Title: Hana Kareru

Author: ™ , 2008

x

x

x

WARNING! Alert for this fic: Mary-Sue, OOC, OC. Dont Like Dont Read, please..

Fic pertama, jadi maaf kalo masih jelek, dan punya banyak kekurangan.

Special Thanks buat:

- Lil-Ecchan, Mel-chanriver, sama Ganes Savitri () buat bantuannya ngajarin ngere-post, ngapdet, dll.. Thanks a lot once again!

- Silvia, thanks juga udah mau ikut mikirin judul chapter 1 ini!

Disclaimer: Masashi Kishimoto tentunya…! Pinjem tokoh-tokohnya dulu ya! x))

Note: Kanon itu original ciptaanku, namanya juga OC. Dinspirasi-nya dari orang, manusia biasa kayak kita kita ini. Jadi bukan dari manga apapun, entah kenapa banyak yang salah kira kalau Kanon itu dari manga-nya Arina Tanemura. Kebetulan doang namanya sama, karena aku nyolong nama juga dari judul lagu, Canon. Hehehe.

Enjoy!


.: CHAPPU 1 :.

.: THE STRONGEST :.

x

x

x

Anak laki-laki itu menatap dengan tatapan kosong anak-anak yang bermain bola tak begitu jauh darinya. Di lengan kanannya, ia memeluk sebuah boneka Teddy Bear sambil memainkan ayunan.

Seorang Diri.

Sebenarnya gadis itu hanya kebetulan saja melewati tempat itu.

Ia sekelebat melihat anak laki-laki berambut merah menyendiri dan menimbulkan rasa penasaran baginya. Tapi rasa itu di halaunya.

Gadis itu pindahan dari Hibarigakure, desa yang terlalu jauh dari Sunagakure. Ia pindah ke sini karena pekerjaan sang Ayah, dengan posisi tak terlalu jauh di bawah pangkat Kazekage.

Karena bosan dengan semua berkas yang membosankan (untuknya pasti terasa tidak penting sama sekali), ia memutuskan untuk berjalan-jalan dan mengenal lingkungan barunya. Ia pergi ke taman terdekat dan

mendapati beberapa anak sedang bermain bola. Salah seorang menghampirinya.

"Hai. Baru di sini ya? Aku belum pernah melihatmu" sapa seorang anak perempuan yang rambutnya di kuncir tinggi.

"I-iya. Aku baru dari Hibarigakure" jawab gadis itu.

"Kau suka main bola? Ayo gabung bersama kami!" ajak anak itu, dan seenaknya menarik tangan gadis baru ke kelompoknya.

Gadis itu bermain bola dengan semangat. Ia berpikir, paling tidak ia sudah mempunyai teman baru yang bisa di ajak bermain setiap hari.

"Oper!" teriak salah satu anak laki-laki kepada gadis kecil baru itu, sambil menendang bola sekuat tenaga. Bola itu melayang tinggi, melewati kepala anak-anak itu dan mendarat dengan halus di atas gunung.

"Aduh.. di sana lagi… aku belum di ajari Kabenobori (Jurus Memanjat Dinding)" keluh seorang anak. Gadis itu juga hanya bisa melihat bola itu diam di sana, seolah menunggu untuk di turunkan.

Tiba-tiba ada pasir yang menggulung di udara, membawa bola itu turun ke bawah dengan halus.

Mereka semua menoleh ke arah seorang anak yang mengendalikan pasir itu untuk mengambil bola.

"I—itu—itu khan gaara, si anak pasir" kata salah seorang anak dengan nada ketakutan, sambil gemetaran.

Anak laki-laki berambut merah itu menyodorkan bola.

"Lari! Nanti kita akan di bunuhnya!"

"Monsteeerrr!"

Anak-anak itu berlarian panik ke satu arah yang sama, seperti di kejar setan.

Hanya gadis kecil itu saja yang berdiri dengan bingung, menatap teman-teman barunya semakin menjauh.

Menjauh?

Belum. Karena masih ada pasir yang menarik kaki atau tangan mereka kembali ke tempat semula. Anak-anak itu mulai berteriak ketakutan, dan hampir menangis.

Saat pasir itu bergerak hendak mencengkram mereka, seorang pemuda melindungi anak-anak itu dengan menyilangkan tangannya.

"Tuan Gaara! Tenanglah!" kata pemuda itu.

Laki-laki yang di panggil "Gaara" itu mulai tenang.

Gadis kecil itu masih hanya bisa berdiri.

