Colorfull Of Love

.

.

Warning : cerita ini murni milik Santhy Agatha dan saya hanya mengganti nama tokoh dengan idola saya...

Cast : Kim Kibum

Choi Siwon

Other's Cast

.

Enjoy.

::

::

Colorful of love adalah seri bertema romantis dengan kisah percintaan empat tokoh gadis yang memiliki kisah berbedabeda.

Kim Ryeowook - [ Brown Afternoon } "Perjanjian Hati"

Gadis penyuka cokelat, guru taman kanak-kanak yang penyabar, yang selalu menghabiskan waktu sepulang kerjanya di sore hari untuk memesan secangkir cokelat yang nikmat dan menenangkan pikirannya.

Kim Kibum - [ Grey Morning ] "Sweet Enemy"

Gadis sederhana, anak kuliahan berotak cemerlang, yang tidak pernah melewatkan waktu untuk menikmati oreo milkshake sebagai menu sarapannya. Minuman itu membuatnya bersemangat, untuk melalui harinya yang berat di kampusnya.

Lee Sungmin - [ Red Night] "You've Got Me From Hello"

Gadis dengan hubungan yang rumit, seorang penulis yang mencari ketenangan dengan menghirup segelas anggur merah setiap malam, untuk mencerahkan hatinya yang kelam akibat kisah cintanya yang rumit.

Lee Hyukjae - [ Green Dayligt ] "Pembunuh Cahaya"

Gadis yang lembut dan tenang, pemilik toko bunga dan tanaman, selalu memanfaatkan waktu makan siangnya dengan menghirup teh hijau yang panas, untuk menguatkan dirinya menghadapi perkawinannya yang menyesakkan dada

.

.

Prolog

"Itu dia orangnya baru datang," Nickhun menunjuk dari jendela di lantai paling atas mansion itu , "Dia anak miskin itu, yang dipungut oleh ibu Siwon."

"Mana?" Taecyeon ikut-ikutan mengintip di jendela dan mengernyit, "Sepertinya dia biasa-biasa saja? Apa yang

Membuat nyonya Choi memungutnya?"

"Karena dia anak kesayangan di sekolah yang didirikan oleh ibu siwon, nilai-nilai pelajarannya paling sempurna, dan otaknya jenius, meskipun dia datang dari keluarga miskin, dengar-dengar ayahnya baru meninggal karena kecelakaan di tempat kerja, dan dia tidak punya siapa-siapa lagi, karena itulah Nyonya Choi memutuskan menjadi penyandang dananya."

Taecyeon melirik ke arah siwon yang tampak tidak tertarik, sedang menenggelamkan diri dalam buku bacaannya. Lelaki itu tampak begitu dingin, muram dan tidak tersentuh, hanya beberapa orang yang bisa berdekatan dengannya, Choi Siwon putera dari konglomerat nomor satu di negara ini. Taecyeon dan Nickhun adalah sebagian yang beruntung. Mereka dekat bukan karena siwon membuka diri, tetapi karena kedua orangtua mereka memang bersahabat dan mereka sudah berkenalan sejak kecil. Siwon bukanlah orang yang dekat dengan kedua orangtuanya. Ayahnya tidak pernah ada di mansion, sibuk dengan bisnisnya, dan Ibunya lebih senang berkeliaran di luar dengan kegiatan amal dan kebaikan hatinya, merasa bahagia karena dipuja orang sebagai pribadi yang darmawan. Meskipun begitu siwon sangat menghormati kedua orang tuanya itu.

Dan Kibum, orang yang mereka bicarakan itu tentunya menjadi subjek terbaru mamanya untuk menuai pujian dari semua orang. Siwon mengernyit kesal. Ibunya selalu membuatnya repot, dan sekarang, dia menampung anak gelandangan itu di sini, di mansionnya. siwon harus selalu berinteraksi dengan anak gelandangan dari keluarga miskin itu.

"Tapi dia cantik," Taecyeon bergumam lagi, kali ini mengamati dengan lebih intens, "siwon, kau benar-benar tidak ingin melihatnya?"

"Tidak." siwon mengangkat kepalanya dari buku, merasa terganggu karena kedua temannya itu mengganggu

konsentrasinya membaca, "Toh aku akan bertemu dengannya nanti, dia akan tinggal di mansion ini."

Nickhun mengernyit, "Ibumu memutuskan supaya dia tinggal di mansion keluarga Choi? Aku pikir dia hanya akan menanggung biaya hidup dan pendidikannya."

