Summary: 'Ini tak seharusnya terjadi… Kalau saja kami memperhatikan lebih baik…' pikir Sakura saat sebilah pedang menghunus jantungnya. Two-shot special for Halloween!

Warning: OOC. Character death.

Ini cerita special buat menyambut Halloween. Enjoy!

THE WRONG DECISION

(NOTICE THE SIGN, OR DEATH!)

Sakura berlari melewati atap-atap kota mati itu dengan ekspresi horror di wajahnya. Dia mengenakan ikat kepala Yamato di kepalanya. Dia menyimpan buku sketsa dan buku gambar Sai di dalam tasnya, disebelah buku novel Kakashi. Dan di tangan kirinya, masih berlumuran darah, kalung berwarna biru, yang serasi dengan mata pemilik sebelumnya, tergenggam.

Dia sedikit terisak saat berlari. 'Kakashi-sensei, Yamato-Taichou, Sai… Naruto…' dia mengusap air mata yang mengalir di pipinya. 'Kumohon, seseorang tolong aku!'

Flashback…

Sakura melemaskan tubuhnya yang kaku di bawah pohon besar di tempat latihan no. 13, tempat tim 7 biasa berkumpul dan berlatih. Namun, dia datang tidak untuk berlatih. Dia hanya datang untuk bertemu dengan teman-temannya, dan membaca buku yang belum sempat dibacanya, semenjak pekerjaan di rumah sakit bertambah banyak setelah invasi Pein ke desa Konoha. Dia, setelah bekerja selama 4 bulan setiap harinya, akhirnya mendapatkan libur selama 2 minggu penuh.

Naruto dan Sai kini sedang berlatih Genjutsu. Sai yang cukup andal dalam hal itu sedang memperdalam kemampuan Naruto yang sebenarnya sangat rendah dalam Genjutsu. Kakashi dan Yamato berlatih Taijutsu. Kakashi berkata dia membutuhkan latihan, karena tubuhnya mulai kaku semenjak dia tidak lagi menjadi ANBU.

Sakura, yang selalu berlatih bertarung bersama Tsunade dan memperdalam latihan penyembuhannya lewat pekerjaannya di rumah sakit, lebih jarang berlatih sendiri. Naruto mendekati Sakura bersama sisa tim mereka setelah mereka selesai berlatih. "Sakura-chan, kamu sedang baca apa?"

Sakura menunjukkan sampulnya. Disana tertulis 'Mystical Creature'. Naruto tertawa gugup. Topic hantu dan sebagainya selalu menjadi titik lemahnya. "Ini cukup menarik… Buku ini berisi informasi tentang makhluk-makhluk itu, ditulis secara mendetil, seakan memberi tahu kita cara mengenali dan mengatasi makhluk tersebut. Seakan-akan mereka semua yang berada di buku ini nyata…" Sakura berkata.

Naruto mulai berkeringat dingin. "Ta-tapi itu tidak nyata, kan? Maksudku, tak mungkin hantu, manusia serigala, dan yang lainnya nyata, kan?" Dia berbicara dengan nada ceria yang dipaksakan.

Kakashi melihat buku itu. "Aku tidak tahu tentang manusia serigala atau hantu… Tapi Dracula, atau vampire itu ada. Setidaknya, dalam semua sejarah di setiap belahan dunia. Di Negara elemental sendiri, legenda vampire ada di seluruh Negara. Beberapa bahkan menjadi kultur yang tetap dipegang, seperti di Ton no Kuni (Negara tebing), dekat Iwa, ada kebiasaan memasak dan menghiasi seluruh rumah dengan bawang putih.

Dan penduduk disana membersihkan seluruh rumah mereka menggunakan 'air suci', yang didapat dari tempat ibadah mereka. Dikatakan semua hal itu dilakukan demi menjauhkan 'life stealer', setan yang membunuh banyak orang disana dahulu. Setan itu suka meninggalkan korbannya dalam keadaan kering, TANPA setetes darah tersisa dari tubuhnya." Kakashi bercerita. Naruto berlari ketakutan.