Selang beberapa menit yang hening, pemuda itu hanya berjalan, menarik laki-laki kecil itu, dan berjalan pelan, pergi.

Gadis kecil itu melihat suatu onggokan di tempat kejadian itu.

Teddy bear.

Gadis kecil itu mengambil boneka itu, di tengah kesunyian. (baca: anak-anak yang lain itu sudah berlari pulang sambil menangis).

...XxX...

Entah kenapa, setiap langkah ia berjalan, membawa boneka Teddy Bear yang sudah cukup lusuh itu, semua orang yang di lewatinya menatapnya aneh. Bukan menatapnya. Lebih tepatnya, menatap boneka itu. Boneka Teddy bear itu.

Terlebih Ayahnya.

"Dapat dari mana boneka itu?" Tanya Ayahnya dengan nada tinggi,

"Di taman" jawabnya pendek.

"Kau bertemu seorang laki-laki berambut merah hari ini?"

"Iya. Memangnya kenapa?"

Ayahnya langsung menarik boneka tersebut dari tangan gadis itu dengan agak kasar dan melemparnya ke keranjang sampah di sudut ruang.

"Ayah peringatkan. Jangan pernah kau berurusan dengan anak itu! Tepatnya, jangan dekat-dekat dia!"

"Ottou-san, memangnya kenapa?"

Ayahnya tidak menjelaskan lebih lanjut dan masuk ke ruangan lain.

Gadis itu merangkak menuju keranjang sampah, dan menarik keluar Teddy Bear itu diam-diam. Sekarang ia bertambah lusuh. Gadis itu masuk ke kamar mandi dan mulai memandikan sang Teddy bear, sambil bersenandung ria.

...XxX...

Gaara kecil berbaring di tempat tidurnya sambil menerawang langit-langit kamar. Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan beranjak bangun, menoleh kanan-kiri dan mulai mencari-cari.

Tidak menemukannya, ia pergi ke dapur.

"Yashamaru..ano…lihat bonekaku?"

Pemuda yang di panggil Yashamaru itu menoleh.

"Tadi Tuan bawa main, kan? Mau saya bantu carikan sekarang?"

"E—eh.. tidak usah. Biar aku cari sendiri" jawab Gaara merasa tidak enak, mengganggu kesibukan Yashamaru. Ia beranjak pergi keluar dapur, melewati meja tempat foto Ibunya yang tersenyum,terpajang rapi.

...XxX...

Esok paginya, hari yang cerah.

Tetapi pagi yang sama di mata seorang Gaara. Pagi yang di mulai dengan pandangan takut, heran atau tidak peduli orang-orang ketika ia mulai berjalan keluar rumah.

Tidak ada yang peduli padanya kecuali Yashamaru.

Ia kembali ke taman, tempat di mana biasa ia duduk.

Tapi tunggu dulu.

Menurut penglihatan Gaara, ayunan itu sudah di tempati seseorang.

Gadis itu melihat Gaara dan beranjak dari ayunan, menghampiri Gaara dengan membawa sebuah benda yang sangat di kenalnya.

"Akhirnya kau datang! Aku menunggumu dari tadi. Ini milikmu, bukan?" Tanya gadis itu sambil tersenyum, menyodorkan boneka Teddy bear itu ke depan muka Gaara.

Tersenyum adalah sesuatu yang jarang di lakukan orang-orang untuk makhluk yang bernama Gaara,

Gaara agak kaget. Ia mengambil kembali bonekanya dengan gemetaran.

"Itu sudah aku cuci kemarin. Jadi sekarang ia sudah bersih!" lanjut gadis itu sambil nyengir.

Gaara menatap bonekanya yang tampak baru sekarang.

"Te—terima kasih. Kenapa k-kau bisa tahu ini punyaku?" Tanya Gaara.

"Iya. Kemarin aku melihatmu main ayunan sendirian membawa boneka ini" jawab Gadis itu.

"Kenapa main sendirian?" lanjutnya.

Gaara diam.

Gadis itu tetap berdiri di hadapannya, dengan sabar menunggu jawaban Gaara, tanpa sedikitpun rasa takut.

"Semua benci padaku"

"Kata mereka aku ini monster"

Sepertinya menjelaskan itu saja sudah cukup susah baginya. Gadis itu menatap bola mata Gaara yang berwarna hijau dengan serius.

"Monster? Kenapa? Jelas-jelas kau kan manusia!" jawab Gadis itu, tidak mengerti. (aku yakin kau juga akan tidak mengerti jika tiba-tiba ada orang yang berbicara, mengaku monster di depanmu)

Gaara menggeleng pelan.

