Konichiwa Minna San! Ogengki desuka? /slap

Cukup dengan basa basinya xD kali ini Author kembali lagi dengan

cerita BL seperti biasanya :3

Tapi BL kali ini berbeda dari yang lainnya x3

Jika ingin menetahuinya silahkan membaca fic ke 2 saya x3

Hope You All Like It

.

.

.

WARNING BL! IF YOU DON'T LIKE IT DON'T READ IT

.

.

Sorry for typo ;;;;

.

.

Happy Reading!


Lelaki berambut biru panjang itu terus menatap kosong kepada komputer didepannya. Ia seperti memikirkan sesuatu walau dirinya tidak tau apa yang sedang dipikirkannya.

"Aoba!"

"Ah! Ya!"

"Kenapa Ren?"Lelaki itu berbalik melihat Almate anjing kesayangannya memaggilnya.

Ren menatap Aoba dengan tatapan penasaran. "Kau baik-baik saja Aoba?" Jarang-jarang melihat Aoba seperti ini. Melamun membiarkan pikirannya kosong. Jelas-jelas bukan seperti dia biasanya.

"Ah...tidak...aku baik-baik saja." Jawab Aoba sembari tersenyum-berusaha menenangkan Almatenya yang sangat khawathir dengan keadaannya. "Tidak ada yang perlu dicemaskan!"

Walaupun begitu, Ren masih memandang Aoba dengan penasaran. "Ada yang mengganggu pikiranmu?"

Aoba hanya mengangguk pelan. "Ya.."

"Apa itu?"

"Entahlah!" Ucap Aoba pelan. "Aku juga tidak tau apa dan siapa yang selalu kupikirkan."

Mata Aoba kembali menerawang. Pikirannya kembali ia biayarkan buyar. Melamunkan sesuatu yang sama sekali ia tidak keahui.

"Ne...Ren"

"Ya?"

"Apa aku pernah mengalami sesuatu yang telah mengubah seluruh hidupku?"

"Apa Maksudmu?" Ren sama sekali tidak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan Aoba pada dirinya.

Aoba menghela napas panjang. "Entahlah...Aku juga tidak mengerti. Tapi entah kenapa aku selalu berpikir sesuatu terjadi padaku di masa lalu..."

"Aku tidak mengerti."

Aoba memandang Ren yang kebingungan dengan pertanyaannya yang jelas-jelas tidak masuk akal. "Well...Aku hanya berusaha mengingat sesuatu yang sangat penting yang sepertinya mengubah hidupku tapi aku sama sekali tidak dapat mengingatnya."

"Jadi itu alasannya bahwa hobi barumu sekarang adalah melamun?"

Mendengarnya Aoba hanya tertawa. Sayangnya, tidak usah Ren atau siapapun yang mengenal Aoba pasti mengetahuinya. Bahwa tawa Aoba hanyalah palsu."Mungkin saja." Katanya lesu.

"Setahuku saat kau berumur 19 tahun kau sudah bekerja di Heibon Junk shop, dan memulai pekerjaanmu seperti biasa mengantar barang sampai sekarang." Kata Ren berusaha menjawab pertanyaan Aoba.

"Yeah..." Aoba kembali membuang napas. "Well! Tidak usah dipikirkan itu hanya pikiranku saja lagi pula. Belakangan ini aku lebih sering suka melamun. Itu saja yang sebenarnya membuat pikiranku aneh-aneh."

Ia memandang anjing kesayangannya. "Maaf telah menanyaimu yang aneh-aneh. Lagi pula kau tidak ada sangkut pautnya dengan masa lalu."

"Tidak usah dipikirkan." Balas Ren. "Jika ada sesuatu dipikiranmu katakan saja padaku."

"Arigato Ren." Ucap Aoba penuh terima kasih pada anjing yang menurutnya sangat memikirkan dirinya.

"Douitashima..."

"AOBAAA!"

