The Final Quarter
Fandom : Inuyasha
Tipe : Horror
Character : Kagome & Inuyasha ( bisa berubah )
Disclamer : Rumiko Takahashi
Cerita ini merupakan, cerita ketiga Inuyashaku, setelah Will You Remember Me Again dan The Flower. Setelah ini ada satu cerita lagi. Fandom Inuyasha tipe hurt/comfort. Baiklah silahkan membaca. DONT LIKE DONT READ.
Chapter 1
Kagome memasuki apartemennya dengan perasaan letih. Ia meletakkan tas tangannya ke atas kasur, kemudian merebahkan tubuhnya. Ia baru saja akan menutup matanya sampai ia mendengar ponselnya berdering 'Kriiing'Kriiiing' Suara deringan ponsel saat itu tedengar sangat buram karena suara hujan dan menghunjam seluruh ruangan. Dengan malas Kagome merogoh tas tangannya kemudian meraih ponselnya dan membukanya.
Pada layar ponsel terlihat tanda masuk pesan dari nomer yang tidak dikenal. Dengan bingung Kagome membuka pesan itu. Ia menyipitkan matanya. Pesan tersebut berisi ['Haai namamu siapa? Namaku Inuyasha. Bolehkah aku mengenalmu?']
'Ini siapa? Inuyasha?' Kagome hanya membaca pesan tersebut kemudian menutup ponselnya. Dengan perasaan benar-benar lelah Kagome menutup matanya berusaha mengistirahatkan diri akibat dari pelajaran kuliahnya hari itu yang benar-benar menyiksa.
Keesokan harinya, Kagome terbangun dari tidurnya yang pulas karena suara deringan ponselnya yang memekakkan telinganya. Pesan masuk. Dari nomor yang sama yang ia dapat kemarin malam. Kali ini pesannya berisi. ['Bagaimana keadaanmu? Baik?'] Kini Kagome merasa aneh. Apakah orang ini temannya ði kampus atau bukan. Ia memberanikan diri untuk membalas ['Kamu siapa? Kok bisa tahu nomorku?']
Dengan perasaan gugup, Kagome menunggu balasan SMS-nya. Menit demi menit, hingga kini tepat satu jam, pesan yang ia kirim belum juga mendapat balasannya. Dengan perasaan tegang Kagome menutup ponselnya, memasukkannya ke dalam tasnya kemudian berjalan keluar apartemen. Ia berusaha menenangkan diri akibat dua peristiwa aneh yang ia alami. Ði perjalanan, sangking gugupnya ia tidak menyadari kalau ia menabrak seorang laki-laki. Berambut abu-abu. Ia mengenakan jas berwarna hitam diselimuti cipratan-cipratan cat merah. Cat tersebut tampak abstrak. Kagome tidak sempat mengucapkan maaf karena saat ia melihat kebelakang untuk meminta maaf, laki-laki itu sudah tidak ada ði sana.
Dengan malas, Kagome meletakkan kepalanya ði atas meja ði kampus. Berusaha mengistirahatkan kepala yang letih dari serbuan tugas-tugas kuliah. Tapi jauh dari itu ada yang lebih mengambil perhatian Kagome.
Tiga kejadian. Cukup ampuh untuk membuat Kagome tidak konsentrasi dalam pelajarannya ði kampus. Ia sibuk memikirkan hal-hal yang makin lama makin menghujani pikirannya. 'Kagome fokus!' Kagome berusaha memfokuskan diri. Tapi percuma makin ia memikirkannya semakin ia ketakutan. Kagome membuka diktatnya, kemudian menyimak penjelasan dosen.
Saat ia mencatat penjelasan dosen, Kagome melihat laki-laki yang ia lihat tadi pagi. 'Kagome! Kau berhalusinasi lagi!' Kagome menepuk wajahnya dengan kedua tangannya 'Tapi tunggu! Rasanya aku pernah melihat jas itu! Jas hitam dengan noda merah ði atasnya?' Kagome menggelengkan kepalanya 'Tidak! Tidak! Itu tidak mungkin!'
DAK
Dosen menggebrak meja dengan penggaris "Nona Higurashi! Anda hendak mendengarkan penjelasan saya atau tidak?" Tanya sang dosen. Kagome mengangguk, kemudian kembali mencatat 'Harus kulupakan!'.
Selama pelajaran Kagome sama sekali tidak bisa mengalihkan fokus nya pada penjelasan dosen. Pikirannya terfokus pada hal-hal aneh yang ia alami dua hari ini. Kini Kagome berada ði apartemennya, berbaring me-relax pikirannya. Lamunannya terbuayar saat ponselnya berdering. Pesan lainnya masuk. 'Dari yang tadi pagi'. Kagome membuka pesan tersebut. Isinya..
['Aku Inuyasha! Siapa namamu?'] Kagome memiringkan kepalanya kemudian memutuskan untuk membalasnya.
['Namaku Higurashi Kagome!'] Ia memencet tanda send. Ia menutup matanya dengan perasaan gugup. Satu menit... Dua menit.. Lima menit. Belum ada tanda-tanda pesan masuk. Setelah delapan menit terdengar bunyi 'KLING' Tanda pesan masuk.
