Oh, well,,
Fanfic baru saya~! *dance*
Sebenarnya sih ide fanfic ini udah lama, tapi karena banyak project fanfic, jadi di tunda.
Tapi update fanfic ini pasti juga bakal agak lama... Soalnya, saya udah di suruh ngurangin waktu pake komputer... Yah, saya di suruh lebih fokus ke belajar tahun ini...
Timelinenya sekitar... 30 tahun kemudian, mungkin
Yak~ Dari pada kepanjangan, mari kita mulai dengan disclaimer~
Disclaimer: Katekyo Hitman Reborn hanya milik Amano Akira-sensei. Saya hanya ingin meminjam beberapa karakter untuk fafic ini~ Dan fanfic ini punya saya~
Warning: OC, nextgen, typo, OOC, gajhe
Saya sangat menghargai para readers yang dengan senang hati meninggalkan review setelah membaca~
Twin Blue Sky
Chapter 1: Introduction
Hari sudah pagi, terbukti dari cahaya matahari yang masuk ke kamarku melalui jendela. Aku menguap, sebelum akhirnya membuka tirai dan membuka jendela
Ah, ya, perkenalkan! Namaku Sawada Akira. Umur ku 15 tahun, dan orang tuaku adalah Sawada Tsunayoshi dan Sawada Kyoko. Kami tinggal Namimori, tetapi, Otou-san suka pergi ke Itali. Tapi aku tidak tahu apa yang ia kerjakan...
Aku mengambil karet rambut di meja belajarku, menguncir rambut coklat ku, dan menguap kecil. Kemudian, aku berjalan menuju ruang makan
"Okaa-san, Otou-san masih ada kegiatan di Itali, ya?" aku mencoba membuka sebuah topik pembicaraan saat sarapan
"Yah, begitulah. Dia sangat sibuk~" Okaa-san tertawa kecil
"Okaa-san, sebenarnya pekerjaan Otou-san apa?" tanyaku lagi
"Hmm? Nanti kau juga akan tau kalau saat nya sudah tiba" begitulah Okaa-san kalau ditanya soal pekerjaan Otou-san. Mungkin mereka berdua sudah sepakat untuk menyembunyikan soal pekerjaannya dari ku.
"Kalau saatnya sudah tiba itu kapan?" tanya ku penasaran
"Tidak tahu~ Mungkin sebentar lagi, mungkin juga masih lama" jawab Okaa-san. Aku hanya mengangguk pelan.
"Aku sudah selesai makan, kalau begitu, aku berangkat, ya!" aku mengambil tas sekolahku
"Hati-hati di jalan, ya!" ujar Okaa-san
"Ah.. Pagi yang cerah.." aku menghirup udara segar
"Akira!" sebuah suara familiar terdengar di telinga ku
"Ah! Kai-kun!" aku melambai ke arah laki-laki yang sedang berlari ke arahku itu. Dia teman sekelasku, Gokudera Kai. Ayahnya adalah teman otou-san, Kalau tidak salah nama ayahnya Gokudera Hayato.
"Akira! Kau sudah mengerjakan PR?" Kai membuka topik pembicaraan
"Sudah kok. Aku kan tidak semalas Ayase" aku tertawa kecil
"Yo! Akira! Kai!" seru seseorang.
"Oh.. Speak of the devil..." gumam Kei
"Ahaha... Oh, ya, Kai! Akira! Kalian sudah mengerjakan PR belum?" Tanya perempuan itu, Yamamoto Ayase. Ia pemain basket. Di antar kita bertiga, dialah yang paling tinggi.
"Tentu saja, baka.." jawab Kei ketus. Aku juga hanya mengangguk
"Hehe... Kalau begitu, aku boleh pinjam tidak?" Ayase hanya menyungging kan sebuah senyum. Kei, seperti biasa, menatap Ayase dengan tatapan tidak-akan-kupinjamkan-PR-yang-sudah-kubuat-semalaman yang biasa ia pakai jika Ayase ingin meminjam PR. Aku hanya bisa bersweatdrop ria, "Yah, nanti akan ku pinjamkan di kelas..." Ayase pun tertawa senang.
