My Teacher, My Knight
A BTS Fanfiction
Warning!
BxB, Top!Tae, Bot!Kook
Pairing :
VKook, YoonMin, Namjin, Hoseok and (?)
Genre :
Romance, School-life, Comedy
Rate :
T
Length :
Chaptered/Series
Summary :
Guru olahraga Jungkook yang baru itu kaku sekali bagaikan papan kayu, selain itu ia selalu merepotkan Jungkook setiap kali ada kesempatan. Namun suatu perjamuan makan bersama teman orang tua Jungkook mempertemukan mereka dalam kondisi yang tidak masuk akal. Apakah Jungkook dapat keluar dari sana atau malah terlibat masalah berbelit dengan sang guru? Apalagi ketika masalahnya melibatkan masa depan keduanya.
NOTE : Aku ganti karakter Jimin jadi orang lain yaa. Soalnya peran Jimin bakal dibutuhin nanti dan cukup penting, maaf atas kesalahannya ya.
"Jungkook-ah!"
Jungkook menoleh, mendapati Bambam sedang memanggilnya. Ia menaikkan alis, heran melihat Bambam yang terburu-buru menghampirinya.
"Kenapa kau lama sekali ganti bajunya? Cepat sedikit! Guru olahraga sudah datang!"
"Ada apa memangnya? Yoo Ssaem biasanya tidak masalah jika kita terlambat sedikit?"
Bambam memutar bola matanya kesal.
"Kau tidak ingat Yoo Ssaem dipindah tugaskan? Kali ini guru baru sudah datang, dan ia benar-benar disiplin. Aku kemari karena ia sendiri yang menyuruhku memanggilmu, cepatlah! Atau ia akan menghukummu lari 10 putaran!"
Jungkook membelalakkan matanya.
"Sialan! Kau serius? Kenapa tidak bilang dari tadi sih!"
Dengan segera Jungkook berlari dari loker ruang ganti laki-laki ke lapangan. Ia sungguh tidak mau berlari 10 putaran. Sinting sekali gurunya itu! Lapangan basket multifungsi itu besar sekali, bisa-bisa Jungkook tidak mampu berjalan pulang.
Bambam dan Jungkook hadir tepat ketika sang guru usai memperkenalkan diri. Tubuh yang tegap dan atletis itu sedang mengamati muridnya satu persatu dan menghitung kembali jumlah keseluruhan mereka. Berbondong-bondong lelaki itu diserbu oleh pertanyaan.
"Bapak! Aku panggil kakak aja dong ya? Please? Bapak kan masih muda!"
"Ssaem, udah punya pacar belom?"
"Ssaem? Boleh minta nomor teleponnya? Anu, untuk tanya tugas kok!"
"Ssaem rumahnya di mana?"
"Sonsaengnim kok ganteng kayak V BTS!? Mau jadi pacarku gak Ssaem?"
Dan masih banyak lagi. Sang guru muda hanya menggelengkan kepala melihat perilaku anak zaman sekarang. Pada masanya dulu guru betul-betul tegas hingga seluruh murid bahkan tidak berani menanyakan hal-hal aneh seperti yang ditanyakan anak-anak tadi.
Sang guru muda menoleh, mendapati Jungkook dan Bambam yang terengah-engah sehabis berlari. Mata elangnya menatap Jungkook tajam. Guru itu mengisyaratkan Bambam untuk duduk. Jungkook yang ditatap hanya diam saja. Kini seluruh perhatian tertuju padanya dan ia mengumpat dalam hati. Ia benci perhatian, dan guru di hadapannya ini hanya memperhatikannya dengan diam juga. Para siswa tidak kunjung berhenti berceloteh, sampai setelah beberapa menit mendapati sang guru hanya terdiam dengan Jungkook yang masih mengatur nafasnya, mereka sadar bahwa mereka seharusnya ikut diam.
"Sudah selesai kalian bicaranya?" kata sang guru dengan deep voicenya yang beraura dominan dan tegas.
Seluruh murid terdiam, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan retorik itu.
Pandangannya beralih untuk kedua kalinya pada seorang murid yang terlambat yang kini berdiri di sisinya. Guru muda tersebut melipat kedua tangan di dada, lalu mengetuk-ketukkan kakinya pada lantai lapangan, membuat suara gema yang samar karena hanya kelas itulah yang berolahraga saat ini.
"Siapa namamu?"
