Byun Baekhyun – Park Chanyeol
Sandara Park – Lee Jenno - Kim Jongin – Kwon Yuri – Nam Luhan – Oh Sehun – Wu Kris – Kang Jaemin – Do Kyungsoo – Cho Kleestal/Krystal and OC's
.
Deportation
Original Story By AchernarEve
.
.
Sebelumnya, jadi aku pernah baca story ini dengan cast CHANBAEK juga tapi aku gak tau kalo ternyata itu remake dari Eve karena gak tertera di storynya, tapi belum selesai tiba tiba aja storynya ilang, dan aku juga lupa akun ffn yang ngeremake siapa. Karena aku tertarik sama salah satu story karya Eve ini, jadi aku coba remake juga.
P.S Beberapa ada yang berubah sesuai kebutuhan, Selamat membaca.
Don't forget to Follow and Favorite this story.
...
#Satu
.
.
What doesn't kill you makes you stronger
Stand a little taller
Doen't mean I'm lonely when I'm alone
What doesn't kill you makes fighter
Footsteps even lighter
Doesn't mean I'm over 'cause you're gone
(Stronger [What's Doen't Kill You] - Kelly Clarkson)
.
.
….
Baekhyun sibuk memandang kerumunan warta berita di depan butik kliennya. Dia sibuk mencari cara untuk keluar dari butik ini tanpa harus melewati kerumunan para wartawan. Dengan menghela napas panjang ia membuka pintu butik ini dan menerobos kerumunan juru berita.
"Nona Byun."
"Baekhyun-ssi," hampir semua para juru warta memanggil-manggil namanya saat Baekhyun keluar dari salah butik perancang busana terkenal di daerah Gangnam.
Gadis itu hanya menunduk saat keluar dari butik itu sembari berjalan dengan cepat menuju restoran yang terletak sangat dekat dengan tempatnya tadi. Dalam hati ia menggerutu sejadi-jadinya pada para juru warta itu. Mengapa mereka bertingkah seperti hantu yang tahu ke mana saja ia melangkah? Atau mungkin mereka semua adalah seorang cenayang. Baekhyun mempercepat langkahnya. Dan yang paling dibencinya sekarang adalah mengapa tempat itu terasa jauh sekali? Padahal tempat itu sudah berada di depan matanya.
"Nona Byun, apakah benar isu yang mengatakan kau akan dideportasi dari Korea?" tanya seorang wartawan yang sejak tadi mengekorinya.
Tanpa perlu menjawab Baekhyun langsung masuk ke dalam sebuah restoran tempat ia akan bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Secara otomatis pintu restoran itu akan menutup apabila wartawan mencoba memasukinya. Oleh sebab itulah, ia memilih tempat ini untuk bertemu dengan Jenno, Jongin dan Yuri.
"Hey," Jongin melambaikan tangannya pada Baekhyun saat ia memasuki pintu restoran.
Dengan cepat ia berjalan mendekati meja yang sudah ditempati sahabat-sahabatnya itu lalu menghempaskan tubuhnya di salah satu kursi empuk tepat di samping Jaemin.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jenno khawatir padanya.
Baekhyun hanya menghela napas panjang lalu menyerobot gelas yang berisi air putih dari meja Yuri, "Aku kacau."
"Semua media menggila saat melihatku," tambahnya lagi.
Yuri hanya tertawa "Jangan salahkan mereka kalau mereka jadi gila. Kau sasaran empuk untuk berita mereka. Kapan lagi mereka mendapatkan headline tentang super model dunia akan dideportasi dari negaranya sendiri."
"Oh shut up, Nona Kwon! Aku benar-benar kacau sekarang," balas Baekhyun.
Jongin terkekeh, "Setahuku Byun Baekhyun tak akan pernah kacau."
Ia hanya mendengus saat mendengar perkataan Jongin, "Lalu bagaimana keputusan Kementerian mengenai pendeportasianmu?" tanya Yuri yang mengambil kembali gelas dari tangan Baekhyun.
"Mereka masih bersikeras akan mendeportasiku kecuali..." kalimatnya terputus begitu saja.
Jenno memandangnya dengan serius begitu juga dengan Jongin serta Yuri, "Kecuali apa?" tanya Jenno tak sabaran.
Sekali lagi ia menghela napas, "Kecuali aku menikah dengan pria berkebangsaan Korea dalam kurun waktu 3 minggu ke depan," jawabnya lemas.
