Crying Rain

.

.

.

Disclaimer: Not mine, Vocaloid belong to Yamaha and Crypton

Genre: Romance, Angst

Warnings: Shonen ai, drabble, don't like dont read.

Pairing: AkaitoXKaito

.

.

.

#First time

Pertama kali Akaito bertemu dengan anak berambut biru itu adalah ketika dia kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan lalu lintas. Orang tuanya adalah anak tunggal dan keluarganya sama sekali bukan orang kaya, jadi ketika itu, Akaito yang baru berusia sepuluh tahun dimasukkan ke panti asuhan oleh petugas dinas sosial. Saat pengurus panti,pemuda ramah berambut coklat bernama Hiyama Kiyoteru mengantarkannya ke kamar yang baru, disitulah dia bertemu anak itu, anak berambut biru bertubuh mungil yang gemetaran.

"Siapa dia, Kiyoteru-san?" Akaito menatap anak itu dengan mata lebarnya, anak itu meringkuk di dekat jendela sudut kamar sambil memeluk lututnya. Matanya menatap ke luar jendela, tapi Akaito bisa melihat pandangannya yang tidak fokus.

Kiyoteru menatap anak itu dengan pandangan simpati. "Sebenarnya kami tidak tahu namanya, sebulan yang lalu kami menemukannya tergeletak di pinggir jalan, sejak saat itu, keadaannya terus seperti itu. Dia menolak berbicara dan tidak pernah meninggalkan ruangan ini, usianya memang lebih muda darimu, tapi kau berteman baiklah dengannya, Akaito-kun."

Karena tidak tahu harus mengatakan apa, Akaito hanya mengangguk pelan.

.

.

#Warmth

"Hei, siapa namamu?"

Rasanya sudah puluhan kali Akaito menanyakan hal yang sama pada teman sekamarnya itu, saat ini sudah seminggu penuh dia tinggal di kamar yang sama dengan anak berambut biru itu, dan anak itu sama sekali tidak mengatakan sepatah katapun.

Kiyoteru-san memang mengatakan padanya kalau dia harus berteman baik dengan anak itu, tapi dia sama sekali tidak tahu bagaimana caranya berteman kalau anak itu bahkan tidak mau berbicara dengannya. Atau memang dia tidak bisa bicara? Akaito hanya menghela nafas pelan dan kemudian berbaring di tempat tidurnya.

Akaito sendiri bukanlah anak yang paling ramah di dunia, orang-orang disekitarnya malah cenderung menganggapnya anak yang bermasalah. Orang tuanya sering mengabaikannya karena mereka sibuk bekerja sebagai buruh upahan di pabrik, rumah mereka tidak bisa disebut sebagai rumah, hanya sepetak bangunan kecil di daerah kumuh. Karena kondisi ekonomi, kadang orang tuanya menjadi tidak stabil, ibunya sering membawa laki-laki ke rumah mereka, dan ayahnya suka mabuk-mabukan dan memukulinya.

Akaito sering merasa dia ingin mereka menghilang saja dari hidupnya, tapi saat hal itu akhirnya terjadi, saat ini dia sendirian di dunia ini. Anak kecil berusia sepuluh tahun yang tidak mengenal siapapun, tidak mempercayai siapapun di dunia ini kecuali dirinya sendiri.

Mata merah itu terbuka lebar, mimpi buruk lagi, sama seperti sepuluh tahun hidupnya yang selalu dihantui oleh mimpi-mimpi menyeramkan. Tubuhnya dipenuhi dengan keringat dingin dan nafasnya terengah-engah. Dia memejamkan matanya, mencoba untuk menenangkan diri. Saat itu, dia tiba-tiba merasakan seseorang tengah menggenggam tangannya.

Akaito mengerjapkan matanya kebingungan, dia menoleh ke sebelah kanannya dan melihat anak berambut biru itu menatapnya. Ketika pandangan mereka bertemu, anak itu segera menunduk ketakutan.

Tapi dia tidak melepaskan tangannya meskipun dia gemetaran.

Dan saat itu Akaito merasakan hal yang sama sekali baru dalam hidupnya. Sesuatu yang membuatnya tersenyum tulus pada anak yang ada disampingnya saat ini.

.

.

#Cruel World

Dia sama sekali tidak ingat apapun tentang kehidupan awalnya selama lima tahun, yang dia tahu selama dua tahun penuh dia berkeliaran sendirian di jalanan hingga usianya tujuh tahun.

Dua tahun itu dilaluinya dengan mengamen, kabur dari polisi dan petugas dinas sosial, meminta-minta, bahkan mencopet. Hal-hal negatif yang sering dilakukan oleh para tuna wisma yang lain. Dia tidak ingat siapa orang tuanya, rumahnya sebelum ini, atau bahkan namanya sendiri. Mungkin orang tuanya sudah tidak ada di dunia ini, atau mungkin mereka menelantarkannya begitu saja. Banyak di antara anak-anak tuna wisma yang mengaku sudah dibuang oleh keluarganya karena mereka tidak mampu atau tidak mau mengurus seorang anak, mungkin dia juga ada di antaranya.

