Title: Not so Awesome love story!!
Rating: T
Summary: Prussia memang selalu menggangu Austria, tapi suatu hari Austria yang telah marah besar tak sengaja mengatakan hal yang seharusnya tak ia katakan pada Prussia. Dan saat Prussia berhenti menggangunya, apakah Austria akan merasa senang atau malah… kecewa?
Warning: Sho-ai, OOC level akut, gajhe, etc.
Disclaimer: Don't own any countries or Hetalia even if I want to!
A/N: Hajimemashite minna-san! Saya Kirihara Hisoka (silahkan panggil saya Hichi) Saya ini Author baru di fandom hetalia jadi maaf kalau fic saya masih jelek atau banyak kurangnya. Namanya juga Author baru… *pundung* Yah, karena itu saya mohon banget bagi para readers untuk memberikan kesan-kesannya mengenai fic saya lewat review! Kritik juga boleh kok, asal membangun!
Oh, ya! Ada beberapa hal yang harus saya jelasin di sini:
1) Di fic ini statusnya Hungary itu masih pelayannya Austria dan bukan istrinya! (maaf ya, Eliza! Kamu belum naik pangkat! *digetok frying pan*)
2) DI fic ini saya akan sering memakai Human names mereka, walau kadang-kadang pakai nama negara juga, jadi dimohon pengertiannya
3) Karena pengetahuan saya soal Hetalia masih sangat kurang, dimohon untuk mengoreksi saya jika ada kesalahan di fic ini
Yah, daripada berlama-lama lagi, on to the story!!! w
***~~~~~~~~~~O~~~~~~~~~~***
NOT SO AWESOME LOVE STORY!!
By: Kirihara Hisoka
Part 1 : Overboard
Satu lagi hari yang (tidak) normal di dunia Hetalia, burung-burung masih berkicau dengan riangnya, France masih tetap genit dan ganjen (?), Turkey dan Greece masih tetap rebutan Japan, Finland masih menjadi istrinya Sweden, alis England masih tetap tebel dan Belarus masih memaksa kakak kesayangannya, Russia, untuk menikahinya dengan cara yang semakin hari semakin extreme. Yah, benar-benar hari yang normal…
Dan seperti biasanya, hari ini pun Roderich (a.k.a Austria) menjalankan kehidupannya dengan normal, tenang dan damai.
"Hah, akhirnya selesai juga!" Erang Roderich lega sambil memperhatikan tumpukan pekerjaan yang akhirnya dapat ia selesaikan, "Saatnya beristirahat…" Gumamnya sambil merenggangkan otot-ototnya yang telah kaku akibat terlalu banyak bekerja itu.
Yah, sangat tenang dan damai, sebelum…
"Hoi! Roderich! Aku datang nih!" Seru Gilbert (a.k.a Prussia) yang tiba-tiba muncul (untuk kesekian kalinya) dari luar jendela kamar Roderich.
Roderich pun menghela nafas panjang, "Dia lagi…" Gumamnya kesal.
"Kemana sopan santunmu, Gilbert?" Protes Roderich.
"Aku sudah memberi salam kok!" Jelasnya membela diri, sambil membersihkan kotoran yang melekat pada bajunya akibat kerja kerasnya (yang lebih cocok disebut tindakan criminal itu) untuk masuk ke mansion Roderich.
"Bukan itu, kau kan bisa masuk lewat pintu depan, bukan lewat jendela layaknya pencuri saperti ini…" Tegur Roderich sambil membereskan hasil pekerjaanya dari atas meja sebelum ada orang tidak bertanggung jawab yang akan mengacak-acaknya (a.k.a Gilbert).
"Huh, layaknya kau atau pelayan gilamu itu akan membiarkanku masuk jika aku masuk lewat pintu depan!" Ejek Gilbert sambil dengan seenaknya berbaring di tempat tidur Roderich dan meminum bir yang ia bawa di sana.
"Kau ini…" Gumam Roderich kesal. Betapa ia ingin melempar vas bunga yang berada tidak jauh dari jangkauan tangannya sekarang ke kepala Gilbert…
"Tidak, kau harus sabar Roderich. Kalau kau melakukannya, itu malah akan menimbulkan masalah. Lagipula… Sayang rasanya, itu pemborosan! Buat apa mengorbankan sesuatu yang berharga seperti itu untuk orang semacam Gilbert!" Batin Roderich mencoba menenangkan diri.
