Title: A Flower boy
Starring: Yoochun x Junsu
Yunho, Jaejoong, Changmin and many others
Genre: Humor, Romance
Rate: PG 15
Length: 1 / 2 (Twoshoot)
Warn: Boys Love, OOC, gaje, etc.

- - - - -
Author: Din_Cassie

OoOoO
Junsu POV

"Hyuuung!" teriakku pada namja cantik yg sedang menutup telinganya. Nampaknya itu efek suara indahku. Aah, betapa narsisnya aku.

"Aissh, Junsu! Suaramu membuat telingaku sakit!" teriaknya.

"Mian, Jae-hyung. Ah, mana bunganya?" tanyaku sambil menyodorkan tanganku di depannya. Jae-hyung menghela nafas pelan, lalu mengambil bunga dari keranjang sepedanya. Bunga mawar merah dan pink yg telah dibungkus plastik per tangkainya. Bunga-bunga mawar yg akan aku dan hyung-ku jual dijalan. Kenapa harus dijalan? Karena kami suka saja. Walau harus bermandikan keringat, itu tidak akan jadi masalah.

Jae-hyung menaruhnya ditanganku dan aku segera menghitungnya. Hmm, ada 30 tangkai bunga yg terjual hari ini. Yosh, aku pasti bisa!

"Hyung, aku kesana ya?" tunjukku ke sebuah jalan yg cukup ramai. Jae-hyung mengangguk dan aku pun segera pergi kesana.

Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Kim Junsu, umur 23 tahun. Dan yg tadi adalah hyung-ku, Kim Jaejoong yg berumur 25 tahun. Pekerjaanku? Ya ini, penjual bunga dijalan. Aku dan kakakku menjual bunga untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Kami sebenarnya adalah anak-anak dari pemilik perusahaan terbesar di Korea. Tapi, kemewahan tidak menggelapkan mata kami karena kami memang sedari kecil dituntut untuk mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang tua. Dan keputusan kami untuk keluar dari kemewahan itu setelah lulus kuliah, mendapat sambutan hangat dari orang tua kami, meskipun dengan rasa khawatir.

Kembali ke keadaan sekarang. Hmm, beberapa detik lagi lampu hijau akan berganti merah. Aku pun segera bersiap mencari pembeli bunga-bungaku. Dengan senyum aku menawari satu per satu orang. Senangnya mereka membalas senyumku, walau tidak semuanya membeli bungaku.

"Sialan!" sebuah suara dari arah belakang mengagetkanku. Perlahan kubalik badanku dan mendapati seorang namja yg memakai kacamata sedang memukul stir mobil sport merahnya.

"Dasar yeoja aneh! Hanya karena aku tidak membawa apa-apa, dia marah!" aku tersenyum. Lupa membawa hadiah? Mungkin bunga bisa jadi hadiah karena wanita biasanya menyukai bunga. Perlahan aku dekati dia yg kini meremas stir mobilnya.

"Annyeong haseyo. Ada masalah ya?" dia tidak menoleh kearahku. Aku sedikit kesal, tapi tetap aku tahan.

"Permisi?" dia tidak menggubrisku. Dengan kesal aku mengambil setangkai bunga mawar dan menaruh ditangannya dengan kasar.

"Ya, babho gateun! Ini buatmu!" aku berjalan menjauh darinya. Bukan hanya karena marah, tapi karena lampu lalu lintas sebentar lagi berubah menjadi hijau. Setelah sampai di pinggir jalan, aku berbalik lagi melihat jalan. Dan... Namja bodoh tadi masih terpaku melihatku. Aku mendengus kesal, namun kemudian tertawa saat melihatnya kelabakan karena suara klakson dibelakang mobilnya.

"Rasakan itu. Dasar, namja gila!" gumamku pelan sambil menunggu lampu lalu lintas berubah lagi menjadi warna merah.

OoOoO

"Hyuung!" teriakku lagi. Nampaknya Jae-hyung sudah cukup kebal dengan suara indahku. Buktinya dia hanya menoleh dengan wajah aneh. Entahlah.

"Wae, Su?" tanyanya sambil menyandarkan sepedanya.

"Aku berhasil ngejual semua bunganya! Eukyang, kyang," kataku sambil melompat senang. Jae-hyung hanya tersenyum kecil dan menepuk kepalaku.

"Bagus, Su-ie. Hebat!" aku tersipu malu mendengar pujiannya. Kemudian aku memberikan semua uang hasil jerih payahku pada Jae-hyung. Nampak dia serius menghitung uang ditangannya. Bukannya matre atau apa, tapi dia hanya ingin tau kalau aku bertanggung jawab menjual bunga. Bukan membagikannya gratis atau memakai uangnya untuk membeli game baru dan atribut sepakbola kesukaanku.