Seminggu yang lalu Baekhyun mendapatkan surat panggilan dari Kementerian Korea. Dia selalu beranggapan ini merupakan hal biasa karena dia akan rutin melapor ke Kementerian setiap 6 bulan sekali untuk memperpanjang izin tinggalnya di Korea. Tetapi, kali ini berbeda. Kedatangannya ke Kementerian bukan untuk memperpanjang izin tinggalnya melainkan untuk membicarakan tentang nasib kehidupannya di negara ini. Kehidupannya. Karier serta sahabat-sahabatnya yang sudah ia anggap seperti keluarga sendiri. Baekhyun masih tak habis pikir dengan kebijakan Kementerian saat ini, ia akan di deportasi setelah semua yang ia lakukan untuk masyarakat Korea? Sangat tak masuk akal. Padahal sudah jauh-jauh hari ia mengajukan naturalisasi pada Kementerian namun sama sekali tak digubris, namun secara tiba-tiba kementerian memberikannya ultimatum mengenai kependudukannya yang tak bisa diperpanjang lagi di Korea. Damn! Bukannya dia tak mau untuk kembali ke China, negara asalnya, tapi dia tak mungkin meninggalkan Korea begitu saja. Kehidupannya berada disini. Di Korea. Kariernya yang cemerlang sebagai model sekaligus pemilik panti asuhan khusus untuk para yatim piatu, sahabatnya, dan semua yang dicintainya ada di pula kedua orang tuanya sudah meninggal sedangkan ia sama sekali tak memiliki satu pun sanak saudara yang tinggal disana. Sekali lagi Baekhyun merutuk dalam hatinya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Yuri.
Baekhyun mengedikkan bahunya "Entahlah," jawabnya lesu "Nikahi aku Jongin-ah," jawabnya sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
Jongin melotot padanya "Kau sakit jiwa ya? kau mau adu jotos dengan Kyungsoo huh?"
Jeno dan Yuri tertawa, sementara Baekhyun tetap lesu sambil menatap gelas wine-nya. Setelah memesan makanan mereka mulai menyantap hidangan di hadapan mereka dengan diselingi obrolan ringan. Untuk sejenak ia ingin melupakan kasus deportasi yang menimpanya.
"Kau bisa mengajak si gamers Ahn Minhyuk itu menikah," ujar Jongin santai kembali membuka topik awal mereka.
"Kami sudah putus."
"Bagaimana dengan Jackson?" tanyanya lagi.
Baekhyun melemparkan pandangan kesal padanya "Otakmu hilang? Jelas-jelas Wang bukan warga Korea," dengus Baekhyun.
Jongin mengedikkan bahu "Aku hanya mencoba membantumu."
"Aku akan mencoba berbicara pada Jisoo mengenai hal ini," ucap Jenno saat mereka menyantap hidangan penutup yang baru saja disajikan oleh pelayan.
"Semoga beruntung," jawab Baekhyun, "aku sudah mencoba berbicara padanya, tapi ia mengatakan hal ini merupakan peraturan baru dari para dewan dan ia sama sekali tak punya wewenang untuk mencampurinya."
"Aku akan tetap mencoba," balas Jenno lagi.
"Terima kasih," ujar Baekhyun pada mereka semua.
Baekhyun mengambil tas tangannya lalu berpamitan pada mereka. Sekitar pukul 5 sore dia akan menghadiri janji temu dengan Jessica Jung, perancang yang akan memakainya untuk pagelaran busananya minggu depan. Setelah berpamitan pada mereka dia segera menghubungi managernya agar tak bertemu lagi dengan para wartawan gila itu.
.
Deportation
.
Chanyeol baru saja selesai menghadiri rapat pemegang saham perusahaanya sore ini. Dia kembali ke ruangannya di lantai 7 gedung Park Coorporation. Kepalanya sedikit pening. Bukan karena saham perusahaannya yang merosot tetapi, lebih tepatnya dia stress karena ucapan bibinya beberapa hari yang lalu.
Tok..tok..tok..
"Tuan Park," ucap Lami dari pintunya.
Chanyeol hanya melirik dari kursi "Ada apa?"
"Nyonya Park ingin bertemu dengan Anda sekarang," jawabnya.
'Crap! Selamat datang masalah' umpatnya dalam hati "Suruh ia masuk."
"Hallo, Chanyeolie," sapa bibinya saat memasuki ruangan.
"Hey, Aunty," jawabnya tanpa menggerakan seincipun tubuhnya dari kursi yang ia duduki.
Sandara Park merupakan adik kandung dari Park Yunho, ayah Chanyeol. Seperti para keturunan Park lainnya, Sandara Park memiliki kulit putih yang mendekati pucat pasi dengan mata kelabu dan rambut pirang platina cantik. Wajah aristokrat serta gestur tubuh yang anggun membuat semua orang tahu ia adalah salah satu Park generasi tua yang masih tersisa. Secara keturunan Park, hanya Sandara-lah Park terdekat sekarang. Dan sekarang ia duduk tepat di hadapan Chanyeol dengan anggun, khas para Park "Aku tak akan lama, dear."