"Baiklah. Kalau kau tidak mau menjelaskan, aku tidak akan memaksa. Sekarang bagaimana kalau kita main sama-sama? Sebenarnya aku membawa bonekamu sekaligus dengan biolaku" ajak gadis itu.

Gaara jelas-jelas terperangah kaget.

Seseorang yang bahkan tidak di kenalnya tiba-tiba mengajak bermain.

Tak berapa lama, Yashamaru datang ke taman, menjemput Gaara.

"Wah.. tuan Gaara sedang bermain?" Tanya Yashamaru sambil tertawa kecil, berjongkok sambil menatap gadis kecil bermata coklat muda yang sedang mencoba nada-nada do re mi sampai kembali ke do dengan susah payah.

Gaara menggeleng bingung, kemudian mengangguk.

"Ah! Aku harus pulang sebelum sore. Maaf, Ayahku bilang kemarin, hari ini ada yang mau di bicarakan denganku. Gomen, besok pagi aku akan berada di sini lagi" Gadis itu memasukkan biolanya kembali.

Gaara menatap gadis itu ragu.

"Aku janji!" sambungnya sambil tersenyum.

"An—ano…. Aku belum tahu namamu" kata Gaara pelan, ketika gadis itu berdiri, dan merapikan baju terusannya.

Gadis itu tersenyum lebar dan mengangkat tas biolanya.

"Kanon" jawabnya singkat, kemudian buru-buru pergi, keluar dari taman.

"Namanya bagus, Tuan. Artinya Nyanyian Musim Semi" gumam Yashamaru sambil menatap jalan keluar taman yang sudah lengang.

Gaara hanya diam saja.

...XxX...

Malam itu benar-benar tak terduga. Tidak seorangpun yang akan menduga kejadian ini akan terjadi.

Gaara bermaksud membawakan temannya yang pernah di lukainya sebuah obat, setelah di ajari arti "rasa cinta" dan "sakit" oleh Yashamaru. Temannya menolak obat itu dengan cukup kasar, menutup pintu tepat di depan muka Gaara yang memucat.

Di dalam keputus asaannya, ia duduk di atas pinggiran jembatan.

Dan kejadian itu terjadi.

Yashamaru menyerangnya, dan tewas karena berniat membunuh Gaara dengan bom kertas. Gaara tidak menyangka sama sekali, selama ini, orang yang mengurusnya, merawatnya dengan penuh kesabaran akan menyerangnya.

Di tambah lagi, ternyata itu suruhan dari Ayahnya, sang Kazekage.

Gaara mulai tidak percaya cinta.

Gaara tidak percaya apapun.

Malam itu, bulan purnama, ia mengeluarkan hawa membunuhnya.

Tanpa ia sadari, ada seorang gadis yang berjongkok kaget di balik tembok sebuah rumah.

Ia menyaksikannya. Jelas sekali.

Dan Gaara melihatnya.

"Siapa kau?" Tanya Gaara dengan suara serak. Darah berceceran di mana-mana. Mata Gaara menyorotkan dendam.

Gadis itu menoleh, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh keluar saking takutnya.

Gadis itu keluar dari balik tembok.

"Kenapa?" tanya gadis itu, sambil menangis. Ia menggosok matanya yang merah, juga sembab, berbalik pelan, kemudian berlari.

Gaara dengan nafsu membunuhnya yang begitu besar. Untuknya, tampaknya gadis itu tidak menarik terlalu banyak perhatian. Ia membiarkan gadis itu lari, menjauhinya.

Ia sudah biasa di begitukan.

Dan mulai sekarang ia tak akan membiarkan orang-orang menatapnya aneh lagi. Ia harus membuktikan bahwa dia "ada", dan akan selalu ada.

Walaupun cara membuktikannya tak lain adalah membunuh sebanyak yang ia bisa.

Dengan itu ia akan menjadi kuat, dan yang terkuat.

.:To Be Continued:.


Aneh ya? Aneh…?

Memang aneh, tapi aku akan berusaha supaya lebih baik lagi! X))

Di mohon reviewnya. Karena aku ingin tahu kekurangan dan kelebihan yang ada dalam gaya menulisku.

*padahal dalam hati*: Jiah, kayak ada kelebihan saja.. XDD

Belum sampai ke inti cerita, baru prologue, baru permulaan. Walaupun nulis chapter titlenya, chapter 1 sih, gomen~. Aku bakal ngapdet chapter 2 nya bentar lagi kok,,

Mumpung lagi kebanjiran ide, en lagi libur panjaaangg~…