Tiba-tiba wajahnya sedikit berkerut, lalu menatapku.

"Su," panggilnya

"Wae, hyung?" tanyaku sambil mengelap keringat di wajahku.

"Kenapa uangnya kurang?" tanya Jae-hyung sambil menatapku intens. Aku tersentak dan segera merampas uang ditangan Jae-hyung dan menghitungnya. Setelah yakin uangnya kurang, aku lalu mengembalikan uang itu dan menatap Jae-hyung.

"H-hyung aku tidak tau," jawabku pasrah.

"Su, kamu bilang saja uangnya kamu pakai apa. Hyung lebih suka kamu yg jujur," kata Jae-hyung sambil tetap menatapku.

"Ta-tapi..." tiba-tiba aku teringat sesuatu. Ah, bunganya kan aku beri pada si namja bodoh itu, batinku. Namun, begitu aku akan memberitahu Jae-hyung, dia malah sudah ngacir dengan sepedanya.

"A-aku ditinggal?" gumamku pelan dengan wajah yg kuyakini seperti lumba-lumba ompong(?).

"HWAAAA! HYUNG, TUNGGUUUU!" teriakku sambil mengejarnya yg sudah berbelok.

OoOoO
Normal POV

Seorang pemuda tampan berjalan dengan angkuhnya sambil membawa setangkai mawar merah ditangannya. Langkah tegap, dan wajah tampan yg dibingkai kacamata hitam mampu membuat para wanita bertekuk lutut didepannya. Langkahnya terhenti sesaat untuk membuka pintu dan masuk kesebuah ruangan besar yg sangat mewah. Dia tak memperdulikan seseorang yg duduk di sofa sambil memperhatikan kameranya dengan seksama, sementara didepannya terpampang setumpuk foto entah apa.

Pemuda tampan itu mengambil minuman di dalam kulkas kecil disamping pria itu dan duduk diseberangnya. Setelah menengguk habis minuman itu, dia lalu memperhatikan pria dihadapannya yg asyik dengan dunianya sendiri.

"Ya, hyung! Jangan terus memperhatikan kamera dan foto-foto itu!" teriaknya, berusaha mengalihkan pandangan pria yg dipanggilnya 'hyung' itu. Pria itu mendongak dan menatap pemuda didepannya yg tengah membuka kacamatanya.

"Yoochun, kau tidak tau tentangku, kamera dan foto ini." ujarnya dingin pada pemuda bernama Yoochun itu.

Yoochun hanya menghela nafas dan merebut setumpuk foto didepannya.

"Pria ini lagi. 'Flower boy'mu lagi. Sampai kapan kau akan diam-diam mengambil gambarnya, hyung?" kata Yoochun sambil menaruh foto-foto itu lagi di meja.

"Aku heran. Seorang Jung Yunho, direktur perusahaan yg tampan, malah menjadi photographer dan fotomu semua tentang namja penjual bunga itu." lanjutnya sambil mengurut dahinya. Pria bernama Yunho itu menatap Yoochun lagi dan berkata,

"Tolong, jangan kau singgung-singgung tentang pekerjaannya. Walau dia hanya penjual bunga, aku tetap suka menjadikannya objek fotoku." katanya pelan, namun dingin.

"Bukan begitu, hyung. Tapi..."

"Sudahlah, Chun. Tidak apa-apa kau membencinya. Aku tau kau bukan membencinya, tapi benda yg dijualnya." Ya, Yunho tahu kalau dongsaengnya ini membenci bunga. Tapi itu tidak serta merta membuat Yoochun harus membenci apa yg disukainya.

"Hhh, aku tau hyung bukan hanya menganggapnya objek foto, tapi kau mencintainya kan?" kata Yoochun sambil mengambil selembar foto namja itu.

Yunho menatapnya lalu mengambil foto ditangan Yoochun dan menyusunnya dengan foto di depannya. Memasukannya dalam tasnya, bersama kamera yg tadi setia ditatapnya.

"Memang kenapa? Toh itu pilihanku. Lagipula, sepertinya sekarang kau sudah mulai menyukai bunga, kan?" kata Yunho beranjak berdiri dan meninggalkan Yoochun yg heran dengan ucapan hyung-nya.

"Maksud-"

BLAM

Pintu tertutup, meninggalkan Yoochun sendiri dengan pertanyaan dikepalanya. Perlahan dia menghela nafas, dan meraba tempat duduk disampingnya. Tersentak, dia menemukan bunga mawar disampingnya. Dia kaget dan bermaksud membuang bunga itu. Namun, saat mengingat namja penjual bunga itu, dia mengurungkan niatnya.

