Hetalia (c) Hidekaz Himaruya. I didn't own any character/place from this fict. Also, i didn't get any material profit from this fict.

Find you (c) Iharascarl

Warning : [au/ooc/eyd(s)/typo/England-Belgium/human names/ficlet]


Summary : [Karena dimana pun Emma bersembunyi... Arthur akan selalu menemukannya.]


Suhu kota London pertengahan desember terasa begitu dingin. Arthur masih setia menggulung diri dalam pulau kapuknya. Masih enggan membiarkan sedikit saja sinar matahari pagi yang, sebenarnya, ―tidak secerah biasanya―untuk menerobos masuk ke indra penglihatannya. Ia mendesah, merebahkan tangannya, dirabanya sisi tempat tidurnya yang sudah kosong tetapi masih terasa hangat.

"Oh, sial... dia bangun duluan lagi." Mulut sarkatisnya mengumpat, walaupun pelan.

Arthur akhirnya membuka kedua kelopak matanya, dan hal pertama yang muncul dipenglihatannya adalah... Tidak ada yang lebih baik selain hanya ada setengah cangkir teh; sudah dikerubungi semut dipinggir-pinggir cangkirnya.

Arthur mendesah pelan. Namun selanjutnya ia terkekeh.

"Emma selalu bisa membuatku jengkel." Dengan malas, Ia mengambil cangkir itu, kemudian duduk, setengah badannya masih dikasur. Arthur menyesuaikan diri dahulu―setelah semalam melewati malam yang cukup panjang bersama Emma―ups.

Dan akhirnya, Arthur kemudian berdiri, setengah menyeret kakinya untuk berjalan menuju pintu, lalu membukanya dan menuju ke dapur. Dan, disinilah hal terbaik setelah bangun tidur yang sangat ingin dilihatnya : Oh, sugar, aku menemukanmu.

Tampaknya Emma pun menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya.

"Oh, Arthur! Maaf tidak membangunkanmu terlebih dahulu, jarang sekali melihatmu tidur seperti semalam. Aku tidak tega." Netra hijau yang berwarna sedikit lebih terang darinya itu menatapnya. Tatapannya memberikan kenyamanan untuk Arthur.

"Aku menemukanmu, Emma." Balas Arthur, bergurau.

"Oh, Arthur. Apa maksudmu? Ehm, ya, Aku selalu disini, tanpa perlu kau cari―aku selalu bisa kau temukan," kata Emma, ia tidak yakin apa sebenarnya maksud dari ucapan Arthur barusan. Mengigau 'kah? Kemudian Emma terkekeh.

Emma baru menyadari Arthur membawa cangkir teh yang semalam Ia minum, tetapi tidak dihabiskan. Ia kemudian mengambil cangkir tersebut. "Ugh, ini sudah lengket, dan ada banyak sekali semut didasarnya." Keluh Emma.

Emma menyuruh Arthur untuk menunggu di meja makan selagi ia masih menyiapkan beberapa waffle dan teh.

Dan Arthur, tentu bukan Arthur namanya kalau Ia patuh begitu saja pada perintah Emma tanpa meminta, atau diberi, atau memaksa imbalan―upah, katanya. Maka , sebelum Ia duduk, Arthur menarik Emma kedalam pelukannya, menghirup wangi Emma dipagi hari seperti ini saja dapat membuat laparnya hilang―dan sedikit memberinya sebuah kecupan.

"Morning, Love." Dan ucapan Selamat Pagi Cinta-nya dibalas oleh senyuman semanis waffle berlumuran coklat yang sedang dibuat Emma.

Emma benar, Arthur tidak perlu khawatir karena Ia akan selalu menemukan Emma. Dimanapun dan kapanpun. Dan Emma akan selalu ada untuk Arthur. Seperti waffle buatan Emma yang selalu hadir menemani secangkir teh-nya. Setiap hari.

Ada satu hal lagi, sebenarnya ; Arthur tidak suka manis. Tapi pengecualian untuk Emma dan waffle buatannya, yang selalu manis. Mengimbangi dirinya dan secangkir tehnya, yang selalu pahit.


Fin!


a/n : udah lama gak ngeficlet(?) lol.

Sign,

Iharascarl.