Annonymous99 presents…
Our Fragments
A Naruto Fanfic
Naruto/Naruto Shippuden © Kishimoto Masashi / JUMP!
Rated: T
Warning: OOC, AU, typo(s)
.
.
.
.
-First Fragment, Rain-
"Jadi, apa keputusanmu, Hinata-chan?"
Kepala gadis yang dipanggil "Hinata" itupun semakin tertunduk rendah, mengukir keraguannya, di hadapan pria pirang yang bertanya barusan.
"Aku telah menentukan sikapku, Naruto-kun, aku akan meneruskan karirku, demi Otou-sama, demi Hanabi-chan, dan demi diriku sendiri, seperti apa yang Neji-nii katakan. Maaf, tapi kita harus berpisah mulai saat ini."
Hinata mengatakannya dengan mantap, tanpa sedikit tergagap seperti biasanya. Ia telah berlatih mengucapkannya. Air matanya telah ia tahan sedemikian rupa, walau rasanya sangat menyakitkan.
Sejak awal, hubungan antara seorang aktris terkenal dengan pengacara miskin bukanlah ide yang bagus, dan itulah yang terjadi pada hubungan Hyuuga Hinata—aktris pendatang baru terbaik Jepang tahun ini, dan Uzumaki Naruto—pengacara muda amatiran yang juga teman masa kecil Hinata. Sejak kencan rahasia mereka dua bulan yang lalu tertangkap kamera wartawan, Hyuuga Neji—manajer Hinata yang juga merupakan kakak sepupunya, yang dari awal tidak setuju dengan hubungan mereka berdua memaksa Hinata memutuskan komunikasi dengan kekasihnya tersebut.
"Jika itu memang yang terbaik, maka aku rela mundur. Aku akan mencoba menjauh, Hyuuga-san." Ada sedikit penekanan pada saat Naruto menyebut nama Hinata dengan nama keluarganya dan suffiks –san. Bukan berarti dia menyinggung Hinata, Ia cuma tak mau panggilan 'Hinata-chan' menambah beban kakinya untuk melangkah pergi dari apartemen Hinata—juga melangkah pergi dari pemiliknya.
'Cklek.' Bunyi gagang pintu apartemen Hinata yang diputar oleh Naruto. Pria berusia pertengahan 20-tahunan itu berjalan sambil menahan likuid bening yang ingin keluar dari kedua matanya.
"Ano, Hyuuga-san, aku punya permintaan terakhir…"
"Hm?"
"Jadikan aku orang yang pertama tahu saat kau memutuskan turun dari panggung keartisanmu. Walau aku jatuh miskin, walau aku harus hidup di jalanan, akan kusisakan uangku untuk membeli setangkai bunga untukmu. Setelah itu, kurelakan dewa kematian menjemputku."
Hening. Waktu seolah berhenti bagi dua insan tersebut. Kalimat yang terucap tulus dari bibir Naruto Uzumaki tadi menghancurkan pertahanan keduanya.
Kini, Hinata Hyuuga, sang aktris muda, menangis atas jeratan takdir Tuhan di apartemen mewahnya. Begitupun juga dengan Naruto Uzumaki, sang pengacara muda, menangis di tengah keramaian jalanan Shibuya, di bawah hujan yang seakan turut berduka atasnya.
Mereka tidak tahu, bahwa benang merah takdir itu tak selalu membuat dua manusia bersatu.