"Kibum tidak punya rumah, karena ayahnya begitu miskin dan tidak mampu membayar hutang, rumah mereka disita oleh Bank, karena itu ibu memutuskan menempatkannya di sini," siwon mencibir, membayangkan betapa senangnya Kibum mendengar keputusan ibunya. Anak gelandangan itu pasti tidak akan melepaskan kesempatan sekalipun supaya bisa tinggal di mansion mewah, mansion keluarga choi. Tinggal tunggu waktu saja sebelum anak gelandangan itu mencoba menggerogoti harta ibunya. Semua orang sama, semuanya mengincar harta keluarga Choi. Begitupun anak gelandangan itu, siwon sangat yakin Kibum punya rencana buruk untuk menggerogoti kekayaan keluarganya.

"Kau tidak menyukainya?" Taecyeon menangkap sorot kebencian di mata siwon.

Dengan acuh siwon mengangkat bahunya, "Aku tidak suka semua gelandangan miskin pengincar harta."

Taecyeon dan nickhun saling melemparkan pandangan tahu sama tahu, akan gawat bagi Kibum, kalau siwon tidak menyukainya. Karena siwon terkenal kejam dan tak berbelas kasihan kepada orang-orang yang tidak dia suka.

GREY MORNING

Kibum turun dari Limousine yang dikirimkan Nyonya choi kepadanya, dan tertegun menatap Mansion yang begitu indah di depannya. Astaga. Mansion ini besar sekali, seperti istana di negeri dongeng. Ini adalah mansion terbesar yang pernah Kibum lihat, yang bisa Kibum bayangkan. Tetapi kemudian Kibum mengernyit, mansion ini terlalu besar, terlalu mewah dan Kibum merasa tidak nyaman kalau harus tinggal di sini. Dia sudah berusaha menolak ketika Nyonya choi memintanya tinggal di Mansion keluarga Choi yang terkenal itu, setelah Kibum tinggal sebatang kara karena kematian ayahnya. Tetapi Nyonya choi bersikeras, dan Kibum tidak bisa menolaknya, Nyonya Choi sudah membiayai sekolahnya, Kibum sangat berhutang budi kepadanya.

Saat ini, sebatang kara di dunia ini Kibum sepenuhnya tergantung kepada kebaikan hati Nyonya choi. Dia masih ingin sekolah, dan menyelesaikan pendidikannya. Itulah impian ayahnya, supaya Kibum menjadi anak pintar dan berpendidikan, sehingga bisa hidup lebih baik daripada ayahnya yang tidak mengenal bangku sekolahan. Digenggamnya kalung perak di lehernya, kalung itu sederhana, dengan liontin bulat yang bisa dibuka, di dalamnya ada foto Kibum bersama ayahnya. Kalung perak itu adalah benda miliknya yang paling berharga, satu-satunya peninggalan ayahnya, hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas, dan dibeli ayahnya dari seluruh uang tabungannya selama bekerja sebagai buruh bangunan.

Seorang pelayan menjemputnya ke depan pintu dan membungkukkan tubuhnya dengan formal.

"Selamat datang, Nyonya choi sudah menginformasikan kedatangan anda, silahkan masuk, kamar anda sudah disiapkan."

Kibum menatap pelayan itu dengan gugup,"Eh… Apakah Nyonya choi ada di mansion?"

Pelayan itu menggeleng, "Beliau tidak ada di mansion jam-jam segini, biasanya di malam hari beliau baru ada, itu pun kalau tidak ada undangan-undangan jamuan makan malam penting, tetapi saat ini Tuan Muda ada di mansion. Mari saya antar anda ke kamar anda."

Kibum mengangguk gugup, membiarkan pelayan itu mengambil kopernya, sejenak Kibum merasa malu karena koper bututnya tampak tidak pantas berada di dalam mansion semewah ini. Tetapi pelayan laki-laki itu tampaknya tidak memperhatikannya.

Dengan ragu kibum mengikuti pelayan itu melangkah menaiki tangga lingkar dengan pegangan keemasan yang berkilau menuju lantai dua.

"Ini kamar anda, semoga anda betah di sini." pelayan itu membukakan sebuah pintu besar dan mempersilahkan Kibum masuk.

Kibum masuk, lalu terpesona. Astaga. Luas kamar ini mungkin sama dengan luar mansion kecil yang dia tinggali bersama ayahnya dulu, bahkan mungkin lebih besar. Interiornya mewah, bergaya Eropa dengan nuansa keemasan. Karpet yang melingkupi seluruh lantainya juga begitu tebal, sampai-sampai Kibum merasa malu karena sepatu jeleknya tampak tidak pantas untuk menginjak karpet kamar itu.

