kyungsoo
Huna, bsk aku mau selidiki laki-laki itu. aku pnsrn! Kau serius tak mengenalnya?
Beberapa saat kemudian masuk lagi satu SMS. Sekarang dari Jungkook.
From : Jungkookie
Sumpah huna aku pnsrn sm dia! Bsok akan aku slidiki laki-laki itu. Kau serius tak mengenalnya hun?
Sehun jadi bengong. Baru saja akan dibalasnya SMS-SMS itu, masuk lagi satu SMS baru. Yang ini dari Minseok.
From : Minseok
Dia gebetan kamu hun? Kok diem2 aja sih kamu? CERITA JUSEYOOO!
Tak lama Baekhyun kembali mengiriminya pesan.
From : Baekhyunnie
Masa sih hun kamu tak mengenalnya? Bohongkan? Blg aja kamu ngga mau ngenalin dia ke kita.
"Ih apaan sih!" Sehun berseru kesal.
"Pada nggak percayaan amat sih? Orang udah dibilang aku ngga kenal orang itu!" Sehun mengomel sambil memelototi layar ponselnya.
Tadi pagi begitu upacara selesai, Sehun memang langsung dikerumuni cewek-cewek teman sekelasnya. Dengan nada nyaris histeris mereka berebut tanya,
"Siapa, Hun!? Siapa, Hun!?" padahal jelas-jelas Sehun sedang ternganga-nganga menatap laki-laki dengan tinggi yang bias dikatakan jangkung yang berjalan meninggalkan lapangan tanpa menoleh ke belakang sama sekali itu. Yang artinya, Sehun juga tak mengenalnya.
Makanya Sehun jadi kesal dan memutuskan untuk tidak menjawab SMS beruntun dari teman-teman sekelasnya itu. Percuma, hanya akan membuang-buang pulsanya saja.
Hoaaaaaaam
Part 1 nya kelar juga ini, ini repost ya dari novel jingga dan senja nya esti kinasih, maafkan author kalau bnyak typo nya muehehehe maaf juga kalo ada beberapa bahasa yang agak aneh karna susah ya ganti bahasa gaul ke bahasa yang formal dikit, oh ya ini lanjut atau didelete aja? Review uaaaaaaaa^^^^^^^^^ salam ganteng dari istrinya chanyeol, jodohnya kai dan teman hidup sehun *kemudiandihajaexol
