stardust
jongdae/kyungsoo, fem!kyungsoo; prostitution!AU
semestinya do kyungsoo mempelajari kembali bagaimana menerima seseorang ke dalam hatinya.
multichapter / 1/? / standard disclaimer applied
p-r-o-l-o-g-u-e
"Entahlah," gadis itu mengangkat bahu, tapi ia bisa melihat dari balik rambut terurai yang menutupi matanya itu, jika sorotan sinar di sana mengandung kesedihan meski didatar-datarkan, mungkin perempuan itu adalah seorang pemain drama handal tapi tetap saja, terlalu amatir untuk menipunya. "Mungkin dia tidak tahu, tapi bagi saya dia adalah seorang dewa."
Ia tersenyum sedikit. Ada sedikit rasa yang berkecamuk di hatinya, campuran dari dengki dan rasa ingin memonopoli yang kuat, tapi sayangnya dia tidak pernah bisa, "Menurutmu, apa jadinya bila aku bilang aku ingin menjadi pengganti sosok dewa itu untukmu?"
c-h-a-p-t-e-r 1
Di salah satu ujung jalan, ada sebuah kelab malam yang berdiri seolah memisahkan diri dari bangunan lain. Desain elegan; warna didominasi coklat kayu dengan ukiran-ukiran dan lampu kuning menyelaraskan diri, tanaman-tanaman yang merambat ditumbuhkan dan memberi kesan antik. Masuk ke dalam, seratus delapan puluh derajat berbeda. Lampu disko bersinar-sinar, dan musik bising memekakkan telinga—yang seperti ini sudah biasa, setidaknya untuk gadis yang duduk di kursi tinggi bar, menopang dagu sembari memegangi segelas chianti.
Wajah gadis itu memikat, rambut sekelam malam tergerai sepanjang pantat dan wajah proporsional yang diisi dengan alis tebal yang menaungi dua mata bulat, bibirnya melengkung penuh yang membusur saat tersenyum, sayangnya saat itu tatapannya tampak kosong dan bosan. Stiletto yang ia kenakan sengaja dibentur-benturkan ke meja, hingga seorang pelayan yang menata botol-botol minuman beralkohol itu menolehkan wajah, dan menghampirinya.
"Nuna, lagi-lagi kau sendirian?" Pelayan itu menyapanya dengan senyuman yang menjadi sangat manis, menuangkan isi botol itu kembali ke gelasnya yang sudah kosong. Melihatnya membuat si gadis teringat pada gula cokelat, sebab kulitnya sedikit lebih gelap dari kebanyakan orang namun malah terlihat seksi. Gadis ini jadi sedikit merasa penasaran, mengapa ia hanya berakhir menjadi pelayan bar.
"Apa kamu melihatku bersama orang lain, Jongin." Ia tersenyum, menyodorkan gelas itu pada si pelayan yang dipanggil Jongin yang menolaknya halus. Ia jadi ingin mengulang-ulangnya: wajahnya manis, kulit memiliki rona lebih gelap yang mengingatkannya pada perunggu dan senyuman yang (secara mengejutkan) terlihat lugu. "Kamu selalu payah berbasa-basi."
Jongin mengalihkan pandangannya, tampak tersipu malu, tapi sejenak kemudian menoleh seolah teringat sesuatu. "Ah, Kyungsoo-nuna, Baekhyun-hyung tadi mencarimu."
"Baekhyun?" Mucikarinya. Tampan, tidak tinggi, berisik.
Kalau Baekhyun mencarinya, berarti ada tamu yang menyewanya. Si gadis—Do Kyungsoo —memiringkan kepala penasaran, sebab tidak banyak yang bersedia merogoh kocek dalam-dalam hanya untuk menyewanya semalam, bukan karena dia memiliki perilaku buruk atau bagaimana, tapi karena kebanyakan menganggapnya memiliki biaya mahal sebab ia adalah sebuah harta karun. Lucu, sebenarnya, hanya untuk mengobrol dengannya yang biasa berkeliaran di sekitar bar ini mereka harus membayar mahal.
"Baekhyun mungkin sedang sibuk dengan anak-anaknya yang lain," Kyungsoo berkilah. Dengan tempat prostitusi terselubung sebesar ini, Baekhyun pasti kerepotan mengurusi orang-orang. Tapi mau bagaimana lagi, baik sebagai germo maupun salesman, Do Kyungsoo pikir Baekhyun ini tanpa cacat.
Jongin mengangguk setuju, lalu mulai mengelap gelas.
Sesungguhnya Kyungsoo tahu jika ia salah tempat jika ingin menenangkan diri, namun apa boleh buat. Hidupnya selama ini hanya berkisar pada apartemen kecil yang ia sewa, bar ini, dan sesekali sebuah kamar. Fase kamar itu tidak terlalu banyak, maka dari itu kadang Kyungsoo merindukannya. Tidak salah, bukan, sebab saat di mana ia melayani nafsu seksual para kliennya hanyalah satu di antara sekian puluh.