Jungkook menjawab dengan setengah ragu, "J-jeon Jungkook, Ssaem."
Sang guru berjalan mengitari Jungkook sambil melontarkan berbagai pertanyaan, membuat Jungkook gugup setengah mati (walaupun dalam hati ia telah mengucapkan berbagai sumpah serapah pada pria di hadapannya ini, sambil membayangkan ia melakukan aksi taekwondo ke guru tersebut).
"Kenapa kau terlambat? Setidaknya kau harus memiliki alasan bagus agar saya tidak menghukum kamu di jam pelajaran saya ini."
"Aku terlambat keluar kelas, Ssaem. Kurasa aku terlalu banyak menghabiskan waktu di kamar ganti tadi."
Mata sang guru menyipit tidak suka pada penggunaan kata 'aku' yang diucapkan murid-muridnya padanya. Mana sopan santun mereka? Apalagi mendengar alasan Jungkook yang kurang kuat, membuat ia memutar bola matanya malas sembari menghela napas.
"Kau tahu tidak Jeon?
Kau telah membuat saya menyia-nyiakan waktu pelajaran saya selama dua puluh lima menit empat puluh detik. Dan bagaimanapun juga kau berakhir dihukum lari keliling lapangan ini 10 kali putaran, jika kau belum selesai pada mata pelajaran saya, kau tidak boleh mengikuti mata pelajaran selanjutnya. Lalu pulang temui saya di kantor guru."
Jungkook membulatkan matanya. Ia begitu Jungshook. Bloody hell?! Selain 10 kali putaran, ia harus menemui pemuda sok berwibawa dan kebapakan ini setelah pulang sekolah? Hell no. Ia akan terlambat untuk mengikuti bus terakhir dari terminal depan sekolah dan harus berjalan pulang selama 1 jam sampai rumah. Gila. Ini tidak boleh terjadi.
"Apa? Aku cuma terlambat sebentar! Kenapa harus dihukum sampai sebegitunya? Ssaem tidak tahu lapangan ini luas sekali?"
"Saya bisa melihat dengan jelas Jeon. Saya tidak buta, lagipula ini cuma lapangan sekolah biasa kan, tidak ada penolakan. Lakukan sekarang atau saya tambah hukumanmu."
Jungkook mendengus dengan kesal, ia menggembungkan pipinya dan mulai berjalan keliling lapangan sambil menggumamkan makian pada guru tersebut.
"Dasar guru sialan, masih muda sok berwibawa sekali. Dia kira kakiku gak bakal capek apa?! Mana ngomongnya kaku banget pakek saya saya gitu, cih!"
"Jeon Jungkook saya bisa mendengarmu! Dan lari jangan berjalan saja! Saya tambahkan 10 putaran lagi!"
"HAISH! IYA IYA!"
Jungkook benar-benar lelah. Ia berjalan lunglai menuju kantor guru. Ia tidak mengerti kenapa guru muda itu, yang baru saja ia ketahui bernama Kim Taehyung, menghukumnya sebegini berat. Ia merasa ia tidak melakukan suatu kesalahan yang fatal. Jungkook berakhir tidak mengikuti mata pelajaran matematika setelahnya karena ia harus berlari sepuluh putaran lagi. Bambam sudah menawarkan bantuan untuk mengantarnya sampai ke ruang guru, tetapi Jungkook menolak. Ia tahu Bambam sudah ditunggu oleh kekasihnya itu, Kim Yugyeom. Setiap hari Bambam memang diantar jemput oleh kekasihnya yang merupakan mahasiswa di Seoul National University itu. Entah bagaimana awalnya Bambam mengenal Yugyeom, Jungkook tidak pernah tahu. Hanya saja ia tidak ingin sahabatnya mendapat amukan sang kekasih, maka kini ia berjalan sendiri ke koridor sepi itu.
Banyak guru yang sudah pulang, mereka tidak suka tinggal di sekolah terlalu lama, entah mengapa. Mungkin karena sekolah Jungkook terkenal lumayan angker, Jungkook sendiri tidak pernah tinggal sampai malam di sekolahnya. Bahkan kegiatan ekstrakurikuler harus selesai tidak boleh melebihi pukul 6 sore. Jungkook mengetuk pintu ruang guru perlahan, tidak ada jawaban. Maka ia membuka pintunya perlahan dan kosong. Tidak ada satu orangpun di dalam ruangan itu. Jungkook menoleh ke kanan dan kiri, dicarinya rambut coklat kepirangan yang siapa tahu menyembul dari balik sekat pembatas meja guru. Tidak ada. Jungkook kebingungan, baru saja ia berbalik untuk pulang, dan wajahnya bertubrukan dengan dada yang tegap dan bau wangi maskulin yang menguar dari seseorang di hadapannya.