"Hah, sudahlah! Sia-sia aku bicara denganmu!" Gumam Roderich kesal sambil berjalan ke arah pianonya. Biar permainan pianonya saja yang menjelaskan seberapa marahnya ia pada Gilbert.
Belum sempat ia memainkan pianonya, seseorang, yang ternyata adalah Elizaveta, membuka pintu kamarnya. "Austria-san! Maaf kalau aku menggangu, tapi ini penting! Germany ingin bertemu dengan-!" Kata-kata Elizaveta terhenti saat ia melihat Gilbert sedang dengan santainya tidur di atas tempat tidur Austria, "Gilbert…" Gumam Elizaveta, ekspresinya langsung berubah kesal.
"Yo, Hungary! Kau merindukanku?" Goda Gilbert sambil mengedipkan sebelah matanya pada Elizaveta. Melihat tampang Gilbert saat itu langsung membuat Roderich bergidik ngeri
"Oh? Kau benar sekali Prussia! Aku SANGAT merindukanmu sampai-sampai aku ingin MEMBUNUHMU bila aku dapat bertemu denganmu!" Maki Elizaveta. Dengan cepat ia mengeluarkan frying pan keramat kesayangannya dan berlari ke arah Gilbert.
Melihat Elizaveta yang berlari seperti orang kesetanan ke arahnya, Gilbert pun langsung berubah panik. "O-oy! Elizaveta! Aku Cuma bercanda tau!"
"Mati kau Gilbert!!!" Teriak Elizaveta yang sama sekali tidak mendengarkan perkataan Gilbert sambil mengayunkan frying pan-nya ke arah laki-laki malang itu. Namun, Gilbert ternyata bisa menghindar dengan merunduk dan berguling menjauh dari Elizaveta. "Oy! Pelayan gila! Itu berbahaya! Apa kau mau membunuhku, hah?!" Pekik Gilbert kesal.
"Ohoho, memang itu lah yang kuharapkan!" Teriak Elizaveta sambil terus berlari mengejar Gilbert keliling kamar Roderich.
"Hah… Mulai lagi…" Gumam Roderich sambil menghela napasnya. Kejadian seperti ini bukanlah pertama kalinya terjadi di sini. Kejadian seperti ini selalu terjadi saat Gilbert bertemu dengan Elizaveta. "Hey, kalian! Hentikanlah semua ini!" Perintah Roderich, berusaha menghentikan mereka sebelum kamarnya berubah menjadi medan perang.
Namun, usahanya tidak membuahkan hasil karena Elizaveta sudah terlalu tenggelam dalam nafsunya untuk membunuh Gilbert, sementara Gilbert-nya sendiri sudah terlalu berkonsentrasi untuk menyelamatkan nyawa semata wayangnya itu.
"Kembali ke sini Gilbert! Biar kubuat bocor kepalamu!"
"Kau piker akan ada orang yang mau menuruti keinginan gilamu itu, hah?!"
(Sfx: GUBRAK! KOMPYANG! PRANG! DASAR PELAYAN GILA! OHOHOHO!)
"Hey!!! Kubilang berhenti!!!" Teriak Roderich panik saat melihat telah banyak perabotan rumahnya yang hancur berantakan akibat ulah kedua Negara stress itu. Tapi, mengetahui Gilbert dan Elizaveta, mereka sama sekali tidak bergeming dan melanjutkan kegiatannya.
Namun, korban kejar-kejaran tak jelas itu ternyata bukan hanya perabotan saja. Karena, saat Gilbert berlari untuk melarikan diri, ia tidak sengaja menumpahkan bir yang terus ia bawa-bawa itu ke atas meja kerja Roderich dan membuat seluruh dokumen dan perkerjaan Roderich basah kuyup!
Waktu terasa bagai berhenti saat itu. Baik Gilbert, Elizaveta dan Roderich, tiada satu pun dari mereka yang mampu bergerak. "Oh, no…" batin Gilbert.
"A-a-Austria-san! I-ini-!" Kata Elizaveta terbata-bata, mencoba memecah keheningan.