"Silahkan anda beristirahat dulu, kalau anda butuh sesuatu tinggal tekan intercom di samping ranjang, kami akan menyediakannya. Oh ya, nanti malam silahkan turun ke bawah untuk makan malam, Nyonya choi ingin bercakap-cakap dengan anda nanti."

Kibum mengangguk, dan pelayan itu melangkah pergi setelah meletakkan koper Kibum di kamar, meninggalkan Kibum sendirian, berdiri ditengah ranjang dan terpana, seolah-olah sedang berada di negeri dongeng.

Suara pintu terbuka mengagetkan Kibum dari lamunannya, dia menoleh ke pintu dan terpana. Sosok yang berdiri di depannya adalah sosok yang paling tampan yang pernah Kibum lihat. Lelaki itu bersandar di pintu kamarnya yang sudah ditutup dan menatap Kibum dengan pandangan penuh penghinaan.

"Kuharap kau nyaman di kamar ini," suara yang keluar begitu dingin, dan tanpa sadar Kibum memundurlan langkah menjauh.

"Kau… Kau siapa? Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa permisi?"

Siwon mengangkat alisnya jengkel, "Kenapa aku harus meminta permisi kepadamu? Ini mansionku."

Kibum tertegun, jadi inilah dia, Choi Siwon, pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Choi yang terkenal itu.

Kibum sering mendengar namanya disebut-sebut di berita atau di tabloid-tabloid. Choi Siwon putera mahkota kerajaan bisnis Choi Corp yang berkepribadian buruk dan sering bertengkar dengan wartawan. Kibum dulunya tidak pernah tertarik dengan berita-berita itu, dia terlalu sibuk belajar di pagi hari dan kerja sambilan di malam harinya, tetapi satu yang pasti. Choi yang asli jelas lebih tampan dari apa yang ditayangkan di televisi atau di tabloid-tabloid.

"Aku kesini untuk memperingatkanmu." Siwon melemparkan pandangan mencemooh kepada Kibum, "Kau pasti merasa beruntung sekali karena mamaku mengizinkanmu tinggal di mansion kami. Tapi kau jangan terlalu berbesar hati, aku akan menendangmu langsung dari mansion ini segera setelah kau lulus sekolah nanti, karena tempat yang pantas untukmu bukanlah di mansion ini, tetapi di tempat kumuh, bersama para gelandangan sejenismu!" siwon mengernyit menatap Kibum, lalu membalikkan tubuh dan melangkah pergi

meninggalkan kamar Kibum, dengan pintu berdebam di belakangnya.

GREY MORNING

"Sepertinya kalian sangat rukun," Taecyeon tertawa geli ketika dia dan siwon berpapasan dengan Kibum di lorong mansion, lalu Kibum hanya membungkukkan badannya dan bergegas menjauh, sementara Siwon hanya menatap dengan pandangan dingin.

Siwon melemparkan pandangan marah kepada taecyeon. "Jangan bercanda, aku benar-benar terganggu dengan kehadirannya di mansion ini."

"Tapi kau tidak berbuat apa-apa untuk mengusirnya dari sini."

"Hmmm…" siwon tampak berpikir, "Jangan salah, aku sedang membuat sebuah rencana."

"Rencana apa?" taecyeon menatap siwon dengan pandangan tertarik.

"Rencana yang bisa membuat ibuku mengusirnya dari mansion ini."

GREY MORNING

Mansion itu heboh, ketika di pagi harinya Nyonya Choi berteriak marah karena salah satu kalung rubi favoritnya hilang. Kalung itu adalah benda yang berharga, selain karena harganya yang tak ternilai, kalung itu adalah kalung warisan yang diturunkan secara turun temurun kepada pengantin keluarga Choi. Seluruh isi mansion begitu heboh, seluruh pelayan ribut mencari kalung itu, dan ketika tak juga ditemukan, mereka mulai saling menuduh.

"Dulu tidak pernah ada barang yang hilang di mansion ini."

"Iya dulu mansion ini sangat aman."

"Atau jangan-jangan karena anak itu? Kau pernah lihat kan? Anak angkat Nyonya Choi yang ditempatkan di lantai dua itu, kemarin dia datang dan kalung Nyonya hilang, sungguh suatu kebetulan."

"Betul juga, sebelum kedatangan anak itu, mansion ini tidak pernah terdengar ada kejadian pencurian apapun."