Sakura tertawa. "Dasar… Masih saja takut akan hal semacam ini… Kakashi sensei juga, jangan menjadikan urban legend setempat untuk menakuti orang, dong. Nanti kena getahnya lho." Kakashi hanya tersenyum dan mulai membaca novel Icha-icha nya.

Sai bertanya pada Sakura dengan ekspresi bingung. "Kalau kamu tidak percaya, kenapa kamu membaca buku itu?" Sakura hanya tertawa kecil.

"Aku suka melihat hal-hal dalam sudut padang berbeda. Dan lagi, aku suka sesuatu yang disusun seakan itu laporan ilmiah atau didasarkan pada penelitian. Buku ini menyediakan keduanya. Jadi, aku membacanya." Jawabnya. Gadis berumur 15 tahun itu lalu berdiri.

Mereka akan meninggalkan tempat itu saat mata emerald Sakura melihat sesosok anak kecil, sekitar 11-12 tahun, berjalan terhuyung di timpa sinar mentari sore. Sebagai seorang tenaga medis terlatih, dia langsung menyadari bahwa anak itu kelelahan dan dalam kondisi lemah. Dia segera menagkap anak itu saat dia akan terjatuh. Dia menyadari nadinya melemah dan tubuhnya menjadi dingin.

Dia menengok kea rah gurunya. Kakashi segera mengangguk dan mengambil alih tubuh anak itu. Naruto yang kembali bersama Sai pun segera berlari menuju gedung Hokage bersama Yamato. Mereka bertiga segera berlari menuju rumah sakit.

"Kau sudah menemukannya?" suara seorang lelaki di speaker alat komunikasi itu terdengar.

Dua lelaki yang mendengarkan segera menjawabnya. Seorang memberi isyarat, sementara yang seorang lagi mengambil mike. "Belum, ketua. Kami berhasil memojokkannya, tetapi dia berhasil kabur."

Lelaki di seberang alat komunikasi terdiam. "…Apa di sekitar tempatnya kabur ada pemukiman penduduk?"

Lelaki itu kembali menjawab sesuai instruksi lelaki yang satunya. "Ada beberapa. Kita harus memulai darimana? Tak mungkin menunggu sampai ada pembantaian besar-besaran, kan?"

Lelaki di seberang menjawab. "Mulai mencari di tempat yang pernah menjadi tempat banyak orang mati atau bekas tempat pertarungan beberapa waktu sebelumnya. Dia pasti terpancing bau darah yang mongering."

Lelaki yang memberi isyarat itu menahan napasnya. Dia mengepalkan tangannya. "Baik, kami akan mencari mulai dari sana," Dia lalu mematikan alat komunikasi itu. Lelaki besar itu lalu membereskan lat tersebut. Dia kemudian memandang partnernya yang kini memandang ke arah hutan. "Jadi, kita pergi ke sana? Apa tidak apa-apa?"

Lelaki itu menatapnya dengan mata merahnya yang bersinar. Dia menyerahkan pedang besar yang tergulung perban kepada lelaki esar itu "Tidak apa. Kita akan menuju Konoha sesegera mungkin."

Sakura kini duduk di kursi tunggu di lobi rumah sakit. Dia memikirkan kondisi anak yang dia temukan. 'Aneh… Dia terlalu pucat dan dingin untuk anak yang hanya mengalami malnutrisi ringan… Dan lagi, detak jantungnya barusan terhenti, dan aku juga tidak mendengar tarikan napasnya selama dua menit. Dia tidak mati suri, tapi kenapa?' Dia menghela napas panjang, lalu meletakkan kepalanya di sandaran kursi berlengan empuk yang terjejer di lobi rumah sakit itu.

Dia lalu menggelangkan kepalanya. 'Apa yang kupikirkan? Aku hanya salah kira, tak ada yang semacam itu… Aku hanya terlalu capek… Yah, mandi di onsen dan tidur nyenyak cukup untuk membuatku segar kembali besok.' Dia lalu meregangkan tubuhnya, dan melenggang pergi.

