"The Secretary Of Evil"

Cast : Wu Yifan/Huang Zitao

Support cast : Park Chanyeol, Kwak Jimin, Lee Hyori

Genre : Romance-Comedy-Slice of life

Rated : T-T+

Summary :Huang Zitao adalah sekretaris 'kesayangan' dari presdire muda, tampan, kaya raya, tetapi homo dan mesum. Lalu apanya yang kesayangan kalau setiap hari Zitao di bully oleh bosnya itu?

.

.

.

.

.

.

Enjoy because it's Shounen-ai^^

Don't like don't read and no plagiarism or copy paste. The story belongs to me but the casts are not /kiss kiss/

.

.

.

.

.

.

"Maaf, Presdire Wu Yifan sedang sibuk. Jika ada yang dibutuhkan, Saya akan menyampaikannya," Zitao berucap ramah dan senyum manis meskipun dalam hatinya ia mengumat, mengutuk presdire berambut hitam itu.

Wanita bernametag Lee Hyori itu menghela nafas kecewa. Ia meletakan dua map berwarna biru di atas meja kerja Zitao. "Ini laporan evaluasi dari bagian produksi yang dia minta. Tolong berikan padanya nanti."

Zitao mengangguk, "baiklah."

Hyori pergi dengan ketukan dari higheels 15 centimetersnya.

Crack!

Ini sudah pensil ke empat yang sudah Zitao patahkan setelah dua jam terakhir. Lee Hyori adalah tamu ke empat yang harus datang dengan kecewa. Zitao melirik sudut mejanya dan sudah ada lebih dari sepuluh dokumen yang harus Kris periksa.

Ini malapetaka!

Kalau Kris tidak bisa menyelesaikan dokumen-dokumennya, maka Zitao yang harus turun tangan. Ya Tuhan, Zitao lebih baik menjadi cleaning service saja kalau begini terus.

Zitao mengambil pulpen lalu melemparkannya dengan sekuat tenaga ke arah pintu ruangan kerja Wu-Yi-Fan. Ia diam sebentar lalu berdiri untuk mengambil pulpen yang ia lempar.

.

.

.

.

.

.

.

.

Zitao meletakan dokumen-dokumen yang sudah menumpuk di atas meja kerja Kris dengan tidak sopan. Ia tidak peduli akan dipecat atau diapakan— toh, itu tidak akan terjadi. Ini bukan pertama kalinya Zitao bertindak tidak sopan pada atasannya itu.

"Lima map dari bagian lab, dua dari produksi dan tiga dari bagian customer service. Tolong dikerjakan dengan baik, Tuan Presdire~"

Kris mengambil satu tumpukan paling atas sementara Zitao memperhatikan keadaan ruangan Kris yang masih cukup berantakan karena aktivitas pemuda dua puluh delapan tahun itu dengan seorang anak SMA. You-know-what-I-mean.

Sekarang anak SMA itu sudah pergi dengan terseok tetapi dengan wajah berseri. Maka dari itu, Zitao langsung bergegas masuk padahal bosnya itu sedang mengancingi kemejanya.

"Jangan lakukan seks saat masih bekerja—"

"Itu kebutuhan primer, Sekretaris Huang," sela Kris.

Zitao mendengus kesal, "...dan berhentilah menjadi GAY! G-A-Y!"

Kris meletakan map berwarna biru lalu menyandarkan tubuhnya pada sandaran singgasananya. Ia menatap Zitao dengan datar sementara pemuda yang menjabat sebagai sekretarisnya itu memandang tidak suka.

"Apa?" Zitao menyolot.

Kris tersenyum tipis, "kau cemburu? Tenang saja aku tidak ada hati dengan mereka, kok."

"Cemburu?" Zitao mendecih, "aku hanya cemburu dengan uang yang didapatkan mereka dalan waktu beberapa jam. Tapi bukankah miris?" Zitao melipat tangannya di depan dada, "mereka harus menjual tubuh mereka, tak peduli digunakan oleh pria maupun wanita. Terlebih lagi, bagaimana kalau orang tua mereka tahu?"

"Itu resiko mereka," jawab Kris enteng.

Ia membuka lacinya lalu mengeluarkan sebatang rokok dan sebuah pematik api. Kris melirik Zitao dengan kening berkerut sebelum akhirnya ia menjetikan jarinya dan merogoh saku jas mahalnya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet kulit mahalnya.

Zitao tak bergerak. Ia sudah tahu apa yang akan Kris perintahkan dan biarkan dia menolaknya.

"Tidak mau! Ti-dak-ma-wu!" Zitao menggeleng-geleng seperti bocah.