Aoba berbalik kearah sumber suara yang berasal dari belakangnya dan...

Jduk!

"Itaaaai!" Rintih Aoba yang kepalanya baru dipukul stick bisbol.

"Apa yang kalian lakukan hah!" Seru Aoba marah. Ditatapnya marah kepada 3 bocah yang di depannya. "Bisakah kalian tidak menggangguku!"

"Kami tidak menggangumu, kami hanya ingin bermain bersamamu!" Seru Kio.

"Bermain! Bermain!" Nao mengulang kata-kata Kio.

Aoba masih menatap jengkel pada 3 bocah yang selalu mengganggunya atau bahkan menyusahkannya. "Aku tidak punya waktu bermain." Jawabnya singkat.

"Heeeehhhhhhhhh! Membosakan!" Seru Kio bete.

"Membosankan.. Membosankan.." Lanjut Nao.

"Kalianlah yang sangat menyusahkan!" Omel Aoba.

"Hmp! Orang tua selalu tidak punya waktu bermain." Tukas Mio.

Aoba memandang salah satu gadis yang berdiri di situ. "Justru sepertinya kalianlah yang selalu mempunyai waktu untuk mengusili orang!" Dengus Aoba.

"Orang tua menyebalkan!" Teriak Kio sambil mengeluarkan lidahnya.

"Menyebalkan! Menyebalkan!"

"Kaliaaan!" Teriak Aoba marah.

"Uuuuwwaaaaaaa!"

Sementara itu Ren hanya memandangi Aoba yang sedang adu mulut dengan ketiga bocah didepannya.

Melihat punggung Aoba, Ren jadi teringat kata-kata Aoba yang tadi.

"Apa aku pernah mengalami sesuatu yang telah mengubah seluruh hidupku?"

"Jelas-jelas kau tidak ada sangkut pakutnya dengan masa laluku"

Mata Ren berubah menjadi sayu. Bukan hanya perkataan Aoba saja yang kini terlintas di kepalanya, melainka juga perkataan seseorang yang tidak akan pernah dilupakannya, sekali dalam seumur hidupnya.

"Maafkan aku Aoba.." Batin Ren. "Tapi ini demi keselamatanmu sendiri."

-oOo-

"Apapun yang tejadi kau harus merahasiakannya!"

"Tapi mengapa!?"

"Hanya inilah salah satu jalannya! Jika tidak, bukan hanya aku saja yang ada di ujung kematian, bahkan dirinya juga!"

"Itu hanya membuatnya semakin tertekan kau tau!"

"Sayangnya inilah satu-satunya yang aku bisa lakukan sekarang... Jaga dirinya baik-baik sampai ini semua selesai..."

-oOo-

"Ren?"

"Ya?"

"Kenapa? Sepertinya kau kurang sehat?" Aoba melihat Ren yang dari tadi sepertinya loyo. "Ada yang masalah dengan perangkatmu?"

Ren menggeleng. "Tidak aku baik-baik saja. Hanya..." Perkataan Ren terputus. Ia tidak dapat melanjutkan perkatanya.

Aoba masih memandang Ren dengan bingung. "Ren?"

"Aoba aku..."

"Kau kecapekan ?"

"Eh?"

Ren mendongak ke atas melihat tuanya tersenyum penuh arti padanya- mengiranya bahwa dirinya kecapekan. "Tidak. Bukan begitu.."

"Tapi sedari tadi kau keliatan kurang sehat." Potong Aoba. "Sebaiknya kau istirahat saja Ren."

Ren ingin mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan tentang dirinya. Tapi jika Aoba menanyakan padanya bahwa apa yang sebenarnya ia pikirkan itu tambah masalah.

"Maaf Aoba."

Aoba tersenyum. "Tidak perlu dipikirkan. Oyasumi Ren."