"Aku... kenapa?" gumamnya pelan. Diliriknya meja didepannya, mengambil vas kosong, mengisinya dengan mawar itu dan menaruh air dingin didalam vas itu. Matanya tak sengaja tertumbuk pada sebuah foto di depannya. Dia mengambilnya dan tersentak lagi melihat foto itu.

"I-ini?"

OoOoO

Junsu sedang berjalan sambil menenteng plastik belanjaan di tangannya. Hari ini dia mendapat tugas untu berbelanja keperluan sehari-hari. Walaupun panas menyengat, namun tidak menghalangi langkah riang Junsu.

BUK

"Aww!" Junsu jatuh terduduk karena seseorang menabraknya. Beruntung barang belanjaannya tidak berserakan dijalan. Dengan marah, Junsu mendongak menatap orang yg menabraknya.

"Ya! Kalau jalan liat-liat!" marahnya. Sekarang dia telah berdiri dan menunjuk-nunjuk wajah pria itu. Namun pria itu masih diam sambil menatapnya intens. Junsu yg melihat itu pun merasa risih.

"Ya! Kau tuli ya?" teriaknya, tanpa memperdulikan orang-orang yg sedari tadi melihat mereka. Kemudian orang itu membuka mulut kecilnya perlahan.

"Kau... Penjual bunga itu ya?" tanyanya.

"Haah?" Junsu melongo kaget.

'Kenapa orang ini tau pekerjaanku?' batin Junsu.

"Hey," panggil namja itu sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Junsu. Junsu tersentak dan memandang orang didepannya yg sedang tersenyum.

"Kau tau darimana?" tanya Junsu penasaran.

"Ahh, itu-"

Drrrt Drrrt

Handphone di saku celana Junsu bergetar. Dengan segera diambilnya handphone itu dan buru-buru mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseyo? Ah, Jae-hyung! Iyaa, bentar. Tunggu!" Junsu segera mematikan sambungan itu dan berlari meninggalkan namja itu.

"Hey!" seru namja itu, namun seruannya tidak digubris Junsu. Perlahan dia tersenyum senang, dan segera berjalan ke arah yg sama dengan Junsu tadi.

'Hmm, got you, my flower boy,' batinnya sambil memperbaiki tali kamera yg tergantung di lehernya.

OoOoO

"Hyung!" teriak Junsu saat sampai di apartemen yg sekarang dia dan Jaejoong tempati. Setelah dia menutup pintu, dia berbalik dan mendapati wajah menyeramkan sang kakak.

"HUWAAA!" teriaknya sambil menutup matanya.

"Hahahahaha... Rasakan itu. Siapa suruh belanja lama sekali," kata Jaejoong sambil membawa belanjaan itu ke dapur.

"Ya! Hyung jahat!" teriak Junsu sambil mengikuti Jaejoong ke dapur. Jaejoong menjulurkan lidahnya sambil tangannya menata belanjaan tadi di kulkas dan lemari. Junsu mencibir, lalu mengambil gelas, mengisinya dengan air dan meminumnya.

"Hyung?"

"Ada apa?" tanya Jaejoong tanpa menatap kearah Junsu.

"Tadi aku bertemu orang,"

"Lalu?"

"Dia tau pekerjaanku. Padahal aku tidak mengenalnya," Jaejoong lalu mengalihkan pandangannya pada Junsu.

"Mungkin dia sering melihatmu dijalan, Su,"

"Mungkin,"

"Ngomong-ngomong, wajahnya seperti apa?" tanya Jaejoong penasaran.

"Dia tampan, wajahnya kecil tapi tegas. Rambutnya coklat," Jaejoong yg mendengar itu lalu tersentak.

'Jangan-jangan dia,' batin Jaejoong. Dia lalu termenung sebentar dan tak memperhatikan Junsu yg menatapnya aneh.

"Hyung?"

"..."

"Hyung?"

"..."

"HYUNG!"

"Aissh, Kim Junsu! Kenapa berteriak seperti itu?" Jaejoong menjitak kepala Junsu.

"Aduh! Appo~" rengek Junsu.

OoOoO

Tok Tok Tok

Jaejoong yg sedang mencuci piring dengan segera berlari untuk membuka pintu.

"Tunggu sebentar,"

Cklek

Jaejoong membuka pintu dan mendapati seorang pria tampan di depannya.

"Kamu..."

"Annyeong, Jaejoong-sshi," kata pria itu sambil tersenyum indah.

"K-kau tau namaku darimana?" tanya Jaejoong kaget.

