Chapter 1 :Takdir

FORBIDDEN LOVE

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasorixDeidara / ItachixDeidara

Rated : T

Genre : Hurt/Comfort/Romance

Warning : OOC, Shou-ai, Typo, alur maju-mundur

Selamat membaca minna-san ^,^)/

"Aku sudah lama menunggu hari ini Dei" ucap seorang pemuda tampan dengan cermin coklat madu yang dipadankan kulit porselen yang menyelimuti tubuh jenjangnya, garis-garis rahangnya terlihat begitu tegas membentuk wajah yang rupawan bak pangeran dari negri dongeng, kemeja putih yang dia gulung sampai sikunya, kancing kemeja teratasnya dibiarkan terbuka dengan paduan celana hitam panjang, surai marunnya sedikit berantakan tertiup angin sore. Sederhana sebenarnya tapi entah mengapa terlihat begitu mempesona dan elegan saat dipakai olehnya.

"Aku juga danna un" jawab pemuda yang tak kalah tampan dari pemuda yang satunya, surai keemasan panjangnya ia ikat sebagian sementara sebagian yang lain ia biarkan tergerai, iris biru bak lautan dalamnya seakan siap menenggelamkan siapa saja yang menatapnya, wajahnya nampak ayu dan rupawan disaat bersamaan, kulit putihnya berbalut kaos putih polos dengan vest hitam dipadukan dengan syal warna marun seperti surai pasangannya terlihat apik bertengger dilehernya, celana hitam pendek yang memamerkan kakinya yang tak kalah jenjang dari pemuda yang satunya.

"Deidara.. entah mengapa aku ragu kalau ayahmu akan menerimaku" ucapnya lirih.

Pemuda yang diketahui bernama Deidara menyentuh pipi pemuda yang satunya pelan, bermaksud menenangkannya.

"Sasori no danna ayah pasti akan senang, aku sering cerita tentang danna dan ia terlihat begitu senang karna katanya ada yang mencintai anaknya setulus hati un" ucap Deidara antusias.

"Benarkah begitu" ucap Sasori meyakinkan diri sendiri.

Entah mengapa Sasori merasa bahwa keinginannya untuk melamar Deidara tidak akan berjalan mulus.

"Baiklah danna ayo kita pulang, aku yakin otou-chan sudah pulang" ajak Deidara.

Mereka beranjak dari taman, ya mereka sedang berada ditaman dekat rumah Deidara, Deidara yang mengajaknya karna melihat dannanya yang biasanya tenang nampak gusar setelah sampai rumahnya lagipula ayahnya juga belum pulang kerja.

Sampai dirumah mereka disambut oleh ibu Deidara, perempuan paruh baya yang nampak masih cantik dengan kacamata yang bertengger diatas hidungnya.

"Kaa-chan apa otou-chan sudah pulang?" tanya Deidara.

"Iya sudah, kalian dari mana saja sih sampai otou-san dan kaa-san yang jadinya menunggu kalian" gurau Karin.

"Maaf bibi, tadi kami bermaksud jalan-jalan sebentar tapi tak terasa malah sampai larut" jawab Sasori sopan.

"Ya sudah tidak apa-apa Sasori-kun, ayo langsung kemeja makan kalian pasti sudah lapar,otou-san juga sudah menunggu kalian katanya ia ingin melihat calon menantunya" ucap Karin sambil bergurau.

"Otou-chan" teriak Deidara sambil menghampur memeluk ayahnya dari belakang.

"Dei, kau masih saja seperti anak kecil jadi mana orang yang sanggup mencuri hati anak ayah yang sebenarnya tak punya hati ini?" gurau Minato seraya berbalik kearah anaknya yang sedang memberi deathglare padanya.

Dan raut wajah tenang dan bersahabat itu sontak mengeras melihat orang yang berada dibelakang Deidara, orang yang sudah mencuri hati anaknya.

"Konbanwa paman Namikaze" ucap Sasori memberi salam sopan seraya membungkukan dalam badannya.

"Ya, ayo kita mulai makannya" balas Minato datar.

Minato duduk disisi tengah meja makan sementara Karin disebelah kanannya dan Deidara disebelah kiri dan Sasori disampingnya.