"Tidak mau?" Kris menyeringai. Ia menaikan kacamatanya yang turun, "kalau begitu kau saja yang aku suruh telanjang dan berpose sexy di hadapanku sekarang."

Zitao membelalak. Ia menggebrak meja Kris lalu menunjuk-nunjuk wajah Kris dengan tidak sopannya.

"KAU ITU GILA KRIS! DASAR GAY GILA! KAU TIDAK TAHU PENDERITAAN KU SETIAP MEMBELI MAJALAH-MAJALAH HOMO ITU!" Zitao mengatur nafasnya yang memburu karena kesal.

"Memangnya apa yang mereka lakukan padamu?" Kris masih kalem.

Wajah Zitao memerah, "mereka meremas bokongku dan berpikir aku ini gay sama sepertimu!"

Kris nyaris tertawa tapi dia masih ingin terlihat memiliki wibawa dari sekretarisnya ini.

"Hmm... kalau begitu, kenapa kau tidak telanjang saja di hadapanku dan biarkan aku mengabadikannya di ponselku," Kris mengayun-ngayunkan ponselnya, "tenang saja, aku tidak akan meremas-remas bokongmu, kok— sepertinya." –satu wink.

Zitao dengan cepat mengambil uang yang ada di meja Kris lalu memberikan satu sentilan di kening Kris sebelum akhirnya pergi menjauh dari meja Kris. Sebelum menekan knop pintu Zitao berbalik,

"Dengar, aku bukan gay sepertimu." Zitao menghela nafasnya, "...dan ini yang terakhir aku membelikanmu majalah-majalah sialan itu."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Zitao membenarkan letak maskernya sebelum menguatkan tekad untuk pergi ke rak paling ujung yang ada di toko buku ini. Rak dimana sebuah majalah paling Kris cintai dan Kris ikuti sebagai pembaca setia berada.

Gstar Magazine— ergh, Zitao mengambil dengan perlahan-lahan majalah yang masih tersegel itu sampai-sampai ada orang yang menepuknya dari belakang. Zitao nyaris beteriak tapi dia sadar malah itu akan menarik perhatian.

"Yo, Peach!"

Zitao memutar tubuhnya kemudian bernafas lega siapa orang yang nyaris membuatnya copot jantung.

"Oh, hanya kau," Zitao menggulung majalah di tangannya.

"Hanya aku? Haha..." Pria itu tertawa puas.

Apanya yang lucu?

"Apa yang kau lakukan disini, huh?"

Chanyeol berdeham, "aku hanya ingin melihat berapa pelanggan yang puas dengan hasil kerjaku," Chanyeol memberikan senyum lima jari, sementara alis Zitao bertaut.

"Hasil kerja? Kau bekerja di sini?"

"Tidak. Tapi aku bekerja di—" Chanyeol menunjuk majalah di tangan Zitao, "aku yang memotret mereka semua."

Uhuk!

Uhuk!

Uh—

"Apa?" Zitao mengerjap, "kau..."

"Kata Baekhyun, ada seorang pria berambut taro yang menjadi langganan majalah itu. Aku penasaran dan ingin mengucapkan terima kasih secara langsung, dan ternyata itu kau? Hahaha..."

Zitao mendengus.

"Bagaimana mungkin kau tidak tahu aku yang memotret mereka semua padahal kau sering membelinya?"

Zitao memberikan satu pukulan di kepala dengan majalah setebal enam puluhan lembar itu. "Bukan aku! Tapi bos terkutuk yang mesum itu yang menginginkannya."

"Ooooh~" Chanyeol mengangguk-angguk. "Ngomong-ngomong, kenapa kau mengenakan masker?"

Zitao menyentuh maskernya, "agar tidak ada yang mengenaliku—sudahlah, aku harus pergi lagi."

"Tunggu dulu!" Chanyeol merentangkan tangannya di depan Zitao untuk menghalangi pemuda manis itu pergi. "Kebetulan kau ada disini. Jadi aku akan memberikan—" Chanyeol berbicara sembari mengubek-ubek tasnya, "— ini." Ia memberikan sebuah undangan berwarna hitam dengan tulisan berwarna emas.

"Apa ini?"

"Pertunanganku. Tadinya aku ingin mengantarkannya langsung ke apartementmu. Tapi ternyata kau yang menghampiriku."

"Byun... Baekhyun... HAH?! LAKI-LAKI?!"

Chanyeol menutup mulut Zitao yang dengan seenak jidatnya memekik. "Diamlah! Ini sebuah pertunangan privasi yang hanya orang-orang terdekat boleh tahu."