"Oyasumi Aoba"

Aoba memencet sleep moodnya Ren, dan seketika itu juga Ren langsung tertidur. Aoba hedak memasukannya kedalam tasnnya. Tapi entah kenapa ia masih terus memandang Ren dengan...Lagi-lagi pandangan menerawang.

Pada akhirnya Aoba memasukan Ren kedalam tasnnya dan melanjutkan pekerjaannya pada komputer di depannya. Biasanya saat toko tidak ada pelanggan seperti ini, Aoba sering membuka situs-situs internet entah itu untuk main atau yang lainnya.

Hanya saja, Kali ini dia hanya terus menerawang, memandangi komputernya seolah-olah berusaha mengetahui kesalahan komputer di depannya jika komputer itu adalah seorang penjahat.

Setelah sekian lama, Aoba kembali mendesah. Ia memegang kepalanya sembari memandan pntulan dirinya di layar komputer.

"Apa yang berusaha kuingat?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Apa yang selama ini memenui pikiranku?"

"Apa yang selama inin membuat hatiku tidak tenang?"

-oOo-

Laki-laki itu duduk diatas atap salah satu gedung memandang sebuah kota yang diselimuti oleh kaca biru yang sangat besar, membuat tersebut terpisahkan oleh dunia luar yang sangat menyeramkan.

Matanya yang memiliki warna mencolok masih terus memandang Platinum Jail yang sangat mencolok ditengah Old Resident Districk. Walau begitu, pikirannya melayang ke suatu tempat.

"Kapan kita akan memulai penyerangan?"

Lelaki itu berbalik, melihat Allmatenya berbicara padanya. "Secepatnya." Jawabnya.

"Tapi apa kau masuk tanpa ada rencana?" tanya Allmate berbentuk kubus itu pada tuannya dengan cemas. "Jika kita gagal kau tau apa yang akan terjadi."

"Tidak perlu kau peringatkan." Sahut lelaki itu. Ia kembali memandang old resident districk. "Aku hanya ingin agar semua ini cepat selesai."

"Dakedo..."

"Aku tidak peduli!" lelaki itu langsung memotong perkataan Allmatenya. "Apapun yang terjadi juga aku harus melakukannya! Aku sudah memikirkan rencananya, tinggal kau perlu menyiapkan semua pasukanmu!" Perintahnya.

Allmate itu hanya dapat memandang kasian kepada tuannya. "Wakata.. Sugu ikimasu yo." Jawabnya lalu mati.

Sementara itu lelaki itu masih memperhatikan old resident districk dengan penuh perasaan. Mata kuning emasnya yang biasanya penuh dengan kenalakan ataupun kedinginan, hanya dipenuhi oleh kesediah dan kebencian.

"Aku akan melakukannya apapun yang terjadi."

"Untuk kepuasannya. Dan untuk kepuasanku sendiri."

-oOo-

Ren masih dalam mood sleepnya, membuat Aoba yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya berjalan sendirian ke rumahnya tanpa ada teman bicara.

Aoba kembali melamun tanpa peduli orang sekitar yang sedang lewat saat berjalan pulang kerumahnya tanpa diganggu Ren.

Saat ia kembali ke hobi barunya itu, Seorang pemuda menggunakan topi ushanka berjalan melewatinya. Aoba langsung tersadar dari lamunannya dan berbalik untuk melihat pemuda yang mampu membuyarkan lamunannya.

Sayangnya, Pemuda yang dicarinya sudah hilang.

Aoba tertegun. Mata emasnya berkeliaran berusaha untuk menemukan pemuda yang dimaksud di antara kerumunan orang.

Tapi ia tidak dapat menemukannya.

"Yo! Aoba!"

Aoba tersadar dan berbalik. "Ah! Virus! Trip!"

Dilihatnya dua orang pemuda yang memiliki warna rambut sama-sama kuning serta berpenampilan mirip seperti anak kembar. Well hanya SEPERTI.