Ah, ya, aku baru ingat, kemarin di Namimori chuu ini, ada seorang anak perempuan—sepertinya anak kelas 8— dia menjaga di depan gerbang Namimori chuu. Ia mengaku sebagai ketua disciplinary comittee yang baru. Tahun lalu, saat aku kelas 8, disciplinary comittee tidak terlalu terkenal, malah aku sempat lupa ada komite yang satu itu. Sekitar lebih dari 10 tahun yang lalu, disciplinary comittee sangat terkenal. "Siapa yang tidak bergidik mendengar nama pemimpinnya?" itulah yang di katakan otou-san. Otou-san sepertinya juga mengenal orang itu. Tapi beberapa tahun yang lalu, disciplinary comittee sudah tidak terlalu terkenal. Barulah sekarang komite itu bangkit kembali. Aku melihat gerbang sekolah, yang tinggal beberapa meter lagi. Perempuan itu ada disana, memperhatikan setiap orang yang masuk. Setiap orang yang masuk tidak luput dari iris biru matanya, warna yang serasi dengan rambutnya yang berwarna biru gelap.
Saat aku melewati gerbang sekolah, aku memperhatikan perempuan itu, menatap matanya. Ia pun mempertajam tatapan matanya—yang membuatku bergidik melihatnya. Aku langsung memalingkan wajahku. Jujur, itu adalah tatapan mata yang paling menusuk yang pernah ku lihat
Oh, well, tidak usah di bahas lagi...
"Akira? Kau tidak apa-apa?" tanya Kei
"Ahaha... Tidak... Hanya saja..."
"Hanya saja apa?" tanya Kei
"Perempuan itu, siapa namanya?" aku bertanya balik
"Oh.. Pemimpin disciplinary comittee yang baru? Kalau tidak salah.. Namanya.. Hibari... Er... Oh! Hibari Saki!" seru Ayase
"Hibari Saki, ya? Tampaknya aku pernah mendengar nama marganya..." gumam ku. "Ah, sudahlah..." aku menggeleng-geleng kan kepala ku untuk menghilangkan pikiranku
"Kei! Ayase! Ayo ke kelas" aku tersenyum ke arah mereka
"Oke! Yang terakhir sampai di kelas harus traktir!" Ayase mulai berlari. Aku yang dari tadi berada di paling depan tidak mau kalah, begitu juga Kei.
Lunch Time
Waktu istirahat sekolah. Kami bertiga sedang duduk di kelas sambil bercakap-cakap, ketika orang itu datang dan berteriak di depan pintu
"Senpaaaaiiiiiiii!" kalian harus ingat untuk memakai earplug kalian jika bertemu dengan sepupuku ini, Sasagawa Ryou.
"Ada apa, Ryou?" tanya ku sambil memegangi telingaku
"Ayo kita makan sama-sama~" katanya dengan riang
"Yah, tapi kau tidak perlu berteriak..." kata Kai sinis
"Ayase!" seseorang—yang sepertinya anggota klub basket— Memanggil Ayase
"Oh, sepertinya aku tidak bisa ikut! Sampai nanti, ya!" Ayase pergi bersama dengan teman klub nya itu
"Oh, well, ayo kita ke atap!" ajakku
Kami bertiga berjalan ke atap sambil bercanda ria. Akhirnya kami sampai di atap. Aku membuka pintu atap
"Ah~ Anginnya segar~" Aku menghirup angin musim semi yang bertiup lembut.
Aku melihat dua orang di atap. Satu laki-laki asing berambut blonde spiky, sedangkan yang satu lagi, Saki—ya, Saki si pemimpin dicsiplinary comitte itu. Sepertinya mereka sedang ngobrol
"Ah, kalau begitu, aku pulang dulu, ya, Saki" Orang itu mengusap rambut Saki dan ingin berjalan pergi dari atap. Kami bertiga memberikannya jalan keluar, aku memperhatikannya saat ia melewatiku. Uh.. sepertinya aku pernah lihat orang itu... Tapi dimana, ya?
