Author Al pengen nyoba sesuatu yang berbeda, yaitu 'school life'! ^^/
Kalau selama ini backgroundnya berdasarkan anime Magi itu sendiri, tapi, 'kan, author bisa bosen juga, sekali-sekali ganti suasana ._.v
Ya sudah, check it out~
Summary:
Sesuatu yang terkubur itu mungkin bukan hal yang penting, tapi itulah yang masih menghubungkan kita sampai sekarang. KouhaxFem!Aladdin
Thanks to:
Hakusa neechan: Makasih udah perbaiki beberapa bagian yang typo, lain kali aku lebih hati-hati ;w; Oiya, ff pesenan neechan ditunda dulu, ya. Nge-stuck, nih -_-v
All readers: Kuharap kalian semua suka cerita ini, ya ^^/
Rating: Teen
Genre: Friendship, Romance
Warning: OOC, Typo, tidak sesuai kaedah bahasa indonesia, ancur, gaje, garing, gosong(?), TBC, de el el~
Disclaimer: Magi ya bikinan Shinobu Ohtaka, fanfictnya yang buatan saya, Al-chii NekoNyan .-.
.
.
.
.
.
.
.
Terdengar suara tertawa kecil dari rumah pohon itu.
"Ini tempat persembunyian kita. Dengan begini, tak akan ada yang menemukan kita!"
"Benarkah?"
"Aku yakin!"
Terdengar suara langkah kaki.
"Kouha! Kouha! Dimana kau?!" Koumei berteriak khawatir, celingukan di bawah rumah pohon.
"Hihihi."
"Sssttt... Nanti Mei-nii menemukan kita..."
"Kau tahu, Kouha-kun?"
Kouha menoleh kearah gadis itu.
Si gadis tersenyum tipis.
"Apa kau tahu apa itu time capsule?"
.
.
.
.
.
.
"Onii-sama! Bangunlah! Kouha onii-sama!"
Kouha masih belum bergerak.
"Onii-samaaaaaaaaaa~~" suara Kougyoku mulai terdengar kesal.
Kouha justru menarik selimutnya makin tinggi.
"Kouha. Bangun." Suara Kouen terdengar dingin dan ketus.
"Enggh...," balas Kouha, masih tetap memeluk gulingnya.
Hening lama.
Keheningan itu membuat Kouha ketiduran lagi.
Kemudian...
"KOUHA! KITA TELAT!" teriak Koumei, menggebrak keras pintu kamar Kouha.
"Pengen bolos," balas Kouha singkat.
"Ja. Ngan. Ber. Can. Da." Koumei mulai kesal, menjawab Kouha dengan mengeja setiap kata.
"Hm," Kouha tetap mengabaikan Koumei.
"KAU ITU KETUA OSIS!" teriakan Koumei menggelegar.
Iapun menarik Kouha keluar kasur, menyeretnya ke kamar mandi (EH?!), memandikannya (WAT?!), dan memakaikan bajunya (APAAN INI?!).
"Hoaaammmhh~ Malas banget," gumam Kouha, menguap lebar dan berjalan malas-malasan, memutar-mutar tasnya di jari.
"Hei, jangan membuatku malu, Kouha. Aku dan kakakmu, Kouen, merupakan salah satu ketua OSIS terbaik di sekolah. Kau sebagai penerus harus melakukan tugas sebagai ketua OSIS dengan sungguh-sungguh," balas Koumei mengingatkan.
"Cih! Padahal aku sama sekali tak ingin menjadi ketua OSIS, jadi anggota OSIS-pun aku malas," Kouha mendengus keras.
"Sudahlah. Hari ini upacara penerimaan siswa baru, jadi kau harus mengikutinya. Itu tanggung jawab yang paling membanggakan dalam sejarah menjadi ketua OSIS," ujar Koumei dengan mata berbinar.
"Kau pasti bercanda," jawab Kouha dingin, meninggalkan Koumei begitu saja.
Ya. Karena kedua kakaknya merupakan salah satu dari ketua OSIS terbaik di sekolah, iapun ditunjuk oleh pengurus OSIS untuk menjadi ketua meskipun bukan anggota OSIS. Kouen yang sekarang sudah lulus kuliah mulai mencari kerja, dan Koumei yang baru lulus 2 tahun lalu saat ini masih kuliah.
"Merepotkan," Kouha menopang belakang kepalanya selama mengikuti upacara, sesekali menguap.
