After School Kiss!
By Kinana
Disclamer : Masashi Kishimoto
Genre : Romance, Drama
Rating : M
Pairing : SasuNaru
Warnings : Gaje, Abal, OOC, OC, Typo(s), author galau, just one sentence : Don't Like Don't Read!
Chapter 1 : The Prince!
Burung–burung berkicau nyaring, matahari terlihat menampakkan cahanya malu–malu. Uchiha Sasuke terlelap dengan pulas diatas kasur berukuran Raja miliknya, dia mengernyit kecil begitu wajah tampan miliknya ditimpa oleh seberkas kecil cahaya matahari yang berhasil menyelinap kedalam kamarnya, menembus pertahanan tirai jendela yang menjuntai sampai ke lantai. "Tuan muda, bangun. Anda bisa terlambat," sayup–sayup suara Kakashi, salah satu dari sekian banyak butler di rumah megahnya terdengar. Sasuke menenggelamkan dirinya semakin dalam pada gulungan selimut tebalnya, dia sangat ngantuk karena kemarin begadang untuk menyelesaikan game yang baru saja dibelinya, dia menutup matanya lebih rapat dan mencoba mengingat hal terakhir yang dimimpikannya–mencoba tidur kembali. "Tuan muda, anda akan terlambat jika tidak bangun sebentar lagi," suara bariton Kakashi kembali memasuki area gendang telinganya, belum lagi suara cicitan burung yang seakan menjadi backsound untuk membangunkannya. Sasuke menggeliat, perlahan kedua kelopak matanya terbuka, Oh yeah, sekarang dia sudah tidak bisa tidur lagi, bisa dia dengar suara langkah kaki Kakashi yang mulai menjauh dari kamarnya. Sasuke mengambil posisi duduk, lalu melirik jam digital yang terpasang apik di meja kecil disebelahnya, 'Jam tujuh huh,' batin Sasuke setelah melihat angka yang tertera dalam jam digital berbentuk kotak itu, dia berdiri lalu melangkah kekamar mandi dan mengambil sikat gigi berserta pasta gigi, dengan perlahan dia menggosokkan sikat gigi yang sudah ternodai oleh zat berwarna putih itu.
Gosok
Gosok
Gosok
Sambil menggosok giginya dia melangkah perlahan kearah balkon kamarnya, membuka jendela balkon itu, dia menunduk melihat pemandangan lantai dasar dari balkonnya sambil terus menggosok gigi. 'Pagi yang seperti biasa,' Sasuke membatin bosan begitu dia menemukan beberapa maid dan butlernya yang sedang mengerjakan tugas seperti biasanya, dia juga melihat ayahnya, Uchiha Fugaku, yang sedang memasuki sebuah limousine dan mereka berdua–Sasuke dan Fugaku–sempat bertukar pandangan datar. Yeah, khas Uchiha.
"Tuan! Jangan melamun terus! Tetangga banyak yang terpesona sama tuan nanti!" seruan nista itu berasal dari salah satu maidnya yang bernama Ten Ten, Sasuke melirik sebentar kearah Ten Ten lalu masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu balkon. Kini dia punya sebuah misi yang harus diselesaikannya yaitu sekolah. Misi membosankan lainnya.
.
.
.
.
Sasuke mematikan mesin Ferari biru dongkernya, lalu melepas sabuk pengaman yang dia kenakan. Hari ini, seperti biasa, parkir mobil tampak selalu penuh dengan berbagai jenis, ukuran, dan tipe mobil yang mengisi tempat lapang itu. Sasuke menyambar ransel di jok samping, lalu keluar dan mengunci pintu mobilnya. Dengan segera Sasuke merasakan firasat buruk, karena bulu kuduknya meremang tiba–tiba.
"Sa~su~ke~kuuuuuuuuun~~" teriakan cempreng bernada alay itu terdengar, dan Sasuke tidak perlu repot–repot menoleh, karena dia sendiri tahu siapa si pemilik suara. Dalam diam Sasuke melangkahkan kakinya keluar gedung parkiran, lalu berdiri di trotoar di depan zebra cross,sekolahnya dan tempat parkir memang terletak bersebrangan.
"Sasuke jahat~ nggak nungguin~~" suara alay bin genit kembali terdengar, kini disertai dengan beban yang bertambah pada lengannya. Menanggapi suara itu Sasuke hanya mendengus kasar. Cewek yang sedang bergelayut manja tanpa permisi di lengannya ini adalah Haruno Sakura, anak pemilik yayasan tempatnya menimba ilmu, cewek ini termasuk cewek nomor satu di sekolahnya dalam hal kecantikan, tapi menurutnya cewek ini lebih jelek dari cacing sekalipun, bukan bermaksud menghina, Sasuke hanya tidak suka dengan sikap alay, manja, sok imut yang ditujukan Sakura padanya, dan apa–apaan rambut pink norak itu?!