"Sedang apa kau disini Aoba-san?" Sapa Virus. "Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku." JawabAoba. "By the way apa yang kalian berdua lakukan disini?"

"Shigoto..Shigoto.." Dengus Trip. "Sebentar lagi kurasa Akushima akan datang kemari dengan Toa ukuran Largenya."

"Heh? Kenapa?"

Pertanyaan Aoba lansung dijawab. Suasana menjadi rusuh, orang-orang mulai berkumpul di satu titik yang kebetulan tidak seberapa jauh dari mereka sambil meneriakan "Usui!" serta "Rhym!"

"Ah gara-gara itu." Kata Aoba melihat Usui telah menunjukan dirinya sebagai wasit Rhym.

"Well sebaiknya kau juga pergi saja jika tidak ingin terlibat." Ucap Trip memberi peringatan.

"Ya.."Aoba menghenitakan kalimatnya. "Ne..Virus, Trip..."

"Hai?"

"Apa kalian tau sesuatu tentang diriku di masa lalu?"

Virus dan Trip tertegun mendengar pertanyaan Aoba. Mereka tidak pernah menerima pertanyaan konyol ini dari pemuda yang sangat dikagum-kagumi mereka berdua.

"Ah tidak! Kalian tidak perlu menjawabnya! Itu hanya pertanyaan konyol!." Katanya lalu tertawa garing. "Maafkan aku. Belakangan ini aku lebih suka melamun membuatku suka menanyakan aneh-aneh."

Virus dan Trip sama sekali membuka mulut mereka berdua. Mereka berdua saling pandang-seperti berusaha menelepatiakan apa yang ada di kepalanya. Jelas-jelas mereka berdua mengetahui sesuatu.

"Aoba itu..."

Perkataan Virus langsung terputus dari suara yang sangat besar dan tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"AKAN KUTANGKAP KALIAN SEMUA! SAMPAH-SAMPAH BODOH!" Teriak Akushima menggunakan toa yang dimaksud dengan Trip.

Usui telah menghilang dan orang-orang berusaha melarikan diri dari polisi gila satu itu.

"Bahkan lebih cepat dari yang kukira." Dengus Trip. "Aoba sebaiknya kau juga pergi dari sini."

"Hm. Matane!"

"Matane!" Balas keduanya bersamaan.

Aoba berlari secepat mungkin menembus orang-orang yang bertujuan sama dengannya. Aoba berbelok ke kanan bersama beberapa orang lainnya untuk berusaha kabur dan ternyata...

Dek!

Aoba terhenti berhenti saat itu juga melihat siapa yang di depannya. 3 orang polisi sudah siap menangkap ikan dalam jalanya.

Aoba berjalan mundur, sayangnya 2 orang polisi lainnya sudah menjebaknya.

"Kuso!" Tukas Aoba.

Polisi-polisi itu langsung menyerang Aoba. Aoba ingin menyerang polisi-polisi itu walaupun tidak mungkin 1 lawan 5. Sedangkan beberapa orang di belakangnya tidak mungkin diharapkan.

Baru saja dia hendak mengayunkan kakinya, Polisi di depannya teriak kesakitan dan tumbang di hadapannya.

HAAHH!?

Aoba baru saja hendak berpikir, Tapi seorang pemuda bergerak dan memukuli para polisi itu satu persatu, hingga dalam waktu singkat polisi-polisi itu tumbang.

Aoba masih tertegun. Ia takjub melihat para polisi itu sudah tumbang secepat kilat seperti kesambet petir.

"Ano...Arigat..."

Perkataan Aoba terputus melihat wajah pemuda yang menolongnya. Pemuda dengan rambut kuning emas jabrik serta mata yang warna senada, tubuh yang dipenuhi oleh besi tindis serta topi yang digunakan pemuda itu.

Itu pemuda yang dicarinya sedari tadi.

"Are... Nanda no kono hen no kimochi?"

"Daijobuka?"