Zitao mengangguk sebelum ia kehabisan nafas di tangan besar Chanyeol.

"Hah..." ia mengambil nafas, "ya Tuhan, hidupku dipenuhi dengan orang-orang gay. Jadi Park Chanyeol, yang mana orangnya?"

Chanyeol menyengir kuda, "dia kasir di toko buku ini."

Zitao mengangguk dan akhirnya membelalakan matanya, "YE?"

Rasanya Chanyeol ingin melepas kaus kakinya dan menyumpal mulut Zitao dengan itu. Ternyata Zitao masih memiliki kebiasaan memekiknya dengan tiba-tiba dari jaman mereka di Sekolah Menengah Atas.

"Ahahaha," Chanyeol tertawa garing, "jangan lupa datang, okay?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Brak!

Kris menoleh pada pintu ruang kerjanya yang dibuka secara kasar tanpa ketukan sebelumnya. Satu-satunya orang yang berani hanyalah seorang...

"Oh, Sekretaris Huang, kau sudah kembali?" Kris menepuk-nepuk tangannya, "bagaimana? Apa ada bokong yang diremas?"

Zitao berjalan menuju meja Kris. Ia duduk di atas meja lalu meletakan majalah pesanan Kris dengan tanpa perasaan. Kris menerimanya dengan senang hati lalu membuka segel dengan hati-hati.

"Tidak. Lebih buruk dari itu. Astaga, kenapa aku selalu dikelilingi oleh orang-orang gay, sih?" Zitao mengacak-acak rambutnya. "Kau... Chanyeol... kasir toko buku itu... kemudian siapa lagi? Kucing nenek ku?"

Zitao mengambil minuman Kris di meja. Tanpa izin ataupun bertanya isinya, Zitao langsung menegaknya sampai habis. Dia terlalu haus setelah berjalan kaki ditambah lagi dengan emosinya yang terlalu berlebihan hari ini.

"Kau punya alergi dengan kafein, kan?" tanya Kris pelan.

Zitao mengangguk, "I—" mata Zitao membelalak setelah ia merasa ada rasa pait di lidahnya. Zitao terbatuk sebentar lalu ia melirik pada cangkir yang di dalamnya masih ada beberapa tetes cairan berwarna coklat kehitaman.

"Ini kopi?" tanya Zitao horror.

Kris mengangguk santai. "Maka dari itu, bertanyalah sebelum sesat di jalan."

Kris mulai membuka majalahnya untuk menikmati gambar-gambar yang tersaji. Sementara Zitao mulai merasakan gatal dihidungnya yang bangir.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau bisa jalan sendiri?"

"Ya."

"Perlu ku antar?"

"Tidak."

"Sudah merasa lebih baik?"

"Eung..."

"S—"

"Bisakah kau diam dan buka kunci mobilmu?"

Zitao membenarkan jas Kris yang terpaksa ia pinjam karena mendadak tubuhnya merasa tidak baik. Ah, ia menyesal karena sudah terlalu durhaka pada bosnya— tidak, lebih tepatnya meminum minuman yang membuat alerginya kumat seperti ini.

"Tapi aku cemas. Kau sudah pingsan sebanyak tiga kali dalam tujuh jam terakhir. Lalu kau memaksakan dirimu untuk bekerja sampai larut.

Bagaimana kalau saat kau naik tangga, kau pingsan lalu kau menggelinding sampai ke lantai satu? Kalau kau mati, siapa yang membelikanku majalah Gstar lagi?"

Zitao memutar bola matanya kesal, "kau itu cerewet, yah?— pertama, aku lembur karena aku tidak ingin perkejaanku besok menumpuk. Kedua, di apartement ku ada lift—" Zitao menarik nafasnya dalam-dalam, "— dan ketiga, aku bukan bola yang menggelinding. Kalau aku mati, aku akan menghantuimu sampai ke anak cucumu."

Kris terkekeh, "ku pikir aku tidak akan mempunyai keturunan."

Oh, iya. Zitao melupakan kalau Kris gay.

"Sudah lupakan dan buka pintunya. Aku ingin segera tidur."

.

.

.

.

.

.

.

.

Hari berikutnya, begitu Kris sampai di kantornya, Ia mendapatkan kalau sekretarisnya tidak dapat masuk bekerja hari ini dikarenakan sakit. Kris memakluminya. Ia berjalan menuju ruangannya. Tepat saat di depan ruangannya, kursi yang biasanya diduduki Huang Zitao, kini sedang diisi oleh seorang wanita dengan blazer ketat berwarna merah serta miniskirt berwarna hitam.