"Ne tou-chan, ini dia Sas-"

"Ayah paling tidak suka ada yang bicara ditengah makan" ucap Minato tegas.

Deidara sedikit tersentak mendengar nada bicara ayahnya.

"Bukannya biasanya ayah yang selalu mengajak kami bicara duluan saat makan malam, ayah ini kenapa sebenarnya, apa ayah terlalu lelah deng-" Deidara terdiam ketika merasakan tangannya digenggam oleh Sasori.

Usai makan malam mereka duduk bersama diruang keluarga, Sasori merasa inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan niatnya.

"Paman sebenarnya maksud kedatangan saya kemari ingin meminta ijin anda untuk menjadikan Deidara istri atau lebih tepat suami saya, saya harap anda mengijinkannya" ucap Sasori sopan dan tegas mengisyaratkan kesungguhannya.

"Tidak" jawab Minato tegas.

"Apa maksud ayah?" protes Deidara.

"Apa Deidara tidak bilang padamu kalau dia sudah mempunyai calon suami?" tanya Minato sedikit meremehkan yang dijawab mereka bertiga dengan wajah terkejutnya.

"Ayah sej-"

"Aku akan membuktikan pada anda kalau saya lebih baik dari calon suami Deidara sehingga anda akan mengijinkan saya menjadi pendamping Deidara" potong Sasori penuh keyakinan, sesungguhnya dia bingung apa yang sebenarnya Minato maksud karna selama ini Deidara tidak pernah membicarakan calon suaminya atau kalau ternyata dia sudah dijodohkan.

"Apa kau bisa menjadi lebih baik dari kakakmu?" pertanyaan Minato benar-benar membuat mereka bertanya-tanya sebenarnya apa yang dimaksud Minato, kenapa dia tak langsung mengatakannya.

"Sepertinya ada kesalahpahaman yang bibi dan Deidara sendiri belum tau, Sasori-kun kau bisa kesini lain waktu, mungkin juga paman Minato terlalu lelah hari ini" ucap Karin sopan yang melihat gelagat tak biasa dari suaminya, juga Deidara yang sepertinya sudah hampir habis kesabaran.

"Tapi-" ucapan Sasori terpotong melihat tatapan Karin yang meneduh.

"Baiklah, maaf karna saya datang diwaktu yang kurang tepat paman, bibi, kalau begitu saya mohon undur diri" pamit Sasori sopan setelahnya keluar yang diikuti Deidara dibelakangnya.

Langkah Sasori terhenti saat tangan Deidara melingkari pinggangnya,ia bisa merasakan Deidara yang sedikit terisak dipunggungnya.

"Maaf.. maafkan ayahku danna" Sasori memutar badannya, ia tangkup wajah Deidara, ia selami lautan dalam itu sepertinya Deidara memang tidak tau tentang calon suami yang ayahnya maksud itu, terlihat kesedihan yang jelas dimatanya, setelahnya Sasori kecup kening Deidara dalam, mencoba menyalurkan semangat pada kekasihnya itu.

"Tentu Dei, aku akan datang dan memintamu lagi sekarang kau masuklah udara musim dingin akan membekukanmu" gurau Sasori sambil mengacak pelan surai pirang Deidara.

"Aku mencintaimu danna" ucap Deidara seraya memakaikan syal yang ia pakai keleher Sasori.

Deidara merasa sangat beruntung mendapatkan pria sebaik Sasori, mulanya ia sangat membenci senpainya saat diKonoha Univercity itu, seorang ketua senat yang begitu dingin tanpa senyum, juga tak tau belas kasih karna selalu memberi hukuman pada juniornya meski sekecil apapun kesalahan itu. Bahkan seorang Namikaze tak bisa luput dari hukuman, tapi itulah yang membuat Deidara penasaran dengan sosok Sasori dan entah sejak kapan rasa penasaran itu menjadi rasa suka.

Perlahan tapi pasti akhirnya Deidara sedikit bisa membuat hati Sasori melunak, seperti saling melengkapi saat satu sisi begitu diam dan sisi satunya begitu ramai, Deidara benar-benar bersyukur karna Sasori hanya membuka hati untuknya seorang meskipun tak sedikit wanita maupun pria yang berusaha mendapatkan tempat yang spesial dihatinya namun ia tetap menolak.