'Ah.. Sudah dibalas!' Meskipun dengar perasaan takut dan gugup Kagome kembali membuka pesan itu dengan tangan bergetar.
['Ooh! Nama yang bagus! Mau jadi teman bicaraku?']
['Aku.. Tidak yakin! Aku tidak punya teman ði sini. Karena aku bisu, tidak ada yang mau berteman denganku!'] Kagome kembali mengirim pesan tersebut. Beberapa saat kemudian ada pesan masuk lagi.
['Kalau begitu, aku akan menjadi temanmu. Tapi kita hanya bisa bicara saat malam saja! Karena saat siang hari aku harus pekerja! Gimana?']
Ada sedikit perasaan senang dalam diri Kagome. Ia melupakan semua ketakutannya. Ia mengirim pesan lagi, kali ini ia mengirim pesan singkat ['Terima kasih! Aku sangat senang!']
Sejak saat itu, Kagome sering saling kirim pesan satu sama lain. Ia meluapkan seluruh kekesalannya dalam tulisan yang ia kirim pada orang bernama Inuyasha itu.
Suatu saat, Kagome ingin mengajak Inuyasha untuk bertemu, tapi Inuyasha menolak. Kagome sedikit kecewa. Karena teman online nya menolak untuk bertemu. Tapi, Kagome bukan tipe orang yang akan memaksakan. Maka dari itu, ia hanya meng-iya kan, dengan rasa kecewa.
Keesokan harinya, Kagome pergi ke kampus naik taksi. Ði perjalanan, ia melihat laki-laki berjas hitam bercak merah sedang berjalan menyebrangi zebra cross. Lampu lalu lintas menunjukkan warna merah untuk pejalan kaki. Namun tampaknya laki-laki itu tidak melihat dan terus berjalan. Taksi yang ditumpanginya melaju cukup cepat. Sesaat Kagome berteriak 'Awasss!'
CKIIT
Taksi berhenti karena Kagome memukul bahu supir taksi. Supit taksi tersebut kaget dan menghentikan laju mobil. "Apa yang anda lakukan? Itu berbahaya!" Omel sang supir geram.
'Ma.. Maaf!' Kagome mengatakannya dengan bahasa isyarat tangan. Namun sang supir tidak mengerti apa yang Kagome katakan. Karena tidak ingin ambil pusing, sang supir kembali menyetir. Tapi Kagome sudah keburu keluar dari taksi.
"Eh! Nona!" Teriaknya. Kagome berjalan menuju depan mobil. Berharap orang yang ditabrak tadi, tidak mati. Namun saat ia melihat, orang tersebut sudah tidak ada. Kagome membatu ditempat. Rasa takutnya kembali muncul. Tubuhnya gemetar. Ia merasa ada yang merambat ði punggungnya. Dengan cepat, Kagome kembali memasuki mobil dan mobil pun melesat pergi menuju kampus.
Sesampainya ði kampus, Kagome pergi menuju kelasnya - kelas IPA - kemudian membuka diktatnya dan belajar. Pukul 8.30 pelajaran dimulai. Sang dosen memasuki ruangan, dan pelajaran berjalan seperti biasa. Saat istirahat tiba, ada seorang laki-laki menghampirinya. "Mau makan bersamaku?" Ajaknya. Awalnya Kagome hanya memperhatikannya dengan perasaan takut. Ia merasa ada yang aneh dalam diri laki-laki itu. Dengan takut Kagome mengangguk. Laki-laki itu tersenyum.
Ði kantin, Kagome tidak memesan makanan apa pun karena tidak lapar. Ia hanya melamun. Saat laki-laki itu memperkenalkan diri, Kagome tersentak kaget. Satu kata yang membuatnya takut 'Inuyasha'. Bukankah itu adalah nama orang yang ia selalu ajak bicara ði ponsel? Dan katanya ia juga ke kampus itu. Selesai menghabiskan makanannya laki-laki itu mengucapkan salam kemudian pergi. Kagome berusaha menghentikannya tapi dia keburu pergi. Saat ia mengejarnya, saat belokan lorong pertama laki-laki itu sudah tidak ada. Sekarang Kagome benar-benar ketakutan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Seusai dari kantin, Kagome pergi ke kelasnya dan menghampiri seorang temannya. Kagome menulis sesuatu ði atas kertas 'Apa kau tahu seseorang yang bernama Inuyasha ði kampus ini?' Orang yang diajak bicara tampak berfikir.
"Ooh.. Inuyasha yang itu? Anak IPA?" Dengan ragu Kagome mengangguk "Kalau itu dia meninggal satu bulan lalu, karena kecelakaan mobil!" Orang tersenut menunjukkan ekspresi sedih. Kagome membekui ði tempat. 'Meninggal?' Pikir Kagome. Gadis yang diajak bicara hanya tersenyum kecil. Rasanya Kagome ingin pingsan. Tapi ada sesuatu yang menghantui pikirannya 'Kalau begitu... Yang selama ini kutemui itu siapa?'