"Mau apa kalian disini?" tanya Saki dengan nada yang sedikit ketus
"Ahah.. Kami hanya ingin menikmati bekal" aku tersenyum kecil
"Ya! Kami hanya ingin menikmati bekal to the extreme!" ujar Ryou
"Oh.. Kalau begitu, kuharap kalian tidak mengangguku..." ia bersandar pada tangki air disana, mengeluarkan sebuah buku, dan kaca mata baca
"Oh..." gumam ku. Kami bertiga duduk di atap dan membuka bekal masing-masing—aku hanya membawa sebungkus roti melon, tidak lebih. Ryou membawa sekotak bento, sedangkan Kei membawa beberapa potong kue.
"Ibu mu membuat kue lagi?" tanyaku
"Ya.. Belakangan ini dia suka membuat kue.." Kei mangambil satu potong kue dari lima potongan
"Sepertinya enak.." Aku memperhatikan ke empat potongan kue kecil itu. Yah, aku tidak terlalu tahu nama-nama kue. Tapi di lihat dari warnanya, rasa coklat mendominasi kue itu
"Ambil saja kalau mau" tawar Kei
"Aku mau to the extreme!" Ryou langsung mengambil salah satu potong kue
"Ah, tidak, terima kasih.." tolak ku
"Hei! Saki!" aku memanggilnya
"Apa? Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak mengganggu ku?" saki men death glare ku
"Er... Kau mau kue?" tawar ku
"Apa? Kue?" tanyanya. aku mengangguk
"Oh, boleh~" ia melepas kacamatanya dan berjalan mendekati kami. Ia mengambil sepotong kue dari kotak makanan Kei yang kusodorkan kepadanya. Ia melahap kue tersebut dan terdiam beberapa saat
"Yang buat kue ini ibumu kan?" tanyanya pada Kei. Yang di tanya pun hanya mengangguk
"Katakan pada ibumu, tambahkan bubuk kakao sedikit lagi. Rasanya pasti akan lebih enak" kata Saki. Ia pun berjalan keluar dari atap sekolah
"Wow.. Lidahnya hebat.." gumam ku
"Mungkin dia penggemar kue to the extreme" komentar Ryou
Meanwhile
Italy
Third person POV
"Permisi, juudaime..." seseorang mengetuk pintu ruangan kerja vongola decimo
"Masuk saja, Gokudera-kun" sang vongola decimo, Sawada Tsunayoshi, mempersilahkan storm guardiannya masuk
"Juudaime, apakah kau yakin tentang ini?" tanya Gokudera
"Yah, umur ku—lebih tepatnya umur kita— sudah cukup tua sekarang. Lagipula hanya memberitahu tidak apa-apa kan? Upacaranya tidak akan di laksanakan dalam waktu dekat." Jelas Tsuna
"Oh, ya, juudaime, aku dapat pesan dari si Outside Advisor." Gokudera memberikan Tsuna secarik kertas surat. Tsuna mengerutkan dahinya
"Ada masalah apa lagi?" Tsuna membuka kertas itu dan membaca isinya. Matanya membelalak
"Apa mau orang itu?" Tsuna meremas kertas itu
"Untung mengantisipasi, aku akan meminta Reborn untuk melatih Akira dulu" Tsuna berdiri dari kursi untuk mencari Reborn
Bel pulang sudah berbunyi, aku berjalan pulang bersama Kei dan juga Ayase.
"Akira!" seseorang memanggilku. Aku menoleh ke arah suara, ada seorang bayi, memakai pakaian formal, dan juga topi fedora. Hanya ada satu yang seperti itu...
"Ah... Reborn!" seru ku sambil berlari kecil ke arah nya. Aku kenal dia karena Otou-san kadang-kadang pulang bersamanya
"Ada apa Reborn kesini? Mana otou-san?" aku menanyakan beberapa pertanyaan.
"Ayahmu menelponku saat aku berada di jepang. Ia menyuruhku untuk menemui mu dan juga ibu mu" ujarnya
"Oh, Baiklah... Ayase! Kai! Aku pulang, ya!" aku melambaikan tangan ke arah mereka.