Namun saat kebahagiaan itu hampir sempurna masalah yang barupun muncul.

Setelah memastikan mobil Sasori melaju meninggalkan kediamannya Deidara buru-buru masuk, ingin meminta penjelasan sang ayah.

"Apa maksud semua ini Ayah?" racau Deidara marah.

"Jauhi Sasori!" tegas Minato tak bermaksud menjawab pertanyaan sang anak.

"Tidak akan!" jawab Deidara tegas tak mau kalah.

"Apa sekarang kau sudah pintar menjadi pembangkang Deidara, apa anak itu yang mengajarimu melawan orang tuamu sendiri hah?" Minato sedikit menaikkan nada bicaranya, ia sedikit tak sabar saat berdebat dengan anaknya yang begitu keras kepala. Karin yang menyadari perdebatan antara ayah dan anak itu tak akan selesai jika tak ada yang mau mengalah mencoba meredam suasana.

"Deidara jaga nada bicaramu pada ayah dan ayah kau tak bisa memberi perintah macam itu tanpa memberi penjelasan terlebih dahulu" ucap Karin mencoba menenagkan mereka berdua.

"Ayah akan menjodohkanmu dengan Itachi, penerus satu-satunya Uchiha Corp" ucap Minato.

"Bukankah dulu waktu kalian masih kecil pernah berjanji akan menikah jika sudah dewasa kelak" lanjut Minato saat tak ada jawaban dari Deidara maupun Karin yang masih mencerna maksud perkataan Minato.

"Jangan gila ayah, itu hanya ucapan anak kecil yang belum tau apa-apa dan juga Itachi itu kakak danna bagaimana bisa kau berfikiran untuk menikahkanku dengan Itachi, itu tak masuk akal dan sampai kapanpun aku tak mau karna SATU-SATUNYA ORANG YANG KU CINTAI ADALAH SASORI NO DANNA!" teriak Deidara frustasi.

"Cinta kalian terlarang!"

"Lalu apa bedanya jika aku dengan Itachi? dia juga laki-laki, bukankah ayah tak pernah mempermasahkan hal itu?" jawab Deidara yang salah mengartikan ucapan Minato.

"Sasori itu kakak mu" ucap Minato lirih hampir tak bersuara, saat ia mengucapkannya seakan ada yang mencekik lehernya, begitu menyakitkan.

"Jangan bercanda!" ucap Deidara dan Karin berbarengan.

"Tidakkah ayah tau aku sedang tidak ingin bercanda" ucap Deidara yang benar-benar tak trima dengan perkataan ayahnya, sementara Karin terdiam mencari tau maksud suaminya dengan menginggat kejadian sekitar 20 tahun yang lalu.

"Kushina adalah mantan istri ayahmu, dan Sasori adalah anak mereka berdua" jelas Karin lembut menggantikan Minato yang tak mampu mengungkapkan kenyataan yang telah lama ia simpan.

Seakan tulang-tulangnya tercabut paksa Deidara tak mampu menopang berat badannya sendiri mendengar jawaban dari ibunya, ia merosot terjatuh dilantai rumahnya yang dingin, ia terdiam mencoba membohongi dirinya sendiri seakan tak pernah mendengar kenyataan itu.

"Ahaha.. sudah cukup bercandanya kaa-chan, tou-chan aku bukan anak kecil lagi yang bisa kalian tipu, aku dan danna berencana menikah saat awal musim dingin" ucap Deidara.

"Dei maafkan ayah dan ibu yang tak menceritakan masalah ini, tapi kau dan Sasori tak akan pernah boleh menikah" ucap Minato pelan, sesungguhnya ia benar-benar merasa bersalah pada Deidara dan juga Sasori, ia telah menyakiti kedua anaknya bersamaan, harusnya ia mengenalkan Deidara dan Sasori sejak kecil sehingga kejadian ini tak akan pernah terjadi.

"Tak masalah, anggap saja aku tak pernah mendengarnya lagipula kami sama-sama pria karna sebelumnya aku pernah mendengar jika saudara sedarah berhubungan itu akan mengakibatkan cacat pada keturunannya dan kejadian itu tak akan pernah terjadi pada kami" ucap Deidara datar masih tak mau menerima kenyataan.