"Sasuke-kun~ Sakura–chan takut menyebrang sendirian~" suara Sakura terdengar kembali dengan gelayutan yang semakit mengerat tidak melihat bahwa pemuda di sampingnya tengah menirukan kalimatnya tanpa suara alias mencibir setelah itu memutar kedua bola matanya, bosan plus jengah. Sasuke sudah hafal kalimat cewek itu, dan Sasuke juga sudah capek mengingatkan soal adanya satpam yang dapat menyebrangkannya atau soal jangan pernah mendekati Uchiha Sasuke, karena setiap kali Sasuke berkata seperti itu Sakura malah semakin mengeratkan gelayutannya, pura–pura tidak mendengar. Dan sungguh! Sakura punya tenaga diatas rata–rata cewek, karena Sasuke merasa tulangnya akan remuk jika gelayutan Sakura mengerat.
.
.
.
.
Lagi–lagi Sasuke mendengus kasar. Seperti hari biasanya kasak–kusuk di kalangan murid–murid kembali mengudara saat melihatnya yang selalu datang bersama Sakura, kasak–kusuk yang mengatakan tentang betapa cocoknya mereka, betapa gantengnya Sasuke, betapa cantiknya Sakura, betapa Sasuke sungguh beruntung mendapat cewek seperti Sakura. Kalau saja Sasuke bukan Uchiha maka dia akan segera melempar orang yang berkasak–kusuk itu dengan kayu balok, karena nyatanya Sasuke merasa punya cewek seperti Sakura itu merepotkan dan membuatnya benar–benar muak. Untung saja Sasuke tidak pernah menyetujui pernyataan cinta cewek itu. Sasuke melirik cewek yang masih setia bergelayut pada lengannya lewat ekor mata, dan lagi–lagi dia menemukan senyum kepuasan terpatri di wajah gadis itu, membuat Sasuke mendengus kasar lagi untuk ketiga kalinya dalam hari ini. Sakura menatap pemuda disebelahnya, Sasuke memang tampan, keren, kaya, dan jenius, dia merasa bangga bisa berdekatan dengan sang pangeran sekolah yang memiliki sifat dingin ini, Sakura membuka mulutnya, bersiap mengeluarkan suaranya yang dibuat seimut mungkin, "Sasuke–kun! Hari ini aku butuh baju baru, temenin aku belanja yuk, nanti aku..." nyatanya ocehan Sakura itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri, alias nggak ada yang sekedar singgah di otak Sasuke, karena pemuda itu kini sedang memikirkan game apa saja yang sekiranya dapat membuat dirinya tidak bosan hari ini.
"To! Nagato! Bantuin gue napa ah!" suara cempreng plus berisik itu membuat Sasuke tersadar akan lamunan kekasih abadinya selain tomat, yaitu game. Sasuke memandang lurus kedepan, dan hanya melihat banyak buku tebal (kira–kira berisi 600 halaman lebih setiap bukunya) yang ditumpuk keatas menjadi satu, dan bagian tubuh dari pinggul sampai sepatu, sepasang kaki itu terbungkus dengan celana seragan dari sekolah ini menandakan kalau dia juga murid disini, "Cepet Nagato!" suara cempreng yang berasal dari balik tumpukan buku kembali terdengar. "Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa," suara cempreng itu terdengar lagi diikuti tubuh yang terayun kedepan dan buku–buku yang mulai berjatuhan, 'Manis' adalah kalimat pertama yang terlintas di kepala Sasuke saat dia melihat wajah si pembawa buku yang sudah tidak terhalang tumpukan buku.
Grap
Layaknya superhero dengan seigap Sasuke menangkap tubuh kecil yang akan bersua dengan tanah itu dan semua murid yang ada di halaman sekolah membeku melihat adegan itu, dia menangkap pemuda manis dengan surai pirang itu kedalam pelukannya, dan tanpa sengaja telapak tangan kanan Sasuke mendarat di kedua benda kenyal yang ada di belakang si pemuda di bawah pingul dengan kata lain bokong. 'Empuk' Sasuke membatin mesum dengan telapak tangan yang masih stay cool di bokong si pemuda, tangannya tidak ingin meninggalkan kekenyalan kedua benda bulat itu tanpa sadar bahwa sebuah novel yang tebalnya seribu halaman lebih meluncur kearahnya dikarenakan gravitasi yang menarik si buku.
Bruk
Dengan nistanya buku itu menimpa kaki Sasuke dan sontak membuat tangannya berpindah tempat di pinggul pemuda itu, Sasuke tidak tahu dendam apa yang dewi Fortuna miliki padanya. Sumpah! Rasanya nggak enak banget! Sakit euy! Seribu halaman lebih! Jika saja Sasuke bukanlah seorang Uchiha bisa dipastikan sekarang dia akan bergulung–gulung sambil memegangi kakinya dan berurai air mata.