"Ah! Ha..Hai! Daijobu!" Jawab Aoba gelagapan. "Arigato gosaimasu." Ucapnya terimakasih.

"Douitashimashite." Balas pemuda itu.

Suara teriakan toa Akushima masih terdengar dan orang-orang masih berusaha lari dari para kerjaran polisi.

"Kocchi!"

"Huaa! Matte!"

Pemuda itu langsung menarik tangan Aoba-melarikan diri dari tempat itu. Pemuda itu terus menggandeng tangan Aoba saat merekaa berlari walaupun mestinya tidak diperlukan.

Mereka berdua berhenti berlari saat sudah tiba di jalan besar yang ramai oleh manusia. Suara Akushima sudah tidak terdengar di gendang telinga mereka.

Aoba mengatur napasnya yang memburu akibat lari tadi. Ia memandang pemuda yang telah menyelamatkannya 2 kali. "Arigato." Ucapnya kembali.

Pemuda itu memandang Aoba dari ujung kepala sampai ujung kakinya, seperti memastikan bahwa Aoba baik-baik saja. "Yokata."

"Heh?"

"Ne.. Kimi.."

Aoba terdiam saat mendengar nada tegas yang dilontarkan pemuda di depannya. Apa lagi dengan matanya yang berubah menjadi setajam pisau.

"Sebaiknya untuk sementara ini kau tidak kemana-mana dulu, dan perbatas untuk menggunakan jaringan sosial." Perintahnya

"HAH!?" Aoba tidak mengerti maksud pemuda di depannya. Mereka baru saja bertemu dan dia sudah berani memerintah Aoba seperti itu? Aoba sama sekali tidak mengerti.

"Ia-ia-ia-ia!" Sahut Aoba cepat-cepat. "Aku tidak mengerti maksudmu!"

"Nanti kau akan liat sendiri." Ucap pemuda itu dengan cepat, lalu berjalan meninggalkannya.

Aoba hanya memandangnya dengan kebingungan. Tiba-tiba ada yang terlintas di kepalanya.

"Ne! Ano sa!"

"Kita tidak pernah bertemu dan ini pertama kalinya kita bertemu, Aku tidak mengenalmu dan kau tidak mengenalku. Aku menyelamatkanmu tadi tanpa maksud apapun." Jawab Pemuda itu singkat yang langsung memotong pertanyaan Aoba.

Aoba terkejut bahwa pemuda itu telah menjawab semua pertanyaan yang ingin ditanyakannya. "Ha...Ah..."

Aoba hanya dapat tertegun. Baru saja Aoba ingin membuka mulut...

"Dan aku bukan peramal. Hanya feeling." Potongnya cepat.

Mulut Aoba terbuka lebar menatap pemuda di depannya. "O...Oke.."

"Jika kau mengerti maka aku permisi dulu." Pemuda itu berbalik meninggalkan Aoba.

"Oi! Matte!" Seru Aoba tapi balasan yang diberikan pemuda itu hanyalah tangan yang dilambaikan memuat Aoba semakin terbingung-bingung.

-oOo-

Pemuda itu meninggalkan Aoba tanpa basa-basi. Ketika ia sudah merasa cukup jauh dari Aoba, ia membuka coilnya dan melihat pada menu utamanya.

Ia tersenyum.

"Hari ini pengecualian."

-oOo-

"Junbi mo owarida!" Seru Allmatenya pemuda itu.

Muka pemuda itu serius, matanya yang penuh kebencian menatap terus Platinum Jail.

"Ima karasa watashi wa makenai!"

"Ima ka, Aitsuka modoteruka!"

.

.

.

.

SEKIAAAN! XD

Ini baru Chapter 1, Chapter selanjutnya silahkan ditunggu x3

Alasan Author bikin cerita ini sebenarnya karena lagi kesambet game DMMD x3 /Plok

Semoga kalian menyukainya :3

Minta reviewnya dan likenya juga :3