"Kau kasihan padaku?"
Suara berat nan rendah itu disampaikan dengan bergetar, kentara menahan emosi dan segala perasaan. Taehyung benci situasi ini, Taehyung benci menyakitinya, Jungkook. Taehyung benci melihat binar mata bahagia itu redup, terganti dengan lapisan air, mata indah itu berkaca-kaca. Taehyung benci saat melihat bibir cantik itu digigit keras, melukai Jungkook. Pada intinya, Taehyung benci Jungkook terluka- karenanya.
"Bukan- bukan begitu maksudku-"
Taehyung membenci suara lembut yang bergetar ketakutan, dan kedinginan. Pulang bekerja paruh waktu tadi ia menemukan Jungkook di depan pintu flatnya, meringkuk sendiri dalam keadaan basah karena hujan deras mengguyurnya dengan kotak bekal dipeluknya. Jungkook tersenyum menyambutnya, Taehyung dengan jelas melihat lagi, plester baru di jari Jungkook. Taehyung benci Jungkook sakit.
"Kau- membawakan bekal untukku pada malam hari begini, kau kasihan padaku kan? Aku memang menyedihkan- ya? Iya kan?!"
Taehyung meringis setelah membentak Jungkook, meringis melihat tubuh kedinginan itu tersentak, mengkerut karena udara dan bentakannya.
"Tidak- aku- aku pikir, jika kita makan- makan bersama, semua lebih baik jika bersama-"
Cicitan lemah dari bibir yang memucat itu membuat hati Taehyung lemah, kembali membenci dirinya sendiri yang sudah sebegini payah, malah menyakiti Jungkook.
"Kau pikir aku perlu dikasihani hah?"
Kembali, ucapan penuh sarkastik dilayangkannya, ia membencinya sekali lagi, tapi ia sedang pusing, emosinya memuncak dalam berbagai faktor, dan ia tidak mau Jungkook tahu.
"A-aku, aku peduli padamu, Tae."
Jawab Jungkook mantap, menatap matanya tepat, menyampaikan kesungguhan yang hanya membuat Taehyung semakin terpuruk.
"Aku tidak butuh pedulimu, pulanglah."
Dapat ia lihat, Jungkook memandangnya penuh luka, kecewa dan tertegun. Jungkook menggigit bibirnya, lagi. Dan napas Taehyung sesak saat melihat setetes air mata menghiasi pipi Jungkook.
Detik itu Taehyung menutup pintu flat sederhananya.
Brak.
Ia dapat mendengar suara benda jatuh.
Namun ia ragu untuk membukanya kembali.
"Taehyung? Kau masih disana?"
Ia tak mampu menjawab, hanya dapat menggigit bibirnya keras, mengutuk dirinya yang begitu kepayahan dicintai sebegini tulus oleh Jungkook, mengutuk Jungkook yang sungguh sempurna, yang setiap detiknya hanya membuat Taehyung mundur, merasa tidak pantas, bahkan hanya untuk sekedar berteman.
"Aku peduli padamu, sudah ratusan kali aku bilang, aku menyukaimu. Aku- aku tinggalkan bekal- makanlah, cuacanya sangat dingin- jadi makanlah- kumohon- jika-jika kau tidak suka makam denganku, a-aku pulang, Tae."
Sangat dingin? Lalu kurang bodoh apa kau tetap disana menungguku? Batin Taehyung terkekeh pedih. Suara lembut itu diiringi isakan kadang, dan membuat Taehyung berbalik pusing, bersandar pada pintu. Menggigit lidahnya kasar, ingin merusak lidah tak bergunanya karena telah diam saja padahal sudah keterlaluan menyakiti Jungkook.
Bergumam 'maaf' tanpa suara, tanpa guna, karena tidak akan sampai pada pujaan hatinya. Menunggu waktu demi waktu, Taehyung menegakkan tubuhnya, menghela napas dan berusaha agar jarinya diam, tidak bergetar untuk memegang kenop pintu dan membukanya.
Dan yang ia lihat hanya ada kotak bekal yang kering, tanpa ada bekas-belas air hujan.
Taehyung memandang jauh, menggumam 'maaf' tanpa suara sekali lagi, dan mengambil kotak bekal merah itu.
Tbc apa end?
Yah jadi begitu, gua padahal mau bikin sequel behind u tp gbs:"v jadi bikin ginian dan lihat respon, kalo bagus gua bakal muter otak buat lanjut alurnya, udah ada tp klo mau lanjut jgn kaget ya karena sebenernya emg mau bikin love story anak abg humor garing gtu loch!ew. Tertarik? Review!