Siwon kebetulan lewat dan mendengar percakapan para pelayan yang saling berbisik-bisik itu. Dia tersenyum. Bagus. Bara sudah dinyalakan, tinggal menunggu angin menghembus supaya apinya membakar Kibum. Dengan langkah tenang siwon melangkah memasuki ruang kerja mamanya yang kebetulan sedang ada di rumah.

"Aku dengar kalung eomma hilang," siwon langsung menyapa dan duduk di kursi, di seberang meja kerja ibunya.

Nyonya Choi mengangkat kepalanya dari berkas dihadapannya dan mengerutkan alisnya, "Benar-benar kecerobohan luar biasa, kalung itu warisan turun temurun keluarga choi, kalau para pelayan itu tidak bisa

menemukannya, eomma akan memecat mereka semua."

"Eomma sudah lapor polisi?"

"Belum," Nyonya choi bersedekap, "eomma ingin para pelayan mencarinya dulu, kalau sampai malam mereka tidak bisa menemukannya, mama akan menghubungi polisi."

Siwon mengangkat bahunya, "Bukankah ini suatu kebetulan?"

"Kebetulan apa?"

"Bahwa kalung mama hilang setelah anak gelandangan itu masuk ke rumah ini."

"Choi Siwon! Jaga bicaramu." suara Nyonya Choi meninggi, "Kau tidak tahu apa yang kau tuduhkan. Kibum adalah anak baik di sekolah, dan dia jenius dengan nilai tertinggi, bagaimana mungkin kau mencurigainya mengambil kalung itu?"

"Aku tidak mencurigainya, aku hanya berpikir bahwa itu suatu kebetulan." Siwon menatap mamanya dengan penuh perhitungan, "Kalung itu tidak ketemu sampai sekarang, dan kamar anak gelandangan itu adalah satu-satunya tempat yang belum diperiksa pelayan, tidak ada ruginya kan jika kita memeriksa kamar anak itu?"

Nyonya Choi termenung mendengar perkataan anak tunggalnya itu. Benar juga, tidak ada ruginya kan kalau dia

memerintahkan pelayannya memeriksa kamar Kibum?

GREY MORNING

Kibum sedang belajar dan mencoba memecahkan soal aritmetika yang rumit ketika pintu kamarnya terbuka dan beberapa pelayan masuk, diikuti Nyonya Choi sendiri dan Siwon yang menatapnya dengan sinar kebencian yang aneh di belakangnya.

"Nyonya Choi?" Kibum langsung berdiri dari kursi belajarnya.

Nyonya Choi hanya menatapnya datar, "Kau tidak keluar seharian ini?"

"Iya Nyonya Choi, sepulang sekolah saya langsung belajar di kamar." Kibum menatap wajah-wajah yang menatapnya itu dengan bingung. Ada apa? Kenapa semua orang menatapnya dengan aneh.

Nyonya Choi berdeham sebentar dan menggumam, "Kalau begitu kau mungkin belum dengar, kalung rubiku hilang entah kemana pagi tadi, dan seluruh penjuru rumah sudah dicari, tinggal kamar ini yang belum." Tiba-tiba pandangan Nyonya Choi tampak malu, "Maafkan aku Kibum, mungkin kami terpaksa memeriksa kamarmu, aku harap kami tidak akan menemukan kalung itu disini."

Wajah Kibum pucat pasi antara perasaan terhina dan sedih. Kalung Nyonya choi hilang, dan dia sebagai

pendatang yang datang dari kelas miskin, harus menghadapi penghinaan karena dicurigai. Dengan pedih Kibum mengangkat dagunya, "Silahkan periksa kamar ini."

Ketika para pelayan bergerak memeriksa seluruh bagian kamar, Kibum sungguh yakin bahwa mereka tidak akan menemukan apapapun di kamar ini. Kibum sungguh tidak mengambil kalung rubi itu, bahkan dia tidak terpikirkan sama sekali akan bentuk kalung rubi itu.

Tetapi kemudian, seorang pelayan membuka laci pakaian Kibum dan terkesiap. Semua menoleh ke arah suara itu dan tertegun. Di laci baju itu, dibawah pakaian-pakaian Kibum, ada kalung rubi itu tergeletak di sana.

Wajah Nyonya choi berubah-ubah antara kekecewaan dan kemarahan, "Aku sudah berbuat baik kepadamu, aku tidak menyangka kau melakukan perbuatan yang begitu tidak terpuji."

Kibum pucat pasi, sungguh tidak menyangka kenapa kalung itu ada di sana, dia sungguh tidak tahu.

Bagaimana bisa?

Bagaimana mungkin?