Dia sedang berjalan saat teman-temannya dari rookie 12 menghampirinya. Mereka lalu makan bersama, dan Sakura mendapat teman mandi di onsen Konoha malam itu. Dia, Hinata, Ino dan Tenten kini sedang berendam dengan nyaman.

"Anu, Sakura san, kudengar kamu menemukan seorang anak kecil, ya?" Hinata bertanya. Ino dan Tenten juga menanyakan hal itu.

Sakura mengangguk. Dia lalu menceritakan peristiwa itu. Ino lalu berkata. "Ayo katakan. Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu." Sakura menghela napas, lalu menceritakan perasaannya saat menangani anak itu.

"Aku tahu ini kedengaran aneh. Dan aku pun tidak menemukan tanda bahwa dia pernah menggunakan chakra. Namun, aku merasakan aura jahat dari anak itu. Mirip dengan aura Pein, juga mirip dengan aura Orochimaru. Sesuatu yang sangat jahat, dan terasa tidak hidup…" Sakura menjelaskan. Dia kini memandang ketiga Kunoichi di hadapannya.

Tenten hanya berkata. "Kita dilatih untuk memiliki insting yang kuat dan dapat dipercaya. Kupikir, sebaiknya kamu mempersiapkan sesuatu untuk jaga-jaga. Ada saja kemungkinan bahwa anak itu sejenis mata-mata musuh, kan?" Hinata dan Ino mengangguk. Sakura setuju dengan perkataan Joonin dihadapannya.

Sementara itu…

Keempat ANBU menjaga ruangan itu. Mereka bersiaga untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Saat mereka sedang berkonsentrasi dengan sekitar mereka, mereka tak menyadari bahwa orang yang mereka awasi telah terjaga. Tanpa suara, dia turun dari tempat tidur. Dia memejamkan matanya, lalu menggeram tanpa suara. Dia menatap langit malam. Dia lalu menyeringai.

'Tak lama lagi aku akan kembali ke kekuatanku sepenuhnya… Dia tak akan bias terus-menerus menghindar…' dia lalu memandang ke arah ANBU yang berjaga dengan mata keemasan yang berkilauan.

Sakura berguling di tempat tidurnya. Dia tidak dapat tidur, walau memejamkan matanya. Dia mendesah, lalu mengambil buku yang belum selesai dibacanya siang tadi. Dia memandangi gambar vampire dan manusia serigala yang sedang bertarung di buku itu.

Manusia serigala, atau dikenal juga sebagai werewolf, adalah makhluk mistis yang menduduki posisi yang sama dengan vampire. Beberapa mitos menyatakan bahwa werewolf hanya dapat berubah saat bulan purnama. Itu adalah sebuah kebohongan. Werewolf dapat berubah kapanpun dan dimanapun. Namun, kekuatan mereka tetap bergantung dari fase bulan.

Sama seperti vampire yang sebenarnya dapat berjalan di siang hari, werewolf pun dapat berubah wujud sesukanya. Namun, yang mengangumkan dari makhluk yang mengabdi pada dewi bulan ini adalah, senjatanya dan kemampuan penyembuhannya.

Werewolf memiliki cakar dan taring yang mampu membunuh apapun yang menghadangnya. Dan sistem penyembuhannya adalah yang nomor satu dari semua makhluk gaib. Saat dia melemah akibat luka dan racun mematikan, dia memiliki apa yang disebut 'dying healing'. Sebuah proses penyembuhan ekstrim yang membuat para werewolf masuk dalam keadaan 'mati', demi memfokuskan diri dalam penyembuhan.

Sakura tersentak. 'Ini… Seperti keadaan anak itu! Apa mungkin…' Dia berpikir sejenak. Lalu, dia bangkit dari tempat tidurnya. Dia menulis pesan, yang dibagi menjadi beberapa buah. Dia bersiul, memanggil elang yang dihadiahkan padanya pada ulang tahun ke-15 nya. "Berikan ini pada teman-temanku, Hanabira." Elang itu melayang pergi.