"Dei sebenarnya satu kenyataan lagi yang belum kami beritahukan padamu bahwa sebenarnya kau terlahir istimewa, kau bisa mengandung dan mempunyai keturunan dari rahimmu sendiri, memang terdengar omong kosong tapi itulah kenyataanya" jelas Minato sembari menyembunyikan kesedihannya sendiri.

Deidara merasa jantungnya dihujam oleh pedang yang tak terlihat, begitu menyakitkan, rasanya udara disekitarnya menghilang, ia tak tau harus berkata atau menjawab apa dua penjelasan yang tak mampu ia terima disaat yang bersamaan, bahkan iris lautan dalamnya siap mengeluarkan isinya namun Deidara mati-matian menahannya namun percuma, isinya tetap menerobos keluar membuat aliran sungai airmata dipipi mulusnya, Karin yang melihatnya mencoba menyeka air mata anak semata wayangnya meskipun airmatanya juga merembes keluar, ibu mana yang tega melihat anaknya terluka seperti ini, yang lebih menyakitkan bahwa luka itu ditorehkan sendiri olehnya dan suaminya.

"Sepertinya Deidara terlalu lelah hari ini, Dei akan tidur dulu" ucap Deidara lebih kepada dirinya sendiri, ia masih menyangkal kenyataan yang baru saja ia terima.

"Dei ayah mohon, dengarkan dulu penjelasan ayah karna mungkin ayah tak akan tega menceritakannya lain waktu, maafkan kami tapi lebih baik kau tau semuanya sekaligus" pinta Minato yang tak mungkin tega menyakiti Deidara lagi, biarkan sekali saja ia terluka daripada ia terluka lagi walaupun Minato dan Karin tau bahwa luka ini mungkin tak akan mudah sembuh.

"Dei sebenarnya sebelum ayah menikah dengan ibumu ayah sudah menikah dengan Kushina, ibu Sasori. Namun saat usia Sasori sekitar tiga tahun ayah membuat kesalahan, ayah mabuk dan berbuat yang tidak baik pada ibumu yang dulu sekertaris pribadi ayah kemudian ibumu hamil dan Kushina yang mengetahui hal itu memilih mengalah dan mengajukan cerai" tutur Minato lirih menyembunyikan getir penyesalan yang mendalam karna sesungguhnya ia benar-benar mencintai Kushina, ia mengutuki dirinya sendiri saat menginggat hal itu, kebodohannya yang membuat Kushina dan Sasori pergi.

"SUAMI MACAM APA KAU INI DAN KAU KENAPA BEGITU MURAHAN MAU SAJA MENERIMA PERLAKUAN BOSMU YANG SUDAH BERKELUARGA!"

Plakk

Karin memegangi tangannya yang reflek menampar pipi Deidara, ia tak menyangka anaknya akan mengatakan hal itu.

"Ibu tau ibu salah tapi kau tak pantas berkata seperti itu Dei" lirih Karin menyesali perbuatannya.

Deidara masih memegangi pipinya yang panas akibat tamparan ibunya "omong kosong apa lagi yang akan kalian katakan?"

"Dei dulu ibu begitu mencintai ayahmu, ibu berfikir tak mengapa asal akhirnya ibu bisa memilikinya, ini semua memang salah ibu andai saja dulu ibu tak mengikuti hawa nafsu mungkin semua ini tak akan-"

"Jangan menggunakan alasan seperti cinta untuk membenarkan perbuatanmu, itu memalukan!" potong Deidara, ini pertama kalinya Minato dan Karin melihat Deidara semarah ini, bahkan tak segan untuk mengeluarkan kata-kata kasar yang melukai perasaan mereka namun mereka memakluminya karna apa yang dikatakan Deidara memang benar, mereka juga tau betul seberapa terlukanya Deidara.

Minato benar-benar merasa seperti seorang pecundang dihadapan anaknya, terluka karna kata-kata Deidara tak ada apa-apanya dengan luka yang selama ini sudah ia simpan dan luka karna telah menyakiti putranya sendiri. Belum lagi dia harus melukai Sasori juga saat menjelaskan hal yang sama padanya.

