ABOUT US

Sudah berkali-kali aku merasa tidak ada harapan lagi. Berpikir untuk menyerah saja disaat semuanya terasa semakin berat.

"Tangkap dia!"

"Jangan biarkan dia lolos!"

Sosok anak laki laki berumur sekitar delapan tahun tampak berlari dengan sejumput bunga berwarna merah muda dalam genggamannya. Pakaian anak itu begitu kotor, akibat debu yang menempel ketika ia jatuh untuk menghindari kejaran para pengawal istana. Ya, anak itu dengan modal kenekatan yang luar biasa telah menyusup ke dalam istana dan mencuri tanaman obat panjang umur. Ia tidak punya pilihan lain. Karena kini ia sendirian.

Ia harus menghidupi dirinya sendiri dan mencuri adalah pilihan terakhirnya disaat perutnya semakin menuntut untuk diisi.

Naruto, nama bocah itu, terus berlari tanpa tahu kalau di depannya ada sosok lain yang berdiri. Sosok dengan jubah putihnya.

BRAK!

"Aduh!" Naruto terjerembab di tanah setelah sukses menabrak orang tadi. Seseorang yang mampu membuat bocah berusia delapan tahun itu membeku. Ia tidak tahu kenapa. Hanya ada sebuah perasaan aneh yang seakan menyuruhnya untuk tetap diam. Meski telinganya jelas menangkap suara langkah penjaga istana yang semakin mendekat.

"DIA DISANA!"

"AYO CEPAT! JANGAN BIARKAN DIA LOLOS!"

Suara-suara itu semakin jelas, tapi Naruto tetap memilih untuk tinggal.

Ini aneh. Sementara otaknya memerintahkan untuk lari tapi justru hatinya membisikkan agar tetap bertahan. Ada apa sebenarnya ini?

Naruto tersentak ketika tangannya dicekal dan tubuhnya dipaksa untuk berlutut.

"Yang Mulia, dia telah lancang menyusup ke istana dan mencuri tanaman obat. Dia harus dihukum Yang Mulia."

Salah satu pengawal melapor sambil mengeratkan pegangannya pada lengan Naruto hingga membuat bocah itu meringis.

Yang Mulia? Apa orang dihadapannya ini… ah tidak mungkin.

Selama beberapa saat Naruto sibuk dengan pikirannya hinga satu suara membuatnya melepaskan segala lamunannya.

"Lepaskan dia."

Tegas dan mengandung intimidasi yang kuat.

"Tapi Yang Mulia, dia sudah-"

"Aku bilang lepaskan dia."

Pengawal itu tergagap mendegar perintah dengan bada dingin itu, perlahan cekalan di lengan Naruto terlepas dan pengawal-pengawal istana itu mohon diri dari hadapan orang yang dipanggil 'Yang Mulia' itu.

"Terima Kasih."

Lirih,

Hanya sebuah kalimat yang nyaris seperti bisikan yang mampu Naruto keluarkan setelah pengawal-pengawal tadi mulai menjauh. Ia menunduk, tak ada keberanian untuk menatap wajah penolongnya ini.

"Pergilah."

Lagi-lagi nada itu. Nada yang tidak bisa terbantah. Namun entah mendapat keberanian darimana hingga akhirnya Naruto berani mendongak. Memnadak sosok yang lebih tinggi darinya. Menatap jauh ke dalam manik sehitam malam itu.

Tiba-tiba pandangannya jatuh pada sisi jubah penolongnya yang kotor dan sobek. Seketika itu ia merasa semakin bersalah.

"Maaf Yang Mulia, gara-gara aku. Pakaian Anda jadi kotor begitu. Aku mohon maaf Yang Mulia."

Kali ini Naruto membungkuk. Sungguh ia merutuki segala kelakuannya. Namun diam-diam ada sedikit rasa syukur karena kenekatannya inilah ia bisa bertemu sosok yang begitu mengagumkan seperti Yang Mulia Uchiha Sasuke, raja Konoha.

Sedikit melirik ujung jubahnya, Sasuke akhirnya berkata, "tidak apa-apa. lebih baik sekarang kau pergi."

"Yang Mulia, mendiang ibuku pernah bilang kalau pakaian adalah hal yang paling berharga bagi wanita. Jadi Anda tidak usah khawatir, suatu hari nanti aku akan datang dan membawakan Anda baju baru. Tenang saja!"

Apa-apaan bocah ini!
dahi Sasuke berkedut kesal mendengar ucapan bocah laki-laki yang dengan lancang masuk ke istananya dan berani mencuri ramuan obat! Dan sekarang berani mengatainya perempuan! Kami-sama! Kemana larinya raut ketakutannya tadi?
Sasuke berdehem untuk mengatasi rasa kagetnya sekaligus mengendalikan diri agar tidak memukul kepala bocah ini dengan brutal dan menghilangkan wibawanya sebagai raja, "terima kasih sebelumnya, tapi aku bukan wanita."

"Eh.. itu..aduh bagaimana ya?" Naruto mengggaruk pipinya gugup. "Tentu saja aku tahu kau bukan wanita, tapi itu kata-kata mendiang ibuku, sih. Argh pokoknya kau tunggu saja. Aku akan kembali dan membawakanmu baju baru. Aku juga akan jadi lebih kuat lagi." APA!

Bocah ini gila! Kemana sopan santunnya yang tadi? Beraninya dia memanggil seorang raja dengan 'kau'? dasar bocah gila!

Sasuke membatin kesal dan Naruto masih dengan hebohnya mengoceh macam-macam. Sepertinya dia lupa berhadapan dengan siapa.

"…agar nanti aku yang akan melindungimu."

Sasuke tercekat mendengar kata-kata itu . melindunginya? Kenapa?

Pusing dengan kelaukan bocah ajaib ini, Sasuke memilih untuk segera pergi dari tempat itu. Namun samar, Naruto masih bisa menangkap suara Sang raja.

"Terserah kau saja."

Dan semuanya akan berawal dari sini.

To be continued

Naruto : Masashi Kishimoto

Blood of Judgement: Taeko Tonami.

Hola, minna. Masih ingatkah dengan saya? XP

Multichap lagi… hehehe

Gara-gara stuck dengan fic2 yg laen, akhirnya saya mencoba bikin fiv Narusasu ini deh.

Ini ceritanya saya ambil dari manganya Taeko Tonami-sensei. Ada yang pernah baca? Untuk chap awal segini dulu ya,,,,

Ripiu, plis?