"Aku hanya ingin mengingatkan bahwa masa membujangmu sudah menemui batasnya, cepat temukan pasangan hidupmu atau .."
Belum sempat ia menghabiskan kalimatnya Chanyeol sudah memotongnya terlebih dahulu "Atau aku akan dijodohkan dengan wanita pilihanmu dan bila aku tak mau maka jabatanku sebagai Presiden Direktur Park Coorp akan kau ambil," ucap Chanyeol dingin.
Sandara hanya menyeringai, "Tepat sekali," ujarnya "jadi, pikirkan itu baik-baik, dear. Beritahu aku kabar baik secepatnya," ucapnya berdiri lalu melambai pada keponakan semata wayangnya itu.
Ia berjalan kemudian beridiri di ambang pintu ruangan Chanyeol, "Jangan lupa kau hanya memiliki waktu sebulan, sweetheart," ucapnya kemudian menghilang dari balik pintu.
Chanyeol langsung membanting figura yang ada di mejanya saat itu juga. Kenapa leluhurnya harus membuat aturan bodoh seperti itu huh? Menikah sekarang atau akan dijodohkan dengan wanita pilihan bibinya. Dan yang lebih bodohnya lagi jabatannya akan dicabut apabila syarat itu tak terpenuhi. Dia tak mungkin menyerahkan perusahaannya pada bibinya itu. Bukan karena ia tak percaya pada kemampuan yang dimiliki bibinya. Hanya saja, dia tak pernah percaya tentang wanita yang dapat mengelola perusahaan dengan benar. Lagipula, mau ditaruh dimana nanti mukanya saat semua warga Korea mengetahui bahwa ia dipecat dari jabatannya sekarang. Tidak hanya itu, umurnya yang baru saja menginjak 23 tahun itu jugalah yang membuatnya semakin gila saat memikirkan tentang pernikahan. 'Ayolah aku tak mau menghabiskan masa muda untuk mengurusi istri dan anak' umpatnya dalam hati.
Menikah dengan wanita yang dipilihkan bibinya bukanlah hal yang buruk. Ia yakin benar, Sandara pasti akan memilih wanita yang pantas untuknya, tapi bukan itu masalahnya. Bagaimana ia bisa menghabiskan sisa hidupnya dengan seseorang yang tak ia cintai? Satu figura lagi ia banting ke lantai marmer ruangannya
"Hey, mate," Sehun memasuki ruang kerjanya dengan begitu sopan.
Sahabatnya itu mengedarkan pandangan pada pecahan-pecahan figura yang terserak di lantai ruangan itu "Kau kenapa lagi?"
Chanyeol hanya menatap dingin sahabatnya lalu berjalan ke mini bar di sudut ruangannya kemudian menuangkan Fire Whiskey ke gelasnya, "Buat menjadi dua," sahut Sehun.
Ia kembali dengan dua gelas Fire Whiskey di tangan dan menyodorkan gelas satunya pada Sehun,"Kau tahu masalahku," ucap Chanyeol sambil menenggak minuman yang ada di tangannya.
"Kau belum mendapatkan wanita yang akan kau nikahi?"
Chanyeol hanya mengangguk, "Kau bisa pilih salah satu dari sekian banyak sosialita di kalangan kita kan," ujar Sehun enteng.
"Bukan itu masalahnya," ucap Chanyeol.
"Lalu?" Sehun mengerutkan keningnya.
"Aku tak mau terjebak seumur hidup dengan wanita yang tak kucintai."
Seketika itu juga Sehun terbahak, "Aku yang bermasalah kenapa kau yang jadi gila?" Chanyeol menatap ketus sahabatnya.
"Kau yang gila, mate. Sejak kapan kau peduli dengan cinta, huh?" Sehun masih terkekeh.
Chanyeol melongo menatapnya, "Aku juga manusia, bodoh."
"Tapi kau manusia berengsek, bahkan lebih berengsek dari Kris," kekehnya lagi.
Chanyeol melemparkan bantal di sofanya pada Sehun, "Apa maksudmu? Aku tak pernah sembarangan membawa wanita ke rumah seperti Kris," Chanyeol membela diri.
"Kau memang tak pernah membawa wanita ke rumahmu, tapi ada berapa banyak wanita yang menangis akibat kesombongan, keangkuhan, serta mulut pedasmu?"
"Kau selalu menolak mereka mentah-mentah, Park," tambah Sehun lagi.
Dia kembali menenggak Fire Whiskey-nya, "Itu salah mereka, aku tak akan mungkin mau bersama wanita barbie yang hanya cantik di luar tapi otaknya kosong," kekeh Chanyeol.
"Kau memang brengsek, mate," balas Sehun yang ikut terkekeh, "Datanglah ke bar-ku nanti malam, kita akan bersenang-senang. Kris hari ini kembali ke Korea," tambahnya lagi.