"A–ano..." suara terbata itu membuat Sasuke tersadar dan melepaskan pelukannya dengan wajah yang masih datar, dalam hati tangannya menangis karena tidak bisa lagi merasakan kekenyalan kedua benda bulat itu.
"Arigato..." pemuda pirang itu berucap dengan semburat merah dan sepasang iris safir berbentuk bulat dan besar yang menatapnya berkaca–kaca layaknya anak kucing. 'Kawaiiii~' semua yang ada di sana tersadar dari kebekuan dan membatin berjamaah kecuali Sakura yang sudah menyebar pandangan menusuk pada si blonde. "Nar! Lo nggak apa kan?!" sura yang terdengar khawatir itu membuat Sasuke dan si pemuda pirang menoleh dan mendapati pemuda lainnya yang sedang berdiri dengan nafas satu–satu, pemuda itu memiliki surai merah dan lebih tinggi sepuluh centimeter dari si pemuda pirang tapi setara dengan Sasuke. "Aduh! Lo sih Nagato! Udah gue bilang bantuin juga!" pemuda yang dipanggil 'Nar'oleh si pemuda pirang mengerucut kan bibirnya, membuat Sasuke ingin segera mencipok bibir mungil nan merah alami itu. "Sorry Nar! Gue ada urusan sama Menma," kata pemuda merah yang dipanggil 'Nagato' itu. Si pirang berbalik kearah Sasuke lagi lalu memberikan senyuman lebar yang lebih mirip cengiran lima jari pada Sasuke, membuat jantung Sasuke berdesir aneh. "Makasih!" kata si pemuda pirang, lalu berjongkok didepan Sasuke, 'A–apa nih?! Di–dia mau ngasih gue blow job disini nih?!' Sasuke membatin eror nan mesum.
Sret
Ternyata si pemuda pirang hanya ingin mengambil salah satu buku yang kebetulan terjatuh didepan kaki Sasuke. Pemuda bersurai raven itu mendesah entah karena kecewa atau lega lalu dia mulai berjongkok untuk membantu mengumpulkan buku–buku tebal yang berhamburan di sebelah mereka. Layaknya di FTv yang jarang di tonton author adegan mainstrim layaknya jari tangan yang bersentuhan tanpa sengaja pun akan terjadi jika saja Sakura tidak segera menarik tangan Sasuke yang tidak membawa buku dan berucap "Ayo masuk Sasuke–kun! Kelas akan dimulai!" dan dengan terpaksa Sasuke mengikuti tarikan cewek itu, karena bagaimanapun si alay ini benar. "Lain kali hati–hati yah!" seru Sakura pada si blonde saat dirinya dan Sasuke sudah menjauh dari halaman sekolah. Dan entah kenapa perasaan tidak enak kembali menyergap Sasuke.
.
.
.
.
Asuma–sensei, guru fisikanya memasuki kelas tempatnya bernaung dengan aura gelap yang membuat semua anak langsung terdiam dan duduk tegak di kursinya masing–masing. Sasuke melirik Asuma–sensei yang sedang membagikan hasil ulangan dari bangku ke bangku, lalu matanya kembali terpaku pada majalah game yang kini terletak manis diatas mejanya, dia harus menemukan game yang menarik untuknya.
Brak
Suara keras itu disusul dengan sebuah telapak tangan yang menutupi figure seorang cewek dengan pakaian minim dalam game death photo. Sasuke melirik keatas, dan menemukan Asuma yang sedang menatapnya dan meletakkan sebuah kertas putih diatas mejanya dengan posisi terbalik. "Majalah ini saya sita," kata Asuma lalu berbalik dan mulai berjalan pergi, dengan datar Sasuke memandang kertas di depannya, dia mengambil kertas itu dan mengamatinya, kedua iris onyx miliknya langsung membulat dalam sepersekian detik dikarenakan angka lima puluh dengan spidol merah yang tertera di pojok kiri kertas, ini adalah lima puluh ketiga yang Sasuke dapatkan pada ulangan, dan di bawah angka nista itu tertera tulisan rapi Asuma istirahat temui saya di kantor. Sasuke menghela nafas berat. Dan mulai berfikir tentang apa yang akan dikatakan oleh Asuma.
.
.
.
.
Bel penyelamat bagi jiwa siswa–siswi yang hampir kehilangan nyawa karena rumus fisika berdentang, membuat wajah–wajah suram di tiap–tiap kelas kembali bersinar cerah layaknya habis dicharge. Sasuke berdiri dari duduknya, lalu berjalan keluar kelas, tidak menghiraukan teriakan Sakura yang mengajaknya kekantin, dan dia bersyukur karena gadis itu tidak sedang memiliki mood untuk menstalk dirinya. Lagi – lagi Sasuke merasa perasaan tak enak menyergap dirinya saat dia memutar gagang pintu dengan plat bertuliskan 'Ruang Guru' di atas pintu.