"Apa ayah tau seberapa danna begitu merindukan figur ayah kandungnya meskipun paman Fugaku sudah memperlakukannya seperti anak sendiri, tak ada bedanya seperti beliau memperlakukan Itachi, APA AYAH TAU SEBERAPA MENDERITANYA DANNA?" nada bicara Deidara meninggi dibarengi dengan aliran air mata yang semakin deras mengalir,ia benar-benar kecewa pada ayahnya, orang yang selama ini ia agung-agungkan.

"Ayah juga sangat merindukan Sasori, ayah ingin memeluknya, ingin memarahinya seperti ayah memarahimu saat berbuat salah, ayah ingin berbicara padanya sebagai seoarang ayah" jawab Minato lirih.

"Lalu kenapa tak kau lakukan?"

"Setelah perceraian kami Kushina membawa Sasori keSuna, ia tak mengijinkan ayah menemuinya, beberapa tahun kemudian dia kembali keKonoha dan ternyata ia sudah menikah dengan Fugaku sahabat ayah sendiri saat ayah menemui Kushina ia bilang Sasori tetap menetap diSuna untuk melanjutkan studynya tanpa ayah ketahui sebenarnya Sasori belajar diKonoha Univ seperti dirimu, disini ayah merasa lengah karna walau ayah tak pernah menemuinya ayah selalu memantau perkembangannya" jelas Minato.

"Dei ayah dan ibu mohon mengertilah keadaan ini" pinta Karin lirih.

"Kalian egois" terdengar getaran dalam suara Deidara.

"Kami tau kami egois oleh karena itu putuskanlah hubunganmu dengan Sasori dan menikahlah dengan Itachi, kau tau sendiri seberapa Itachi juga mencintaimu, karna sebenarnya perjodohan ini sudah dibuat sebelum almarhum Mikoto ibu Itachi masih hidup, ini sudah seperti janji kami" terang Minato antusias namun masih terdengar getir dalam suaranya.

"Lakukan semau kalian" ucap Deidara seraya meninggalkan mereka, ia benar-benar tak habis pikir apa yang ada dalam fikiran orangtuanya, bagaimana bisa mereka menyuruhnya untuk menikah dengan Itachi kakak Sasori sendiri, tidakkah mereka fikir bahwa itu akan lebih menyakiti Sasori dan Itachi sendiri.

Sampai dikamarnya ia rebahkan badannya, ia masih belum mau menerima kenyataan pahit itu, empat kenyataan yang seakan ingin mencabut kewarasannya sendiri, kenyataan pertama bahwa Sasori kakak kandung seayah dengannya yang artinya ia benar-benar tak bisa menyatu dengan orang yang begitu ia cintai, orang yang selama hampir empat tahun ini mengisi hatinya, satu-satunya orang yang bisa memenangkan hatinya, kedua adalah ia seorang anak haram yang sebenarnya tak diinginkan, orang yang secara tak langsung telah merenggut kebahagiaan dannanya, ketiga bahwa ia harus menikah dengan Itachi kakak Sasoriyang pasti akan lebih menyakiti Sasori walau sebenarnya ia bisa menolaknya namun ia tak kuasa menolak janji yang telah ayahnya buat dengan bibi Mikoto dan keluarganya.

Dan keempat dia mempunyai kelainan yang bisa dibilang tidak mungkin sebenarnya karna seorang lelaki mempunyai rahim dan punya kesempatan untuk mempunyai keturunan langsung dan dia tak tau sebenarnya itu mukjizat atau bencana.

Deidara tak kuasa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, bagaimana perasaan Sasori saat mengetahui kebenarannya, ia tak kuasa membayangkan luka yang akan Sasori terima walau saat ini hatinyapun tengah hancur, sesak yang masih ia rasakan belum hilang malah semakin terasa, iris deep oceannya tak mau berhenti mengeluarkan isinya, ia tak kuasa menahan sakit yang begitu membuncah dihatinya.

"Mengapa takdir begitu kejam pada kita un" lirih Deidara menahan kepiluannya.

From : Danna

To : Deichan

Dei Otou-sama dan Okaa-sama bilang bahwa besok akan diadakan acara makan malam dengan keluargamu, semoga setelahnya ayahmu menyetujui hubungan kita dan kita bisa segera menyatu.

Aku mencintaimu Deidara. Selalu. Dan selamanya.

TBC