Kemudian dia menangkap sinar kemenangan dan seringai menghina sekilas dari siwon dan dia sadar. Lelaki itu pernah mengancam akan mendepaknya keluar dari mansion ini. Kibum sangat yakin ini adalah pekerjaan siwon untuk memfitnahnya.

"Nyonya… Saya sungguh-sungguh tidak mengambil kalung itu." suara Kibum bergetar karena semua pelayan dan Nyonya choi menatapnya dengan menuduh, "Saya tidak tahu bagaimana bisa kalung itu berada di sana."

"Apa kau pikir kalung itu bisa jalan sendiri?" gumam siwon dengan pandangan menghina.

Nyonya choi menghela nafas panjang. "Kita bicarakan ini nanti, Kibum, kau ikut ke ruanganku, aku harus

mengevalusi kebijakanku memberikan bantuan kepadamu, kau sungguh-sungguh mengecewakanku!" dengan marah Nyonya choi membalikkan badannya dan pergi, para pelayan langsung mengikutinya.

Sementara itu siwon tetap tinggal di sana, bersedekap dan menatap Kibum dengan santai, "Well sepertinya kau akan lebih cepat didepak dari sini, tidak perlu menunggu sampai kau lulus sekolah," gumamnya mengejek.

Mata Kibum berkaca-kaca antara perasaan malu dan marah luar biasa, "Kau sungguh jahat!" desisnya penuh emosi.

Tanpa perasaan siwon terkekeh dan kemudian matanya berubah kejam ketika melangkah mendekati Kibum, membuat Kibum memundurkan langkahnya setengah takut.

Siwon terus mendekat sampai Kibum terjebak di tembok, "Tempatmu bukan di sini, tempatmu di sana di tempat kumuh bersama para gelandangan, aku sudah pernah bilang kan? Jadi jangan bermimpi kau bisa tinggal dan menikmati kemewahan di mansion ini." tatapan siwon tiba-tiba tertarik ke kilatan cahaya dari dada Kibum, matanya beralih dan menemukan kalung perak yang sangat bagus di sana.

"Kalung apa itu?" tangannya meraih kalung itu dan Kibum dengan defensif berusaha melindungi kalung peninggalan ayahnya, tetapi siwon memaksa sehingga rantai kalung itu lepas, dan siwon merenggut kalung itu dalam genggaman tangannya.

"Jangan!" Kibum berusaha berteriak dan meraih kalung itu, tetapi tubuh siwon terlalu tinggi.

Siwon menatap kalung itu, lalu dengan jahat mengantonginya, "Sepertinya kalung itu sangat berharga? Aku akan mengambilnya, sebagai hukuman karena kau mencuri kalung ibuku."

"Aku tidak mencuri kalung itu, aku tahu kau yang memfitnahku!" Kibum berteriak, berusaha mengejar siwon, "Kembalikan kalungku!"

"Tidak, aku memutuskan akan memilikinya," dengan kejam siwon membalikkan langkah dan meninggalkan Kibum yang menangis di belakangnya.

GREY MORNING

Sore sudah beranjak malam ketika Kibum turun dari bus. Dia diusir dari mansion itu karena di tuduh mencuri, dan Nyonya Choi mengatakan akan mencabut semua bantuannya kepada Kibum, serta Kibum harus berterima kasih kepadanya karena Nyonya Choi memutuskan tidak akan melaporkan Kibum kepada polisi, karena kalau tidak, Kibum akan dipenjara. Sekarang Kibum berdiri di dekat kompleks rumah kumuh, rumahnya yang dulu.

Dan bingung harus berbuat apa. Dia tidak punya rumah karena rumahnya bersama ayahnya dulu sudah disita, dan dia tidak punya siapa-siapa. Dan… Perutnya lapar, tapi dia juga tidak punya uang, yang dia bawa ketika

keluar dari mansion Nyonya choi hanyalah pakaian-pakaiannya. Sambil menekan perutnya yang mulai terasa perih, Kibum melangkah ke emperan sebuah toko yang sudah tutup. Dan duduk di sana. Seperti melengkapi kepedihannya, hujan turun dengan derasnya, meniupkan hawa dingin dan cipratan air yang mulai membasahinya, emperan toko itu ternyata tidak cukup melindunginya.