Kris mendengus begitu membayangkan harinya akan menjadi buruk.

Sekretaris pengganti itu begitu menyadari presdire nya sudah tiba, ia segera membungkuk hormat dan memberikan senyum ramah.

"Selamat pagi, Presdire. Apa tidur Anda nyenyak?"

"Ya."

Kris berjalan cepat masuk ke dalam ruangannya.

Ia cepat-cepat membuka berkas-berkas yang akan menjadi pekerjaannya hari ini. Ia ingin agar hari ini segera berakhir dan Zitao cepat-cepat masuk untuk berada di tempatnya semula.

Dipastikan besok meja kerja Zitao wangi oleh bunga mawar atau parfum menyengat lainnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tepat tengah hari.

Kris melemaskan badannya yang sudah lelah akibat terlalu lama duduk. Ia merenggangkan badannya dan tepat pada saat itu, pintu terbuka tanpa diketuk lalu memunculkan sosok wanita yang sedang menjadi sekretarisnya untuk hari ini.

"Permisi Presdire, aku membawakan makan siang untuk Anda," Kwak Jimin— sekretaris itu menutup pintu dengan gayanya yang terlalu berlebihan lalu berjalan dengan hati-hati ke arah meja Kris.

Ia meletakan sebuah kotak makanan yang sepertinya sudah ia siapkan dari rumah. Lagipula, ini kesempatan langka untuk menjadi sekretaris dari Wu Yifan itu.

"Aku tidak lapar," ucap Kris dingin.

"A... kalau begitu, aku akan meletakannya disini. Mungkin Anda lapar nanti. Terima kasih," Jimin menunduk kemudian pergi meninggalkan ruangan Kris.

Itu adalah kesepuluh kali Jimin masuk ke dalam ruangannya.

Kasihan sekali dia~

Setelah memastikan kalau wanita itu keluar, Kris mengambil kotak makan itu untuk melihat isinya. But, semuanya merupakan sesuatu yang ia benci; Nasi goreng kimchi.

"Gross!" ia menutup kembali.

Kris tak sengaja menoleh ke arah ponselnya yang tergeletak di sudut meja. Oke, mengusir rasa bosan, bagaimana kalau menganggu sekretaris yang sebenarnya saja?

Kris menekan nomor satu sebagai alternatif untuk kontak Huang Zitao. Butuh bunyi tuut sebanyak tujuh kali hingga akhirnya pemuda yang suka Kris bully panda itu mengangkat telponnya.

Suara yang benar-benar sengau menyapanya duluan. Kris nyaris terbahak karena membayangkan Zitao mungkin berubah menjadi kodok.

"Sekretaris Huang?"

Hening selama sepuluh detik. Ada suara bersin berkali-kali di seberang sana. Apa pemuda itu sedang berada di kutub utara?

"Ah, iya?"

.

.

.

"Kenapa kau tidak masuk memberitahuku?"

Suara dengusan terdengar, "tidak penting. Lagipula, aku sudah menyuruh Jimin menggantikanku."

"Kau menyuruh salah satu penjaga neraka, Bodoh! Kenapa kau tidak datang, sih? Aku mengizinkanmu datang hanya untuk duduk daripada posisimu digantikan oleh wanita itu."

Kris mendengar seseorang sedang menarik ingus di sana.

"Apa itu yang hanya ingin kau bicarakan? Kalau begitu, akan ku tutup!"

"Hei! He—i!"

"Apa lagi? Aku ingin beristirahat."

"Oh, oke. Beristirahatlah dengan tenang. Aku mendoakanmu."

"Kau pikir aku mau mati?!"

Zitao secara sepihak menutup panggilannya sementara Kris tertawa puas. Setidaknya moodnya satu tingkat naik setelah menjahili sekretaris favoritnya itu.

Tapi kalau dipikir-pikir, sepertinya alergi Zitao cukup parah. Bagaimana kalau mencoba untuk menjenguknya?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TeBeCe~

/Hai hai hai! Bertemu lagi dengan Ming yang ngangenin ini? Apa kabar? Ming sudah kembali di tengah-tengah UKK hari ini #Bhak! Who miss me?— nope.

Maaf untuk hiatus dan keterlambatan update ff dan muncul-muncul dengan efef baru yang gak jelas ini(?) but, makasih semuanya yang masih ingat dengan Ming di kontak bebeem ataupun twitter...

Ming sibuk... sibuk banget nonton Anime/Gak deng.

Eh, salam untuk member KTHS di LINE. HOHOHO~~~

Papay, saranghae minna-san.

WO AI NIMEN!

BabySsi~