Dia segera mengganti bajunya menjadi pakaian yang digunakannya dalam misi. Dia melompat dari jendela, karena dia tahu, ibunya yang mantan ninja pasti bisa mendengarnya kalau dia keluar dari pintu depan. Dia pun segera berlari menuju atap gedung Hokage, tempat pertemuan mereka.

10 menit kemudian…

Semua berkumpul di tempat itu. mereka memandang Sakura bingung. "Dengar, aku tahu ini tak beralasan, tapi aku tak ingin mengambil resiko…" Dia pun menjelaskan alasan kenapa mereka dipanggil. Mereka kini terdiam. Neji yang pertama kali bicara.

"Alasan mu tak masuk akal, Sakura… Tapi, aku setuju kau bertindak sesuai instingmu. Anak itu, aku melihatnya saat sedang di rumah sakit. Walau lemah, aku menangkap daya intelejensia tinggi dari anak itu. Dia bisa saja musuh yang menyamar. Dan keputusanmu mengumpulkan kita semua juga sangat bagus. Kalau dia bisa masuk tanpa dideteksi kekkai, dan mampu menipumu, yang memiliki kemampuan Genjutsu yang paling mendekati Kurenai sensei, berarti dia kuat. Kita tak dapat menghadapinya sendirian kalau begitu." Jelasnya.

Mereka segera pergi menuju rumah sakit. Saat mereka sampai, mereka melihat Tsunade sedang bergegas menuju ruangan bocah itu juga. "Kenapa kalian ada disini? Tapi, baguslah… Aku tak perlu memanggil kalian lagi…" Dia berjalan sambil berkata.

"Shisou, apa yang terjadi? Jangan-jangan, anak itu…" Sakura berkata. Tsunade memberinya ekspresi kosong.

"Ya, kau benar. Dia membuat kekacauan. Dia baru saja menumbangkan 4 ANBU. Untungnya, suster jaga melihatnya, sehingga dia mengontak ninja lainnya. Dia kini berkeliaran di kota. Aku sudah mengirim tim pencari dan pendeteksi, tinggal menunggu mereka kembali." Tsunade membuka pintu. Keempat ANBU itu kini duduk bersandar di dinding. Mereka dalam keadaan kacau, seperti baru bertarung dengan binatang buas.

Keadaan di ruangan itu pun mengerikan. Beberapa bekas cakaran besar kini terpampang di dinding. Sakura segera memeriksa mereka.

Salah seorang ANBU berkata. "Maaf, Hokage-sama, kami gagal menjalankan tugas." Katanya. Dia masih agak tersenggal karena kelelahan.

Tsunade duduk di kursi yang masih utuh. "Ceritakan apa yang terjadi."

ANBU itu mulai berkata. "Kami sedang berjaga saat dia sadar. Dia mampu bergerak tanpa dideteksi oleh kami. Namun, Crow yang paling sensitive mendengar suaranya. Saat kami masuk, anak itu berubah menjadi lelaki dewasa. Kami berusaha menahannya. Awalnya ini hanya pertarungan biasa, hingga dia berubah… Kami langsung dilibas dalam sekali serang. Aku dan Cat berusaha menahannya, namun dia mematahkan rusukku dan kaki Cat. Crow dan Pidgeon sudah semaput akibat hantaman lengan monster itu." Kata ANBU bertopeng burung hantu tersebut.

Tsunade dan yang lainnya hanya terdiam. "Dia berubah?" ANBU itu mengangguk. "Berubah… Maksudmu, berubah menjadi sesuatu yang lain? Menjadi apa?" Tsunade bertanya.

ANBU Owl terdiam sebentar. Lalu, dia berbicara. "Aku sendiri tidak terlalu jelas melihatnya, Karena dia sangat cepat. Namun, aku yakin wujudnya adalah…"

Eits! Bersambung~

Tunggu lanjutannya minggu depan ya…

Baka Tantei Seishiro Amane sign out.