Lapar dan sakit hati, Kibum teringat akan ayahnya dan menangis. Diingatnya ketika ayahnya pulang sambil membawa jatah makan siang di proyek bangunannya untuk Kibum, ayahnya berpuasa tidak makan siang supaya bisa membagi jatah makan siangnya dengan Kibum, mereka lalu makan sepiring berdua, meskipun hanya makanan sederhana, tetapi karena dimakan dengan penuh rasa syukur dan bahagia, terasa begitu nikmat. Ayahnya adalah sosok malaikat dalam hidup Kibum, meskipun mereka tidak beruntung dalam hal keuangan, tetapi mereka berbahagia dalam kesederhanaan, bisa memiliki satu sama lain. Kibum selalu mengingat pesan ayahnya supaya dia selalu menjaga hatinya.

"Kita ini orang miskin Kibum, tetapi jangan sampai kita juga miskin hati. Isilah hatimu dengan kebaikan, maka kau akan menjadi orang kaya di hadapan Tuhan."

Dan sekarang ayahnya sudah tiada. Kecelakaan di tempat kerja, ayahnya tertimpa batu ketika sedang mengopernya ke atas, ayahnya berkerja sebagai buruh bangunan di sebuah proyek pembangunan apartment, dan ayahnya meninggal seketika. Di tengah hujan deras ini, hati Kibum hancur mengingat ayahnya, dan kalung liontin kenangan ayahnya sudah direnggut oleh siwon yang jahat itu. Air mata Kibum mengalir lebih baik dia mati saja.

GREY MORNING

"Eomma masih kecewa dengan Kibum, eomma tidak menyangka dia akan berbuat seperti itu." Nyonya choi mendesah sedih sambil menatap makan malamnya, hujan deras turun di luar, dan dia hanya berdua dengan Siwon di meja makan yang besar itu. Tuan Choi sedang dalam perjalanan bisnisnya di luar negeri.

Siwon mendengus kesal, "Yah, eomma seharusnya tahu, orang miskin biasanya memang tergoda menjadi pencuri ketika mereka dihadapkan pada barang-barang berharga."

Nyonya Choi menggelengkan kepalanya, "Dulunya eomma berpikir Keyna akan berbeda," Nyonya Choi mendesah, "Kau tahu, kita berhutang budi kepadanya."

Hutang Budi? siwon mengernyit.

Nyonya choi menatap Siwon dan tersenyum lembut, "Kau masih kecil waktu itu, mungkin kau lupa." Nyonya choi mulai bercerita, "Dulu ada seorang pemain biola terkenal, namanya Hangeng, dia berasal dari keluarga miskin, tidak mengenal sekolah, tetapi sangat berbakat, dia sahabat appamu."

Siwon tidak mengingatnya, tetapi entah kenapa ada dorongan samar-samar ingatan di benaknya.

"Suatu hari, ada penculik, kau waktu itu sedang berumur 5 tahun, kau bermain-main sendirian di lorong kantor ayahmu. Di saat yang sama, hangeng sedang mengunjungi ayahmu untuk persiapan kunjungannya ke Austria, dia menerima kontrak kerja untuk tampil di konser-konser besar di seluruh dunia, masa depannya sangat cerah." Tatapan mata Nyonya Choi menerawang, mengenang masa lalu, "Dan dia menemukan penculik itu sedang berusaha menculikmu, penculik itu sudah menyekap dan membawamu, tetapi Hangeng mencegahnya…" Nyonya Choi menghela nafas panjang. "Penculik itu membawa pisau…dan melukai Hangeng… Tetapi dia berhasil menyelamatkanmu, petugas keamanan datang dan penculik itu ditangkap, kau selamat, kembali dalam pelukan kami."

"Dimana Hangeng sekarang eomma?" siwon mengernyit, dia tidak pernah mendengar pemain biola terkenal bernama siwon sampai sekarang. Kalau dia memang berbakat dan bermasa depan saat itu, pasti sekarang dia sudah di elu-elukan dan terkenal sampai penjuru dunia.

Nyonya Choi menyusut air matanya, "Hangeng… Penculik itu mencabik tangan kirinya dengan pisau, dan mengenai saraf yang paling penting, luka itu membuat hangeng tidak akan pernah bisa bermain biola seumur hidupnya. Karirnya hancur dan seluruh masa depannya hancur, ayahmu sebenarnya berusaha menolongnya, tetapi dia menolak semua bantuan dari ayahmu, dia menghilang." Nyonya choi menatap siwon sendu, "Dua puluh tahun kemudian, tanpa sengaja aku bertemu dengan Kibum dan melihat kemiripannya dengan hangeng…"

"Apakah maksud eomma…?" wajah siwon memucat ketika berhasil menarik kesimpulan.