Bosan sekali rasanya mendengar sambutan panjang lebar dari kepala sekolah Sinbad yang notabene hobinya ngomong.
Kouha memperhatikan para murid baru yang wajahnya penuh keringat. Ia berusaha mengingat beberapa.
"Wah, murid-murid baru itu kayaknya asik kalau dikerjain. Entar ajak Judal ngerjain murid baru, ah," gumam Kouha dalam hati, membuatnya senyum-senyum nggak jelas.
Sehabis upacara, Kouha langsung berjalan ke ruangan OSIS, duduk di kursinya dan merebahkan kepala diatas meja, mencoba tidur lagi.
Baru saja akan tertidur...
"Kouha-dono! Bangun! Anda harus membacakan pidato pengarahan untuk murid baru!" tiba-tiba si wakil ketua, Ren Hakuryuu-yang mendapat julukan 'Sang Raja Taat Aturan'-, menghela nafas melihat Kouha yang duduk malas-malasan begitu.
"Nggak mau, kau saja yang gantikan," Kouha mengibas-ibaskan tangannya dengan malas.
"Ayo, cepat," Hakuryuu tidak peduli dan membalas singkat perkataan Kouha, lalu menyeret Kouha keluar ruangan.
Kouha hanya melemaskan tubuhnya dan tidak bergerak selagi ditarik Hakuryuu.
Ketika Hakuryuu dan Kouha sampai di lapangan, terdengar banyak suara berbisik.
"Eh, itu beneran ketua OSIS?"
"Cakep sih, tapi ekspresinya, kok, berantakan gitu?"
"Bukannya ketua OSIS itu cowok?"
"Dia Transgender?"
"Serah lu pada, dah!" seru Kouha kesal, membuat seluruh murid-murid baru itu terdiam.
Kemudian, sekertaris OSIS, Kougyoku, menyodorkan selembar kertas pada Kouha yang berisi pidato yang harus dibacakan oleh Kouha.
Kouha mendengus keras dan mengambil kertas itu.
Setelah Kouha membacakan seluruh isi pidato-yang ia singkat karena malas baca semua-, ia kemudian... Pergi begitu saja.
Seluruh orang mangap.
Kouha berjalan santai tanpa memperdulikan seluruh orang yang cengo melihatnya.
.
.
.
.
.
.
"KOUHA-DONO! HARUSNYA ANDA TIDAK PERGI BEGITU SAJA!" ujar Hakuryuu. "Ba-bagaimana kalau OSIS kita dicap sebagai ekskul jelek karena ketuanya malas?! Apa tidak akan ada yang mendaftar?!" guman Hakuryuu panik, menggigit-gigiti jarinya.
"Jangan panik begitu, Hakuryuu," ujar Kougyoku, menghela nafas sambil merapikan kertas yang berserakan di meja Kouha. "Setidaknya Kouha onii-sama cukup imut, sehingga mungkin akan ada beberapa anak cowok yang mendaftar," Kougyoku nyengir jahil kearah Kouha.
"...terserah kalian," jawab Kouha datar, bersandar pada kursinya yang empuk itu.
Tiba-tiba, terdengar suara pintu ruang OSIS diketuk.
"Kougyoku, tolong bukakan," perintah Kouha malas-malasan.
Kougyoku mengangguk, memasukkan berkas yang ia pegang tadi kedalam loker, kemudian membukakan pintu.
Seorang gadis kecil dengan kepang panjang berwarna biru berdiri disana.
"A-anu... Apa benar... Ini ruang OSIS?" tanyanya pelan. Tampaknya ia gugup karena seluruh pengurus OSIS bertampang -coret-sangar-coret- menatap kearahnya.
"Ya. Ada apa?" balas Hakuryuu yang tampaknya mengambil bagian sebagai ketua OSIS.
"A-aku ingin mendaftar jadi anggota OSIS. Formulirnya... Harus kuserahkan pada siapa?" tanya anak itu.
Kouha memberi kode pada Kougyoku untuk mengambil formulir si gadis kecil dan memberikannya padanya.
Kougyoku kemudian mengulurkan tangannya pada si gadis, meminta formulirnya.
Si gadis menyodorkan kertasnya pada Kougyoku, kemudian Kougyoku membacanya sedikit sebelum ia berikan pada Kouha.
"Jadi, namamu Aladdin?" Kouha bertanya sambil melihat formulir itu.