"GILBERT!!!" Teriak Roderich sambil memandang Gilbert dengan pandangan penuh kebencian. Ia benar-benar kesal dengan laki-laki albino itu. Pekerjaan yang telah dengan susah payah ia kerjakan sampai-sampai ia harus menghabiskan 3 hari penuh tanpa tertidur untuk mengerjakannya… Sekarang hancur berantakan! Apa yang sebaiknya ia katakan pada 'bos'-nya nanti?!
Elizaveta dan Gilbert menelan ludah. Ini pertama kalinya Roderich berteriak sekencang itu. Ia terlihat… mengerikan…
"A-aku akan mengambil alat untuk membersihkannya!" Kata Elizaveta sebelum berlari keluar kamar dan meninggalkan Gilbert dan Roderich sendirian.
"H-hey! Jangan kabur!" Pekik Gilbert pada Elizaveta. Namun, sia-sia karena Elizaveta telah hilang dari pandangan matanya.
"Cih, pelayan itu! Berniat menyelamatkan dirinya sendiri!" Gerutu Gilbert sambil menggumamkan berbagai sumpah serapah untuk Elizaveta.
"Ehm… Yah…" Gumam Gilbert mencoba memulai pembicaraan. "Soal itu… ehm, maafkan aku…" Lanjutnya.
"Setelah semua yang telah kau lakukan… yang kau berikan hanya sekedar permintaan maaf?! Jangan bercanda!" Maki Roderich.
"Aku benar-benar sudah muak dengan kelakuannya ini…Kenapa dia bisa dengan seenaknya datang dan mengacaukan hariku?" Batin Roderich
"Hei! Aku kan sudah meminta maaf?!" Protes Gilbert, ekspresinya mulai terlihat kesal.
"Maaf katamu?! Apa kau pikir kata maaf saja cukup?!"
"Sebenarnya apa yang kau ingin aku lakukan, hah?!"
"Aku minta kau berhenti untuk seenaknya datang kapan pun kau mau! Aku sudah muak dengan kelakuanmu ini tau!"
"Apa katamu?! Hanya karena aku menghancurkan satu pekerjaanmu! Kau tak punya hak untuk berkata seperti itu!"
"Aku punya! Enak saja kau bicara! Kau yang otaknya hanya bisa digunakan untuk berperang saja dan bahkan bukan negara, mana mengerti apa yang harus dirasakan oleh negara sepertiku!!" Maki Roderich.
"Apa kau mengerti?! Lebih baik kau cepat mengerti dan pergi dari si-!" Roderich tak bisa menyelesaikan kata-katanya saat ia melihat ekspresi Gilbert saat itu. Ia terlihat sangat terkejut dan… terluka?
Namun, ekspresi itu hanya bertahan sesaat dan langsung tergantikan oleh ekspresi dingin yang penuh kebencian. Membuat Roderich menelan ludah.
"Ya… Aku memang tidak mengerti…" Gumam Gilbert dingin sambil beranjak pergi
"Gil-!" Baru saja Roderich ingin menggengam tangan Gilbert untuk menahannya pergi. Namun, Gilbert menepis tangannya.
"Sesuai keinginanmu, aku takkan kembali lagi ke sini…" Jelasnya sambil melompat keluar dari kamar Roderich.
"Austria-san! Aku kembali! Eh? Mana Gilbert?" Tanya Elizaveta yang berdiri di depan pintu kamarnya sambil membawa kain lap.
"Dia sudah pergi…" Jawab Roderich, pandangan matanya terus tertuju pada jendela tempat Gilbert baru saja menghilang.
"Eh?! Kok bisa? Apa yang terjadi, Austria-san?" Tanya Elizaveta lagi.
"Sepertinya aku… telah mengatakan hal yang seharusnya tidak aku katakan…"
"Apa maksudmu, Austria-san?"
"Tidak… Tidak apa-apa"
"Apa aku telah… benar-benar keterlaluan ya?"
~TBC~
***~~~~~~~~~~O~~~~~~~~~~***
A/N: Yeay! Selesai satu chapter! Maaf ya kalau di fic ini Hungary agak sedikit… extreme… soalnya kalau gak kaya gitu gak seru! *digetok frying pan*
Yah, pokoknya…
Review Please!!!