"Ya siwon, Kibum adalah anak perempuan Hangeng, dan kita punya hutang budi yang begitu besar kepada keluarga mereka, karena menyelamatkanmulah hangeng kehilangan masa depannya, membuatnya dan anak perempuannya hidup miskin selama ini." Tiba-tiba tatapan mata Nyonya Choi berubah tajam, "Eomma tahu bukan Kibum yang mencuri kalung eomma."

Wajah siwon yang sudah pucat mendengar informasi itu semakin memucat, "Apa?"

"Kau yang melakukannya." Nyonya Choi menatap tajam, "Eomma tahu Kibum tidak akan berbuat begitu, dia terlalu jujur dan polos untuk mencuri."

"Kalau begitu kenapa mama mengusirnya dari mansion ini?" suara siwon berubah cemas. Dia telah salah paham selama ini, dia telah membuat Kibum terusir dari rumah ini, karena pandangan jahatnya pada kemiskinan Kibum. Padahal semua penderitaan yang menimpa Kibum, semuanya berakar kepadanya! Karena ayah Kibum berusaha menyelamatkannya!.

"Eomma ingin kau belajar dari kesalahanmu, supaya kau tidak gegabah bertindak, dan menilai orang dari kaya dan miskinnya… siwon, mau kemana kau."

Siwon bahkan tidak menoleh ketika tergesa meninggalkan ruangan, "Aku akan mencari Kibum!" Dan Nyonya choi duduk di ruang makan itu, melap bibirnya dengan elegan dan tersenyum, siwon rupanya telah belajar menjadi dewasa.

GREY MORNING

Siwonmengumpat-umpat sepanjang perjalanan, hujan deras ini menghalangi perjalanannya mencari Keyna ke daerah perumahan kumuh, tempat rumah Kibum dulu berada, siwon tahu alamat ini dari mamanya. Ketika sampai, Siwon makin frustrasi, karena lokasi perumahan kumuh itu sangat jelek, dan penuh dengan gang sempit yang saling berdesak-desakan, dan tidak bisa dimasuki mobil. Dengan marah siwon keluar dari mobilnya, membiarkan tubuhnya diterpa hujan, lalu berdiri mengitarkan pandangan ke sekeliling.

Bagaimana dia bisa menemukan Kibum di sini? Bagaimana dia bisa menemukan alamat lama rumah Kibum?

Siwon yakin Kibum pasti kembali ke sini, dia tidak punya siapa-siapa, bekas rumahnya bersama ayahnya dulu pasti menjadi tujuan utamanya. Sejenak rasa cemas dan bersalah menyesaki dadanya. Tuhan, kalau sampai Kibum kenapa-kenapa, maka siwon akan menanggung rasa bersalah seumur hidupnya. Matanya menyipit ketika menemukan sesuatu yang bergerakgerak di emperan toko di sudut sana, dengan penuh harapan, siwon berlari menembus hujan ke sana. Di temukannya Kibum sedang duduk meringkuk kedinginan di emperan toko itu, bekas-bekas air mata ada di pipinya.

Semula Kibum tidak mengenali lelaki yang tiba-tiba berdiri menjulang di depannya, seolah muncul begitu saja dari tirai hujan, tetapi begitu mengenali bahwa lelaki itu adalah siwon, tatapannya berubah waspada.

"Kenapa kau kemari?"

Siwon langsung berlutut sampai kepala mereka hampir sejajar, "Maafkan aku."

Kibum mengernyit, "Apa?"

"Aku sungguh menyesal, maafkan aku, kuharap kau mau pulang kembali ke mansion bersamaku."

Pulang ke mansion? Untuk kemudian disiksa oleh siwon kembali dengan kebenciannya? Tidak!

"Tidak! Aku tidak mau!" wajah Kibum berubah keras kepala, "Aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang-orang kaya seperti kalian, aku akan mencari pekerjaan sambilan dan rumah sementara besok, kau… Kau tidak akan pernah bisa menyakiti dan menghina orang-orang miskin seperti aku lagi!"

Hati siwon terasa dirobek oleh perkataan Kibum yang penuh kepedihan itu, "Kibum, aku minta maaf." bisiknya lembut, "Aku telah salah paham selama ini, eomma sudah menjelaskan semuanya kepadaku, dan aku menyesal, ini…" siwon mengeluarkan liontin Kibum dari tangannya, "Ini liontinmu, aku lihat ada foto ayahmu di sana, ini pasti sangat berharga untukmu, kukembalikan kepadamu," dengan tak kalah lembut sibum menggenggamkan liontin itu di jemari Kibum.

Kibum langsung menerima kalung itu dan menggenggamnya erat-erat. Oh Terima kasih Tuhan! Kalung itu akhirnya kembali kepadanya.