Jungkook kaget setengah mati dan hampir berteriak, kalau saja ia tidak mendongak dan mendapati wajah guru muda itu.
"Kim Ssaem?! Aish kau mengagetkanku saja."
"Saya baru kembali dari kantin membeli kopi, maaf sedikit terlambat Jeon. Ayo ikut ke ruangan saya."
Kedua pemuda itu berjalan beriringan menuju sebuah ruangan yang terlihat begitu pribadi, tidak untuk umum. Jungkook memandangi pintu maroon itu heran. Terdapat nama Kim Taehyung terpampang di muka. Gurunya itu mengeluarkan sebuah kunci, lalu membuka pintunya dengan bunyi klek, dan menyalakan lampunya. Tanpa disangka Jungkook, suhu ruangan itu cukup dingin karena AC yang menyala, dan bau lilin aromaterapi yang menggelitik hidung Jungkook. Baunya menyengat, namun ia tidak merasa pusing atau mual, tetapi sungguh menciptakan rasa nyaman.
Kantor pribadi Taehyung Ssaem terlihat bagaikan kantor bos besar atau CEO yang biasanya muncul di drama-drama. Dengan warna coklat tua, hitam, dan emas yang begitu elegan, mencirikan Taehyung sekali. Terdapat sofa yang cukup besar dan lebar di sisi ruangan, dengan rak buku di belakangnya. Jungkook terkejut-kejut melihatnya.
"Silahkan duduk Jeon." ucap sang guru.
Dengan gugup, Jungkook duduk di sofa seperti yang diarahkan gurunya. Mata bulatnya masih meneliti seluruh isi ruangan sampai ia tidak sadar, guru itu duduk tepat di sisinya.
"Kau suka dengan ruanganku, Jeon?"
Lagi-lagi Jungkook dibuat terkejut oleh pria di hadapannya ini, lagipula apa itu 'ruanganku'? Sejak kapan gurunya ini menjadi sedikit tidak kaku padanya? Jungkook menggeserkan pantatnya agar ia tidak duduk begitu dekat dengan pria tampan dihadapannya ini alias gurunya. Tunggu, pria tampan? Sepertinya otak Jungkook sedang korslet. Ia berdeham sedikit, lalu mulai membuka pembicaraan.
"Jadi maksud Ssaem mengundangku ke sini apa? Kalau tidak ada keperluan penting aku pulang saja."
Taehyung terdiam cukup lama, membuat Jungkook heran. Lalu dengan segera ia beranjak dari sofa bergegas untuk pulang. Tetapi Taehyung menggenggam pergelangan tangannya erat, menahannya untuk tetap tinggal.
"Ada suatu hal penting yang ingin kubicarakan." lalu terdapat jeda yang cukup panjang sebelum Taehyung berbicara lagi.
"Ah- aku hanya ingin meminta maaf soal tadi, aku tahu pasti kakimu sakit sekali Jeon, mau kupijat?"
Makian lagi-lagi keluar dari mulut Jungkook. Ia betul-betul ketinggalan bus dan harus berjalan 1 jam hingga sampai rumah. Ini semua karena gurunya yang tidak segera berbicara dan malah melakukan praktek pijat. Ia kesal sekali. Jika hanya ingin meminta maaf, seharusnya tak perlu mengundangnya sampai seperti itu. Bukankah bisa dilakukan besok saat di sekolah?! Sungguh waktu yang teramat sia-sia menurut Jungkook.
Tetapi ia tidak berbohong bahwa gurunya itu pintar sekali memijat, pipinya saja sampai memerah bagai tomat dan jantungnya berdegup kencang karena malu. Untungnya sang guru sedang berfokus memijat pahanya jadi tidak melihat wajah Jungkook. Sungguhkah ia hanya malu? Atau ada perasaan lain yang menyelinap? Gurunya memang tampan, hanya terpaut 6 tahun darinya, postur tubuhnya atletis sekali dikombinasikan dengan kulit berwarna tan yang akan sangat seksi jika ia berkeringat. Bayangkan saja peluh yang mengalir di lekukan otot bisep yang terlihat kokoh, apalagi jika benar perutnya terdapat kotak-kotak—
Jungkook menampar dirinya sendiri.
