Prince of Stride Alternative © Kadokawa Games & Vridge Inc, Madhouse
I gain no profit from this fanfiction. Just for fun~
.
.
Ada satu hal yang Riku benci ketika ia berlari bersama Tomoe.
Oke, bohong—sebenarnya banyak. Ia benci punggung pemuda itu. Ia benci caranya berlari. Ia benci kecepatannya yang tidak tertandingi. Ia benci gaya rambutnya. Ia benci celana training yang biasa dipakai Tomoe. Ia benci sepatunya. Ia benci matanya. Ia benci perbedaan tinggi di antara mereka berdua. Riku membenci pemuda itu dan semua hubungannya dengan stride.
Tapi lebih dari itu, Riku benci kegigihan Tomoe.
Walau hujan, walau badai berembus, bahkan gempa bumi sekalipun, pemuda itu akan tetap berlari. Riku hanya mampu melihatnya—kecepatan dari sang bintang Stride tanpa mampu mengimbanginya. Ia hanya bisa duduk pasrah sembari memandang catatan waktu yang semakin meningkat. Bohong kalau Riku tidak iri.
[Ketika pulang, selalu saja ada satu dua retakan pada stopwatch mereka. Riku berpaling ketika Tomoe menatapnya macam-macam, sembari menyembunyikan air mata di balik hujan yang mengguyur kepalanya.]
Tomoe itu orangnya tidak peduli sekitar, sombong, dan selalu meremehkan. Ia tidak akan pernah berhenti berlari, atau sekiranya mengintip ke belakang kecuali kalau ia sudah menginjak garis finish atau mendengar suara tanah dan lutut Riku yang beradu. Pemuda pirang itu menggigit bibir. Ia seperti mengejar angin—dekat, tapi tak terjangkau. Tomoe selalu berhasil membuatnya kesepian.
"Kenapa?" Riku bertanya baik di masa lalu maupun di masa sekarang. Tomoe tidak menjawab. Kalimat kau berbakat tidak pernah memberinya kepuasan. Takeru mungkin akan menjawab lebih sadis; karena kau adik Yagami Tomoe, makanya aku memlihmu. Itu lagi, itu lagi. Kalau ia bukan adik Tomoe, apa dirinya sudah dibuang?
"Bodoh."
Takeru berkata sarkastik. Detik berikutnya, ia sudah berlari dua meter mendahului Riku. Pemuda itu mengumpat, namun akhirnya pasrah mengikuti si rambut hitam. Takeru tidak akan memberikan jawaban kalau ia tidak mengikuti permainannya. Riku mencoba menyangkal; namun tak bisa dipungkiri bahwa setiap kali ia menatap Takeru, ia bisa merasakan Tomoe di sana. Mereka terlalu mirip. Oh, mungkin inilah yang dinamakan karma. Hukuman karena membenci kakaknya sendiri, makanya ia tidak bisa lepas dari bayang-bayang pemuda itu. Benar. Yagami Riku hanyalah bayangan dari Yagami Tomoe. Selalu begitu. Selamanya begitu.
Ia mencoba untuk tidak sakit hati.
"Alasan aku memilihmu…" mereka berbelok ke tikungan, suara Takeru hampir tidak terdengar. Dalam halusinasinya yang terdalam, Riku mendengar suara Tomoe, berpadu dengan suara Takeru. Ia hampir menutup telinganya.
"…karena kau adalah kau, Bodoh."
Bayangan Tomoe seratus persen lenyap dari benaknya. Riku terdiam. Mendadak, seluruh tubuhnya menghangat. Ia merasa otot-otot wajahnya memberi rangsangan untuk membentuk kurva.
Riku menambah cepat larinya.
"Kau yang bodoh, Dasar Kacamata!"
Ringan. Rasanya ringan sekali. Ia tidak tahan untuk tidak melebarkan senyumnya—mengubahnya menjadi cengiran secerah mentari.
Ya, benar.
Jika Tomoe adalah angin badai yang membuatnya merasa kedinginan—
"Aku menang."
"Sialan! Tanding ulang!"
—maka Takeru adalah matahari yang menghangatkannya.
.
.
.
Fin.
Hahahahahaha ini apa 8"")))) dibuat setelah nonton (ulang) episode 2, 6, sama 8. Hubungan Tomoe-Riku sama pemikiran Riku yang suka banding-bandingin Tomoe sama Takeru sukses bikin saya doki-doki :3
Anyway, ini ff pertama saya di fandom ini. Salam kenal semua~ ^^
Thanks for reading ^^
2k16©Almond