Srek
Dengan nyaman Sasuke mendudukkan dirinya di depan Asuma, dia menatap balik guru terkiller yang sedang menatapnya tajam, Asuma meletakkan sebuah majalah game miliknya dengan dramatis, hingga menimbulkan suara 'gedebung' yang cukup untuk menarik perhatian para guru di dalam ruangan ini. "Jadi, ini yang menyebabkan nilai kamu menurun akhir – akhir ini?" Sasuke melirik majalah game didepannya. "Hn." Jawab Sasuke, singkat plus nggak jelas, "Kamu tahu kan sebentar lagi kenaikan kelas sekaligus tes penjurusan?" Asuma bertanya datar, "Saya tahu Asuma–sensei," balas Sasuke lebih datar. "Jadi, kenapa kamu lebih mementingkan hal–hal seperti ini ketimbang prestasi belajar kamu?" Asuma menghela nafas–mencoba bersabar. "Karena...prestasi belajar saya kurang penting?" jawab Sasuke, tidak benar–benar mendengarkan perkataan Asuma. Guru yang punya kebiasaan menghisap cerutu itu menghela nafas panjang, "Apa saya perlu memberitahukan penurunan ini pada ayah kamu?" tanya Asuma lagi, "Saya bisa membunuh Asuma–sensei lima puluh kali jika itu terjadi," balas Sasuke, sekarang fokusnya hanya tertuju pada Asuma dan pandangan matanya menajam. "Baik. Saya tidak akan mengatakannya pada ayah kamu," kata Asuma, dia merasa puas karena mendapat fokus dari Sasuke, "Tapi saya kurang puas...karena kemarin kita sudah membicarakan hal ini dan nilai kamu tetap jongkok," Jelas Asuma, sedangkan Sasuke memikirkan tentang mengapa Asuma bisa mengatakan sesuatau yang begitu sempurna dengan EYD di era alay seperti ini. "Mulai besok kamu masuk ke kelas After School!" kata Asuma, sedang Sasuke yang kembali tidak begitu memperhatikan hanya mengangguk saja, sebelum akhirnya dia mengernyit dan menatap Asuma, "kelas After School?" tanya Sasuke datar tapi kebingungan terpancar dari sepasang onyx miliknya sehingga membuat Asuma berdeham ringan sebelum melanjutkan. "Kelas After School di tempati oleh anak–anak yang nilainya jeblok di satu atau beberapa mata pelajaran, kamu dan anak lainnya akan menempati kelas ini selama sebulan sebelum ujian kelulusan khusus untuk kalian di lakukan, lalu barang siapa yang nilainya masih jeblok dia harus kembali menempuh pelajaran di kelas After School," jelas Asuma sambil tersenyum simpul, "Kamu tidak bisa menolak permintaan saya," Asuma kembali berucap saat dilihatnya Sasuke akan perotes, Sasuke menghela nafas, lalu berdiri dari kursi yang didudukinya tadi dan berjalan pergi meninggalkan ruang guru.
Baik lah! Kita lihat, apa kelas After School bisa membuatnya terlepas dari kebosanan yang melekat dalam kehidupannya.
Ck. Ck. Ck.
Tenang! Disana ada hiburan Sas!
Kata author fict ini sambil grumy smile
TBC
Haloooooooooooooooooo~~ pendek yah? Namanya juga awal chapter. Ah, dan ini fict terinspirasi dari novel After School Club karya Orizuka jadi yang udah baca tuh novel jangan herann kalau chap ini sama secara garis besar di chap satunya Orizuka...tapi aku cuman baru baca sampe chap dua kok! Dan rencanya tiap chapter setelah chapter ini dikasih adegan Kissu~ entah itu Kissu dari pair utama atau pair slight makanya judulnya 'After School Kiss!' gitu... dan umm buat Sakura FC... gomen ne~~ aku nggak bermaksud ngebashing tuh chara...demo ne...tau nggak aku butuh perkataan nge-jleb buat ngidupin cerita /diinjek
Dan, dan, karena nggak mungkin semua aku pair Yaoi, enaknya Sakura entar sama siapa? Sasori? Sai? Shisui? (kenapa pada S semua awalannya ==a) pokoknya jangan vote Itachi, Nagato, Kyuubi, Menma, Naruto, Sasuke, karena SasuNaru jelas pair utama fict ini SasuSaku akan jadi sligthnya tapi nggak akan bersama/digigit, NagaMenma mungkin ada dikit lovely dovey, kalau ItaKyuu...aku belum berniat mengeluarkan kedua brother–complex itu ==a
Sekian dariku~~~
RnR?