Apakah dia baru saja memikirkan hal-hal kotor tentang gurunya itu? Sadarlah Jeon Jungkook, ia menyiksamu di hari pertama kalian bertemu. Jangan berharap banyak.
Kini ia memfokuskan diri untuk berjalan melewati kegelapan malam Seoul. Matanya berkaca-kaca, ingin menangis. Kakinya masih sakit sekali walaupun sudah dipijat oleh gurunya. Ia berjalan begitu pelan, tanpa sadar klakson mobil berbunyi nyaring dibelakangnya.
"Jeon Jungkook!"
Merasa terpanggil, Jungkook menoleh, mendapati sang guru mengendarai Alfa Romeo 4c berwarna merah perlahan mendekatinya.
Jungkook malas menanggapi sang guru dan lanjut berjalan, ketika tiba-tiba mobil itu berhenti dan Taehyung mengejarnya, menariknya masuk ke kursi penumpang, memasangkan seatbelt lalu membawanya pulang. Jungkook begitu lelah, ia malas protes dan hanya terdiam di sepanjang perjalanan. Tanpa terasa ia telah berada di depan rumah. Panggilan Taehyung menyadarkannya.
"Jeon, kita sudah sampai."
Jungkook melirik rumahnya dengan mata yang sayu. Ia begitu mengantuk. Ia hanya menganggukkan kepala saat Taehyung membantunya keluar dari mobil, menggiringnya ke hadapan pintu rumah dan menyerahkan Jungkook pada sang ibu. Bahkan ketika Jungkook telah masuk ke dekapan ibunya, ia sudah memejamkan mata, dan mungkin berjalan sambil tidur ke kamarnya. Ia tidak peduli lagi, ia begitu lelah. Yang ia inginkan sekarang hanyalah tidur di kasur empuknya yang nyaman.
.
.
.
TBC
Hallo all! Terimakasih yang sudah mau membaca. I love you :*
Kalo rada geli sama bahasanya ya gapapa jangan dibaca lagi, tapi aku apresiasi banget kalian yang mau baca walaupun cuma chapter 1 nya aja.
I know ini tema ceritanya lumayan mainstream, tapi serius bukan bermaksud mencontoh karya lain atau memplagiatnya, ini ide muncul dari pengalaman pribadi :") Semoga bisa berbeda dari cerita yang AU nya guru dan murid lainnya ya.
Jadi, sebetulnya, cerita ini terpikirkan ketika aku pribadi sedang memandangi wajah guru olahragaku yang emang masih muda karena saat itu lagi memperhatikan materi yang disampaikan oleh beliau. Asli, beliau kaku banget untuk ukuran anak muda, gualak buanget, pokoknya tata krama nomor 1, begitu kalian kurang sopan beliau wajahnya langsung mencerminkan banget ketidak sukaan gitu gaes. Tapi aku gak jatuh cinta sama beliau kok haha! Cuma beliau menginspirasi aja gitu.
Jadi beliau ini 95L juga kayak Taehyung. Badannya jujur bagus banget, cuma kurang tinggi aja. Asik lah pokoknya hahaha, wajahnya b aja sih sebenernya, kalo seganteng Taehyung tentu udah kugebet :") beliau ini guru baru yang ngajar di SMAku baru 1 semester, tp aslinya orangnya baik sih, bukannya aku having crush on him cuma aku respek dan kagum aja sama attitude beliau yang gigih menanamkan tata krama, sopan santun, dan arti penting dari pendidikan jasmani yang sebenarnya. Bukan cuma asal-asalan main bola tinggal tendang gol, atau shoot bola basket asal-asalan, beliau beneran berniat mengajarkan satu persatu langkah dengan detail dan membantu tiap murid dengan kelemahan yang berbeda-beda, membantu mengurangi ketakutan mereka dengan bola atau air atau apalah. Ajib pokoknya lah :"
Jadi begitulah asal mulanya, aku jadi kepikiran gimana kalo taehyung jadi guru olahraga yang kayak guruku itu hahaha. Malah cerita panjang banget yah. Sorry! Tapi untuk yang sudah menyimak detil kisahku sampai di kalimat ini, terimakasih sekali telah menghargai author note yang sudah mirip cerpen ini.
I love you XD