Aladdin mengangguk.
Kouha menatap anak itu, kemudian menghela nafas, "Tak menarik. Impianmu tidak tinggi. Kami sudah mengatakan bahwa posisi bendahara dan seksi humas kosong, tapi kau hanya memilih sebagai anggota."
"A-aku..."
"Kau diterima," ujar Kouha singkat. "Sebagai humas kami."
Hening panjang.
"Aku mau tidur," kemudian Kouha tidur di atas meja.
Hening...
"A-APAAAAAAAAA?!" teriak seluruh pengurus OSIS dan Aladdin bersamaan.
.
.
.
.
.
.
"Kouha onii-sama, kau ini sembarangan sekali! Dia hanya murid baru dan kau menerimanya sebagai humas OSIS?!" teriak Kougyoku syok.
"Kouha-dono benar-benar tidak pernah berpikir panjang," ujar Hakuryuu, menghela nafas.
"Jangan protes padaku," balas Kouha malas-malasan. "Aku merasa cukup yakin padanya."
"Onii-sama, rasanya sosok Aladdin terlihat tidak asing untukku, ya. Apa mungkin kita pernah bertemu dengannya sebelumnya?" gumam Kougyoku tiba-tiba.
"Aku tidak ingat," jawab Kouha, menggaruk-garuk kepalanya.
Ceklek.
Pintu ruang OSIS terbuka. Aladdin kembali sambil membawa setumpuk surat.
"Aladdin-chan, itu apa?" tanya Kougyoku keherananan.
"Aku menjalankan tugasku sebagai seorang humas. Aku bertanya pada beberapa murid laki-laki mengenai pendapat mereka tentang bergabung dengan OSIS, tapi mereka justru memberikanku surat ini," ujar Aladdin, meletakkan surat-surat itu di atas meja Kouha.
Kouha mengambil secara acak salah satu surat itu, kemudian melihat amplopnya. Warnanya pink dan ada ornamen hati di amplop itu.
Kouha mangap. "Tu-tunggu, Aladdin... Jangan-jangan ini...!"
"Surat cinta," jawab Aladdin singkat. "Untuk anda, Kouha-san."
Hening panjang.
"BAKAR ITU!" teriak Kouha panik, meraba-raba tas dan sakunya untuk mencari korek api.
Aladdin keheranan.
"Ngomong-ngomong, Aladdin-chan, apa tak ada surat untukku?" tanya Kougyoku penuh harap.
"Ada. Dariku," jawab Aladdin polos, menyodorkan sepucuk surat pada Kougyoku.
Krik.
Krik.
Krik.
Krek.
Kougyoku patah hati.
.
.
.
.
.
.
.
"Kouha, kudengar kau dapat banyak surat cinta lagi, ya?" tanya Koumei, tertawa kecil.
"Cih! Aku tak mengerti, kenapa anak-anak cowok itu selalu menganggapku cewek?! Apa aku harus lepas celana di depan mereka biar mereka tahu aku cowok?!" ujar Kouha kesal, memukul-mukul bantalnya.
"Ngomong-ngomong, kudengar dari Kougyoku kalian punya anggota baru, ya?"
Kouha mengangguk. "Namanya Aladdin. Ia menggantikan posisi Hakuei sebagai humas."
"Aladdin? Teman masa kecilmu itu?" Koumei justru bertanya lagi.
"Apa maksudmu, Mei-nii? Aku tidak kenal dia," balas Kouha keheranan.
"Kau ini. Dia itu teman masa kecilmu, lho! Kau tau, aku kesulitan mencari kalian berdua apabila kalian menghilang," Koumei menghela nafas panjang melihat adiknya yang punya ingatan jelek itu.
"Begitukah?" gumam Kouha, berusaha mengingat.
"Sebaiknya kau kesana, Kouha," ujar Koumei, tersenyum lebar.
"Kemana?"
"Tempat kalian bersembunyi dulu."
-To be continued-
Setelah sekian lama nggak bikin chapter-chapteran(?), author pengen bikin lagi 'w'/
Mungkin karena chapteran(?), ada beberapa bagian yang nggak nyambung, ya. Soalnya udah lama banget author Al nggak bikin yang kayak gini ==a
Di chapter ini mungkin belom kelihatan romancenya ya, tapi nanti lihat aja di chapter 2! ^^b
Mohon reviewnya, readers tercinta~