Sawada's House
"Tadaima!" Aku membuka pintu rumah dan mempersilahkan Reborn masuk
"Okaeri~ Ah! Ada Reborn rupanya!" Okaa-san menyambut kedatangan ku dan juga Reborn
"Aku di suruh Tsuna kesini untuk mengajarkan anak ini beberapa hal" ujar Reborn
"Ah... Waktunya sudah tiba, ya?" balas Okaa-san. Reborn hanya mengangguk
"Kalian ngomong soal apa, sih?" tanyaku yang kebingungan
"Nanti kami jelaskan. Tapi kamu harus ganti baju dulu~" aku pun berjalan menuju kamarku
"Jadi... Pekerjaan Otou-san..." aku kaget setelah mereka beritahu. Seorang pemimpin keluarga mafia? Kau pasti bercanda!
"Karena itu, aku disini untuk melatihmu. Sama halnya seperti sebelum ayahmu menjadi bos mafia" jelas Reborn
"Tapi... Aku hanya ingin hidup tenang, di Namimori!" seru ku
"Tapi belum ada kandidat lain selain kau" balas Reborn sambil menyantap makanannya
"Ukh... Tapi... Yah, mungkin akan kucoba.." akhirnya aku menyerah. Mungkin kehidupan sebagai seorang bos mafia tidak seburuk yang kubayangkan.
"Jadi... Latihan seperti apa?" aku mencoba untuk bertanya
"Kalau kau mau tahu, harus di praktek kan" ujar nya
"*sigh* baiklah. Kalau begitu, mulai latihannya besok saja, ya? Aku ingin istirahat..." Aku berjalan menuju kamar ku
"Kalau kau tidak latihan hari ini, kau harus belajar" seru Reborn dari ruang makan
"Iya! Iya! Aku tahu!" balasku
Akira's Room
"Ukhh.. Aku lagi males..." aku merebahkan tubuhku di kasur
"Mafia? Aku tidak menyangka hidup ku akan berurusan dengan mafia.." aku sweatdrop. Baru beberapa detik aku berisitirahat di kasurku yang empuk, Reborn menyerangku dengan palu besar. Untung saja aku sempat berguling turun dari kasur
"Apa yang kau lakukan, Reborn? Kenapa kau masuk ke kamar ku?" teriakku
"Apa yang ku bilang tadi soal belajar?" tanya nya
"Aku kan ingin istirah— Hiii!" aku kaget karena ia mengancungkan pistol ke arahku.
"Iya! Iya! Aku akan belajar!" aku langsung mengambil tasku untuk belajar, sedangkan Reborn hanya tersenyum kecil. Yah, tampaknya pelatihan Reborn itu tak semudah yang kupikirkan... Kuharap, aku bisa melewati semua ini...
~to be continued~
Ukh.. Akhirnya selesai...
Kalau sempat, chara design nya saya buat...
Behind the Scene #1
"Yo! Akira! Kai!" seru seseorang.
"Oh.. Speak of the devil..." gumam Kei
"Ahaha... Oh, ya, Kai! Akira! Kalian sudah mengerjakan PR belum?" Tanya perempuan itu, Yamamoto Ayase. Ia pemain basket. Di antar kita bertiga, dialah yang paling tinggi.
"Tentu saja, baka.." jawab Kei ketus. Aku juga hanya mengangguk
"Hehe... Kalau begitu, aku boleh pinjam tidak?" Ayase hanya menyungging kan sebuah senyum. Kei, seperti biasa, menatap Ayase dengan tatapan tidak-akan-kupinjamkan-PR-yang-sudah-kubuat-semalaman yang biasa ia pakai jika Ayase ingin meminjam PR. Ayase terdiam, Kai diam, aku juga diam
"AH! KAI! MUKA MU LUCU BANGET SIH!" Ayase tiba-tiba memeluk Kai
"Lepas kan aku, baka!" seru Kai sambil meronta-ronta. Aku hanya sweatdrop sambil berusaha melepas Kai dari Ayase.
Behind The Scene #2
"Hei! Saki!" aku memanggilnya
"Apa? Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak mengganggu ku?" saki men death glare ku
"Er... Kau mau kue?" tawar ku
"Apa? Kue?" tanyanya. aku mengangguk
"Oh, boleh~" ia melepas kacamatanya dan berjalan mendekati kami. Ia mengambil sepotong kue dari kotak makanan Kei yang kusodorkan kepadanya. Ia melahap kue tersebut dan terdiam beberapa saat
"Ukhh..." Saki jatuh pingsan dengan mulut berbusa. Kami bertiga jawdrop
"SAKIIII!"