Tetapi dia tetap menatap siwon dengan waspada, "Ke…kenapa kau berubah pikiran secepat itu?" pikiran buruk berkecamuk di benak Kibum, apakah siwon punya rencana jahat yang lain untuknya.

"Kibum, percayalah, aku sungguh menyesal, kumohon kau ikut aku pulang kembali ke mansion, akan aku ceritakan semuanya, aku bersumpah akan memperlakukanmu dengan baik sekarang." siwon mulai frustrasi, berusaha meyakinkan Kibum.

"Kalau begitu… Kau tidak akan berbuat jahat kepadaku lagi?"

"Aku berjanji, kau bisa pegang kata-kataku." Kibum menghela nafas panjang.

"Aku… Aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan keluarga kalian."

"Aku tidak akan mengizinkanmu melakukannya!" suara siwon meninggi, "Kumohon Kibum, apakah kau ingin menyiksaku dalam penyesalan? Kumohon ikutlah pulang ke mansion bersamaku, izinkan aku membalas budi dan menebus kesalahanku."

Kibum termenung.

"Kumohon Kibum." nada frustrasi mulai mewarnai suara siwon, lelaki itu tampak benar-benar tersiksa.

Ahkirnya Kibum menganggukkan kepalanya yang langsung disambut dengan desahan lega siwon, lelaki itu melepaskan jaketnya dan memakaikannya di kepala Kibum.

"Tapi kau akan basah…"

"Tidak apa-apa, aku lebih kuat dari padamu," dengan lembut siwon menghela Kibum dan mereka berlari menembus hujan masuk ke mobil.

Aku akan memperlakukanmu dengan baik Kibum. Mungkin aku tidak bisa mengucapkan terima kasih secara langsung kepada ayahmu, tetapi ayahmu akan tenang di sana, karena kau ada dalam penjagaanku. Janji siwon dalam hati.

GREY MORNING

"Bukan begitu caranya." siwon mengerutkan alis, dan dengan tidak sabar meraih tangan Kibum lalu memposisikan jemari Kibum dengan benar memegang garpu dan pisau itu, "Begini cara memegangnya, kalau kau salah memegang. Tuan dan Nyonya besar yang terhormat itu akan menyadarinya dan mempermalukanmu."

"Aku tidak akan mempermalukan Kibum, meskipun aku termasuk di golongan Nyonya besar yang kau maksud siwon." Nyonya choi yang sedang duduk membaca di sudut ruangan menyeletuk, sedari tadi dia hanya duduk di sana, geli memperhatikan siwon yang dengan tidak sabaran mengajari Kibum tata cara makan resmi di jamuan makan malam terhormat.

Siwon menoleh ke arah ibunya dan mengerutkan kening, "eomma mungkin tidak akan melakukannya. Tetapi

teman-teman eomma akan berbisik-bisik dengan hidung mereka yang angkuh dan memuakkan." Lelaki itu lalu menatap Kibum lagi, "Coba pegang garpu itu dengan lebih elegan, Kibum!."

Siwon tampak tidak sabaran, pemarah dan kaku sedangkan Kibum lebih tampak ketakutan dengan sikap siwon. Nyonya choi tersenyum, anak laki-lakinya ini memang terbiasa bersikap kasar, bahkan meskipun tujuannya baik, siwon tetap membungkusnya dengan sikap kasar. Semoga saja Kibum menyadari dan terbiasa dengan sikap siwon. Siwon sudah membuatnya terkejut dengan bersikap baik kepada Kibum selama ini, meskipun masih kaku dan kadang sinis, anak lelakinya itu tampak sudah menerima kehadiran Kibum sebagai bagian dari mansion ini. Dari malam itu, sejak siwon menjemput Kibum dengan penuh tekad pada malam berhujan itu, anak lelakinya benar-benar memegang teguh pendiriannya bahwa dia akan menjaga Kibum dan menjadi kakak yang baik.

Meskipun mereka berdua tampak begitu serasi lebih daripada kakak dan adik. Ditatapnya siwon yang begitu tampan, berdiri dan menggenggam jemari Kibum mengatur cara jemarinya menggenggam dengan baik, kemudian ditatapnya Kibum yang begitu cantik dibalik penampilan rapuhnya yang menyimpan kekuatan tersembunyi itu.' Mereka begitu cocok ersama', Nyonya Choi membatin, lalu tersenyum sendiri. Mungkin kalau tentang hal itu, lebih baik diserahkan kepada yang muda-muda saja untuk memutuskan...

.

.

.

Bersambung. . .

Next or Delete?

Thanks for Review ^^