Hari itu, sama seperti hari-hari sebelumnya, dia mencari uang dengan mengumpulkan botol-botol plastik bekas. Saat itu sudah tengah hari, dia membawa uang hasil kerjanya dengan hati-hati, menoleh ke sekitarnya untuk memastikan tidak ada orang yang mengikutinya.

Sudah beberapa hari ini dia selalu diganggu oleh para preman, uang hasil kerjanya dirampas oleh mereka sehingga dia tidak bisa makan selama beberapa hari. Tubuhnya yang kecil itu sekarang hanya tinggal tulang dan kulit.

"Hei, bocah yang disana!"

Dia menoleh, hatinya mencelos seketika itu juga. Sekumpulan remaja bertampang kejam sedang menyerigai ke arahnya. Seketika itu juga dia segera berlari sekuat tenaga mecoba untuk menghindari mereka. Tapi secepat apapun dia berlari, mereka selalu berhasil mengejarnya.

"Mau ke mana kau bocah?" seorang dari mereka berhasil memojokkannya, dia yang saat itu sedang ketakutan hanya bisa memeluk semua hartanya erat-erat. Ketakutan memenuhi seluruh benaknya hingga dia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya ketika seseorang melayangkan pukulan padanya.

Beberapa menit atau beberapa jam kemudian, dia tidak tahu berapa lama waktu sudah berlalu, yang dia tahu sekujur tubuhnya seakan berteriak kesakitan. Tubuhnya mengejang pelan saat dia berusaha membalik posisi tubuh menjadi terlentang. Kesadarannya semakin lama semakin menipis, perutnya yang kelaparan sama sekali tidak membantu.

Sementara kegelapan mulai menghampirinya, otaknya terus dipenuhi pertanyaan-pertanyaan itu, pertanyaan yang tidak pernah bisa dia jawab seumur hidupnya, yang mungkin akan berakhir sebentar lagi.

'Untuk apa dia dilahirkan ke dunia ini?'

.

.

#Name

"Ah, kau sudah bangun?"

Dia membuka matanya, mata birunya menatap langsung mata merah itu. Dia tersentak ke belakang, kenapa dia bisa berada di tempat tidur anak yang lebih tua darinya itu?

Kemudian dia ingat kejadian tadi malam, dia melihat anak berambut merah itu berteriak-teriak di tempat tidurnya. Spontan, dia menghampiri anak itu dan menggenggam tangannya, sama seperti yang dia lakukan untuk anak-anak jalanan lain yang sering bermimpi buruk.

Wajahnya memerah dan kepalanya tertunduk, dia cepat-cepat menggerakkan tubuhnya menuju tempat tidurnya sendiri, tetapi tangan Akaito menggenggam lengannya erat-erat.

"Kau mau kemana?"

Dia tidak menjawab, wajahnya masih menunduk.

Akaito tidak bergeming, dia memandangnya tanpa berkedip seakan-akan sedang memastikan sesuatu.

"Apa kau takut padaku?" akhirnya Akaito bertanya.

Dia mulai mengangkat kepalanya, menatap langsung pada mata Akaito, perlahan dia menggelengkan kepalanya.

Ya, dia takut pada banyak hal di dunia yang kejam ini, dia takut pada para preman yang memukulinya, dia takut pada orang-orang dewasa yang sering memandangnya seakan-akan dia adalah sampah, dia takut pada hari esok yang akan datang, tapi dia tidak pernah takut pada anak berambut merah yang saat ini sedang menatapnya dengan sorot mata lembut dan kesepian ini.

Akaito tersenyum perlahan, "Syukurlah, aku pikir kau tidak mau mengatakan apa-apa karena aku sudah mengganggumu atau apa."

"..kan..."

"Hah?" Akaito bertanya untuk memastikan. Apa barusan anak di sampingnya ini mengatakan sesuatu?

"..bukan..., aku hanya...tidak tahu namaku...waktu kakak bertanya..."

Akaito mengerjapkan matanya, apa dia tidak salah dengar? Anak yang dia kira tidak bisa bicara itu benar-benar mengatakan sesuatu? Sementara itu mata merahnya menatap anak berambut biru yang saat ini kembali menunduk cepat-cepat, tetapi tidak sebelum Akaito menangkap wajahnya yang memerah, hampir semerah warna rambutnya sendiri.

'Manis sekali', pikir Akaito, 'pasti begini rasanya punya seorang adik'. Akaito menggelengkan kepalanya, dia kembali menatap bocah itu, sebuah ide terbesit dalam benaknya.

"Kau bilang kau tidak tahu namamu kan?"

Anak itu mengangguk.

"Bagaimana kalau aku yang akan memberikan nama untukmu?"

Anak itu menatapnya bingung.

"Hmm, aku tidak terlalu pandai dalam memikirkan nama, aku juga tidak terlalu ingat nama orang yang pernah kutemui, agak membingungkan juga sih..."

Kali ini mulut anak itu ternganga.

"Ah, karena namaku Akaito berarti yang pantas untukmu adalah...Kaito!"