"Itu tidak penting. Kau ada waktu sebentar? Aku ingin berbicara denganmu," Jaejoong menatap pria didepannya. Kemudian dia mengangguk dan meninggalkan apartemennya.

OoOoO

Yoochun sedang mengemudikan mobil sport merahnya ketika ia melihat sosok Junsu yg sedang duduk ditaman sambil tersenyum melihat kumpulan anak-anak yg sedang berkejar-kejaran itu. Dengan segera ditepikan mobilnya dan keluar menuju tempat Junsu berada. Dia mengambil tempat kosong disamping Junsu, membuat Junsu sedikit kaget dan menoleh kesamping.

"Annyeong," sapa Yoochun.

"Ya! Kau kan namja bodoh dan gila itu!" teriak Junsu sambil menunjuk-nunjuk wajah Yoochun. Yoochun hanya terkekeh mendengar 'nama panggilan' untuknya yg aneh itu.

"Hey, masa' aku yg tampan ini kau bilang bodoh dan gila?" kata Yoochun dengan narsisnya.

"Huh! Narsis sekali kau ini!" dumel Junsu.

"Emang. Hey, boleh tau namamu? Aku Jung Yoochun," kata Yoochun memperkenalkan diri.

"Junsu. Kim Junsu." Junsu tidak terlalu antusias dengan ajakan perkenalan Yoochun. Yoochun tersenyum simpul. Baru kali ini seorang playboy sepertinya diperlakukan seperti ini dengan orang lain, apalagi seorang namja penjual bunga yg imut.

'Menarik sekali. Imut lagi," batin Yoochun.

"Woy!" Junsu berteriak, membangunkan Yoochun dari pikiran anehnya.

"Ada apa, Su-ie chagiya?" tanya Yoochun sambil mengeluarkan jurus mautnya.

"Heh? Su-ie? Chagiya? Ya! Kenapa kau panggil aku begitu?" teriak Junsu sambil berusaha memukul Yoochun, namun tidak berhasil karena Yoochun sudah keburu lari sambil terkekeh. Junsu yg melihat itupun bangkit berdiri dan mulai mengejar Yoochun, membuat mereka melakukan adegan kejar-kejaran yg menjadi perhatian anak-anak yg malah bertepuk tangan untuk 'menyemangati' Junsu. Sementara dalam hati, Yoochun tersenyum melihat tingkah namja imut itu. Namja yg sudah merebut hatinya untuk pertama kali.

OoOoO

"Jadi, ada apa, err..."

"Yunho, Jung Yunho,"

"Ya, jadi ada apa Yunho-sshi membawaku kesini?" Jaejoong melihat kedalam mata Yunho. Entah kenapa dia mau mengikuti ajakan orang yg terbilang asing seperti Yunho.

"Mmm, apakah... apakah anda mau menjadi model foto saya?" tanya Yunho, berharap Jaejoong mau memenuhi permintaannya.

Jaejoong berpikir keras. Entah kenapa hatinya menyuruhnya berkata iya. Namun, masih ada sedikit keraguan dihatinya.

"Maaf sebelumnya. Tapi, kenapa Yunho-sshi memilih saya sebagai model anda?" tanya Jaejoong. Dia penasaran dengan sosok didepannya. Sosok yg sekitar sebulan ini memotretnya dari jauh. Kenapa dia tahu? Ya, karena insting kuatnya yg membuatnya mengetahui itu.

"Err, itu... Mmm, karena..." Yunho kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Jaejoong.

"Ah, tidak perlu dijawab," Jaejoong tersenyum, membuat Yunho terpaku sejenak melihatnya.

"...nya,"

"..."

"Yunho-sshi?" Jaejoong menepuk tangan Yunho pelan.

"A-ah, iya. Ada apa?" tanya Yunho gelagapan.

"Hhh, tadi Yunho-sshi bertanya apa aku mau jadi modelmu, dan aku menjawab iya, aku menerimanya," ulang Jaejoong.

Wajah Yunho jadi berseri-seri dan segera menjabat tangan Jaejoong.

"Terima kasih. Besok aku akan menjemputmu dan ini nomorku," kata Yunho sambil meraih sebuah kartu disakunya dan memberikannya pada Jaejoong.

"Tap-" belum selesai Jaejoong bicara, Yunho sudah keburu pergi, meninggalkan Jaejoong sendiri di taman.

"Yaaah... Dasar aneh,"

OoOoO
TBC
OoOoO
Note: gak jd oneshoot, twoshoot aja #plak
silakan dinikmati~

HARUS REVIEW, atau chap 2 TIDAK AKAN saia publish disini *author galak*