Sudut mata Kyungsoo menangkap seseorang yang menyeruak masuk dari kerumunan orang yang sibuk berdansa. Kyungsoo jadi ingin tertawa geli, dan memanggil Jongin yang baru selesai melayani pelanggan yang lainnya dengan suara sedikit dikeraskan, peduli setan dengan orang di sekitar yang menatapnya dengan setengah ingin setengah merasa tidak mampu, "Jongin, sebaiknya kamu sembunyi sekarang."
Tadinya Jongin ingin bertanya mengapa tapi bayangan yang akhirnya bertengger manis di sebelah Kyungsoo membuatnya menyesal tidak mengerti pesan itu lebih cepat.
"Kamu jahat, memangnya aku salah apa sehingga kamu menyuruh Jongin sembunyi dariku?" Orang yang dimaksud merangkul bahu Kyungsoo yang mengangkat bahu. Sebenarnya orang ini punya wajah yang baik (satu-satunya saat di mana Kyungsoo merasa kecantikannya terancam tergeser) tapi orang ini sepertinya punya seribu satu modus di balik tingkahnya.
"Kamu kena lima puluh ribu untuk menyentuh bahuku, Chanyeol," ucapnya, menyingkirkan tangan yang bertengger di sana. "Lima puluh ribu lagi untuk tanganku yang terpaksa menyentuh tanganmu."
Pria di sebelahnya mengerucutkan bibir.
Tanpa bertanya, Jongin menyiapkan minuman yang tentu saja akan selalu ia pesan setiap ke mari dan tidak pernah gagal menebaknya. Kahlua. Entah karena apa Jongin merasa terganggu dengan keberadaan orang ini, tapi Kyungsoo selalu menemukan orang-orang ini menemukan sebuah kenyamanan di balik rasa permusuhan yang ditunjukkan oleh seorang lainnya. Orang ini hanya menghabiskan setiap malam di tempat ini dengan memandangi Jongin dengan tatapan tidak terbaca.
Kyungsoo berupaya memecah batu di antara mereka, "Jadi untuk apa kamu kemari kali ini?"
"Mengantarkan teman."
"Untuk?"
"Memandangi bokong Jongin yang seksi semalaman denganku," jawabnya cepat, dan Jongin hampir melempar botol kosong ke kepalanya, "Bercanda, untuk menyewa orang, tentu saja. Dia akhir-akhir ini terlihat sangat aneh jadi kubawa saja ke sini. Barangkali, pikirannya bisa sedikit benar."
"Lalu, kaupesankan dia siapa?"
Lelaki yang dipanggil Chanyeol itu memandangnya tanpa berkedip. "Baekhyun tidak bilang apa-apa padamu?"
Ah.
Chanyeol tertawa melihat wajahnya yang mungkin saja terlihat sangat idiot dan menyalakan rokoknya, menghirup aromanya dalam-dalam. Kyungsoo masih menunggu lanjutan kata-katanya dengan ekspresi yang tidak diubah, "Aku tidak akan menjerumuskanmu tentu saja, dia yang memilih untuk membayarmu penuh."
Kyungsoo bisa melihat netra Jongin pun berkilat dengan rasa penasaran dan rasanya tiba-tiba kurang nyaman, karena ada dua pandangan mata yang terhunjam tajam untuknya.
Seorang pria dengan kemeja putih berlengan panjang yang pas di badan dengan celana hitam datang mendekati mereka. Kalau saja tadi Chanyeol tidak berkata apa-apa, tentu ia kira pria itu adalah seorang yang suci dan mungkin mengantarkannya ke gereja terdekat. Senyumnya terlihat nakal (bukan dalam artian mesum) dan matanya berkilat-kilat, tapi wajahnya meneriakkan gambaran orang baik-baik di kepalanya.
Do Kyungsoo mengutuk Baekhyun yang tidak tahu etika dan entah di mana, setengahnya karena ia jadi merasa gugup melakukan ini sendirian. Ia juga jadi terbelah apakah harus menampar Chanyeol nanti, sebab ia yakin Chanyeol hanya ingin berduaan menggoda Jongin tanpa ia ada di dekatnya, atau berterima kasih karena apa yang ia inginkan datang juga.
Gadis itu bangkit dari kursinya, dan secara mengejutkan ia bisa berbicara dengan lancar.
A/N: ide besarnya dari draft awal di fandom touken ranbu tapi yaudahlah ganti karakter ekso sadja, toh karakterisasinya disesuaikan lagi /winkwonk aku mau berusaha ngebuang webe, makanya maksa diri bikin ini. semoga kesampaian sampe selese lolol