Pelajaran jam berikutnya, Kagome meminta ijin pulang duluan karena lelah. Ia menaiki kereta menuju stasiun dekat rumahnya. Sebelum pulang ke apartemennya, ia menyempatkan diri untuk mampir ke café Lait guna menenangkan diri. Ia memesan segelas kopi, kemudian duduk di kursi paling pojok. Kagome merogoh tasnya, mengambil ponsel dan hanset dan mendengarkan lagu. Ia mendengarkan lagu Arigatou karya Ikimono Gakari. Pada awalnya ia terhanyut dalam setiap nada lagu, namun, sesat semua itu buyar saat ia melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi dan mengenakan jas hitam ber-cat merah sayatan. Tubuhnya membeku.
Ia berlari keluar dari café dan pergi menuju apartemennya. Dengan kasar, Kagome melempar tasnya ke atas kasur kemudian merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut. Ia mendengar seseorang memenggil namanya. "Kagome!" Panggilnya.
Ia membuka selimutnya. Matanya membelalakan mata. 'Dia..' Tubuhnya menegang, matanya tidak bisa dialihkan dari orang ði depannya, tangan dan kakinya membeku. "Masih ingat?" Sahutnya lagi.
'Masih! Dengan sangat jelas!' Itu adalah arti dari tatapan yang ia berikan kepadanya.
"Baguslah kalau kau masih ingat! Aku senang!" Balasnya lagi sambil tersenyum.
'Apa? Dia bisa membaca pikiranku?' Kagome semakin kaku.
"Aku tidak membaca pikiranmu. Tapi aku bisa mendengarmu!"
Kagome beranjak dari kasurnya kemudian berjalan menuju balkon. Laki-laki itu berjalan mendekati Kagome dan Kagome berjalan mundur berusaha menghindarinya. Hal itu terus berlanjut hingga Kagome terjatuh dari balkon tersebut 'KYAAAA!' Kagome berteriak dalam hati. Tubuh Kagome makin lama makin mendekati aspal. Dan akhirnya...
BRUUK
Kagome terjatuh dari lantai dua. Dari atas, laki-laki itu tersenyum licik puas melihat pemandangan ði depannya. Setelah puas, ia menghilang dibawa terpaan angin.
Keesokan harinya, saat seorang wanita paruh baya pulang dari pasar, ia melihat seorang gadis terkapar tengah jalan dengan tubuh berlumuran darah. Ði sampingnya tertera tulisan 'Tolong!' Dengan darah. Saat melihatnya wanita paruh baya tersebut langsung berteriak histeris. Sejak saat itu, setiap orang yang lewat apartemen tersebut suka mendengar dan melihat seorang gadis yang jatuh dan berteriak dari apartemen lantai dua kamar 206.
Prolog
Saat itu, Inuyasha baru saja pulang dari kampus saat ponselnya berbunyi. Ada telepon dari kekasihnya Kikyo. Baru saja ia mengangkat, wanita ði seberang sudah keburu berkicau. ['Inuyasha! Aku ingin kita bertemu ði tempat biasa! Ada yang ingin aku bicarakan!']
Baru saja ingin berbicara telepon sudah diputus. Inuyasha hanya menghela napas panjang, kemudian mencari taksi untuk pergi ke taman tempat biasa ia bersama Kikyo menghabiskan waktu bersama.
Sesampainya ði taman ia melihat Kikyo berdiri bertopang dagu ði salah satu pagar taman depan danau. "Kikyo!" Panggilnya. Awalnya Kikyo hanya menengok. Saat tahu siapa yang memanggilnya ia langsung berbalik tanpa berkata apa pun. "Ada apa-" Belum sempat berbicara, Kikyo menyela.
"Kita putus!" Katanya singkat.
"Eh?" Inuyasha langsung berhenti berjalan.
"Kukatakan kita putus! Aku tidak bisa lagi bersama denganmu! Aku mencintai orang lain!" Kikyo langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Inuyasha masih berdiam ði tempat. Beberapa saat kemudian Inuyasha langsung berjalan pergi keluar taman dan mencari taksi dengan perasaan kesal.
Ði jalan, Inuyasha mengambil sedikit istirahat dengan tidur sejenak menenangkan diri dari gangguan otak. Baru saja hendak menutup mata saat ia mendengar, dari arah berlawanan ada bunyi klakson mobil. Taksi yang ditumpanginya oleng. Pada akhirnya terjadi tabrakan antara truk furniture dan taksi.
Mobil taksi terbalik dan truk miring. Inuyasha sempat sadar sejenak dan melihat ada seorang gadis menghampirinya. Saat ia lihat wanita itu mirip mantan kekasihnya. Kikyo. Gadis itu melihatnya dengan wajah khawatir. Sebelum ia memejamkan matanya ia memutuskan untuk membalas dendam pada gadis itu.
OWARI
Gimana minna-saaaaan. bagus? Nanti di chapter dua akan lebih ekstrim lagi! silahkan ditunggu!