"Kaito?"

"Ya, dari penggalan namaku, jadi aku tidak akan pernah lupa dengan namamu!" mata Akaito berbinar-binar, seakan idenya adalah ide paling hebat di dunia.

Tapi anak berambut biru itu tidak terlihat keberatan, karena sekarang dia punya nama. Mulai sekarang jika ada yang menanyakan namanya, dia akan bisa menjawab dengan bangga dan penuh percaya diri.

Mulai sekarang dia adalah 'Kaito'.

.

.

#Perfect Life

Hiyama Kiyoteru menatap pemandangan di depannya dengan senyum lebar tersungging dibibirnya. Anak-anak tengah bermain dengan riang gembira seakan-akan mereka adalah makhluk paling bahagia di dunia, yang agak ironis menurut Kiyoteru, karena mereka adalah anak-anak yang tidak lagi punya orang tua atau malah anak yang dibuang oleh orang tuanya sendiri. Anak-anak ini mengingatkannya pada dirinya sendiri di masa lalu, sendirian, terbuang, dan tidak tahu apa-apa tentang dunia. Sejak lulus dari panti asuhan ini, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk sebisa mungkin membantu anak-anak lain, jadi dia kembali ke tempat ini, dan berusaha memberikan apa yang hilang dari anak-anak itu.

Matanya memandang sekeliling ruangan, disalah satu sudut dia melihat dua orang remaja sedang tertawa mendengar celotehan anak-anak yang lebih muda, well, tepatnya hanya satu orang yang tertawa, satu orang lagi sedang duduk malas-malasan sambil membaca komik di samping remaja berambut biru yang tersenyum lebar. Sekali-kali kepalanya mengangguk saat remaja lain berbicara padanya, tapi terlihat jelas sekali kalau dia tidak benar-benar mendengarkan.

Kiyoteru masih ingat dengan jelas, tujuh tahun yang lalu ketika dua orang remaja ini baru masuk ke panti, Shion Akaito dan Shion Kaito. Dua orang anak yang kini sudah mulai beranjak dewasa, Akaito kini sudah berusia tujuh belas tahun, tahun depan dia akan memulai hidupnya di dunia luar sana. Dalam hati, Kiyoteru sangat bangga padanya, di sekolahnya Akaito terkenal sebagai murid yang cemerlang dan berprestasi, sekalipun sedikit bermasalah dalam perilakunya. Yah, Akaito memang bukan anak yang pandai bergaul, dia sedikit bersikap dingin dan cenderung cuek pada orang lain, perilakunya yang sarkastik tidak banyak membantu, tapi dibalik itu semua Akaito adalah anak yang baik, dan di atas itu semua dia adalah kakak yang sangat bisa diandalkan oleh adik-adiknya, terutama Kaito.

Soal Kaito, dulu Kiyoteru tidak menyangka anak itu akan bisa tertawa ceria seperti sekarang. Anak yang dulunya sangat menutup diri dan tidak mau berbicara itu kini sedang berceloteh di antara anak-anak baru di sini. Kaito sekarang sudah berusia empat belas tahun, berlawanan dengan Akaito, dia adalah anak yang populer diantara semua penghuni panti asuhan. Sifatnya yang ceria dan polos (atau kadang terlalu polos sehingga Akaito kadang menyebutnya bodoh) selalu menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada. Tawa yang riang dan tulus itu selalu menebarkan kehangatan bagi siapapun, mungkin karena itulah Akaito selalu berada didekatnya. Tapi Kaito juga bisa menjadi seperti sekarang karena Akaito juga,begitulah pikir Kiyoteru. Selama tujuh tahun di panti mereka sama sekali tidak terpisahkan, selalu saling melengkapi walaupun sifat mereka berlawanan.

Hidup seperti ini adalah kehidupan sempurna yang selalu diidamkan oleh Kiyoteru, melihat dan membimbing anak-anak itu terus tumbuh dan berkembang hingga mereka bisa menemukan jalan mereka sendiri adalah impiannya.

Kalau saja hidup seperti ini bisa terus berlangsung selamanya.

"KAITO!"

Tetapi tidak ada hidup yang sempurna, hal itu disadarinya ketika matanya menangkap pemandangan di depannya, Akaito menangkap tubuh kecil Kaito yang roboh ke belakang sementara anak-anak yang lebih kecil berteriak panik melihat kesadaran Kaito yang tiba-tiba hilang.

.

.

TBC

.

.

A/N:

Fanfict pertama yang saya buat di fandom Vocaloid. Apakah ada fans AkaitoXKaito lain di FVI ini? Soalnya fict dengan pair ini hampir ga ada, yah emang nasib saya sih yang suka sama pair langka kayak gini. Bukan cuma pair ini sih, fict dengan uke!Kaito juga jarang banget (Author ini adalah fans berat uke!Kaito).

Dan mungkin penulisan fict ini berantakan banget karena sudah lama hiatus, kalau ada kesalahan penulisan mohon saran dan kritik dari minna-san supaya bisa saya perbaiki^ ^.