"Proyeknya di Kanada sudah rampung?"
"Sepertinya sudah, jadi kau harus datang malam ini," ujar Sehun yang sudah berdiri di depan pintu ruangan Chanyeol, "Mungkin saja kau akan bertemu dengan wanita yang akan kau nikahi," kekehnya lagi lalu langsung keluar ruangan begitu saja.
Dan tanpa repot-repot membersihkan pecahan-pecahan figura tadi, ia segera memakai jasnya lalu langsung meninggalkan ruangan menuju basement. Tawaran Sehun tak akan ia lewatkan. Sudah lama ia tak bersenang-senang.
.
Deportation
.
Suasana bar milik Sehun sudah tampak ramai sejak pukul 10 malam. Pengusaha kelas atas sudah sibuk bersosialisasi dengan para koleganya. Diantara kedua sahabatnya hanya Sehun yang tak mau mewarisi perusahaan keluarga mereka. Sehun menyerahkan perusahaannya pada adiknya. Dia tak mau pusing memikirkan bagaimana fluktuasi saham setiap harinya, memikirkan inovasi terbaru bagi perusahaannya, atau memikirkan bagaimana cara mengembangkan perusahaannya menjadi berskala internasional. Menurutnya itu sangat menyita masa mudanya. Oleh sebab itulah, ia membuka bar sekaligus restoran untuk menyalurkan bakatnya.
Kembali lagi pada suasana bar. Semua orang sudah asik dengan urusannya masing-masing. Ada yang hanya duduk di lounge sambil minum dan tertawa bersama teman-temannya, ada juga yang sibuk di lantai dansa bersama kekasih atau sekadar teman kencannya, namun ada juga yang hanya duduk sendirian di meja bar panjang dekat dengan bartender sambil menikmati minuman yang mereka pesan.
Baekhyun sedang tertawa dengan para teman sesama modelnya di sebuah lounge bar ini. Mereka merayakan keberhasilan pemotretan di Switzerland minggu lalu. Tak terasa ia sudah menghabiskan berjam-jam mengobrol bersama beberapa model lainnya. Obrolan mulai melantur kemana-mana. Merasa tak sepikiran dengan teman-temannya dan membutuhkan waktu untuk sendiri ia berjalan menuju meja bartender untuk memesan minuman. Tetiba masalah pendeportasian itu kembali lagi ke pikirannya. Tak tanggung-tanggung dengan cepat ia memesan sebotol Tequilla untuk menghilangkan pikirannya itu, "Aku kesini untuk melupakan hal itu," gumamnya sendiri.
"Aku kuat, aku yakin itu," gumamnya kembali.
Tak terasa ia sudah menghabiskan tujuh sloki Tequilla. Wajahnya sudah memerah namun ia masih sibuk menuangkan minuman itu kembali ke dalam slokinya.
"Vodkatini," ujar sosok di sampingnya.
Baekhyun menengadahkan kepalanya yang sudah terasa berat untuk melihat siapa pria di sampingnya. Ia memicingkan matanya yang mulai tak fokus. Pria itu melihatnya "Byun," ujar pria itu.
Baekhyun langsung berusaha memelototkan matanya lalu ia membuka suara "Park?"
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya lagi dengan suaranya yang sudah terdengar parau.
Chanyeol hanya menatapnya heran "Apalagi yang dilakukan orang disini?" ucapnya berbalik tanya dengan ketus.
Baekhyun hanya mengangguk-angguk sambil mengibaskan tangannya kemudian menenggak lagi minuman di hadapannya "Kau sudah mabuk, Byun."
Wanita itu malah menggelengkan kepalanya pelan-pelan "Siapa yang mabuk? Aku? Tak mungkin," jawabnya yang terdengar lebih seperti orang yang baru bangun di pagi hari kemudian ia membenamkan wajahnya di meja kemudian bangkit lagi memandang kosong kedepan lalu membenamkan wajahnya lagi.
Chanyeol menatap wanita itu. Dia terlihat berbeda dari gadis yang ia kenal selama mereka masih bersekolah. Kini tubuhnya terlihat begitu ramping dan seksi. Ditambah lagi rambut yang sudah ditata menjadi ikal cantik bukan lagi mengembang seperti rambut semaknya dulu. Chanyeol hanya tersenyum saat memikirkannya. Si itik buruk rupa, otak dari The Golden Trio sudah bertransformasi menjadi wanita cantik si super model. Namun dengan cepat Chanyeol menggelengkan kepalanya. Apa yang ia pikirkan tadi? Dia buru-buru meneguk minumannya yang sudah datang.
Chanyeol kembali melihat tingkah rivalnya selama di sekolah itu dan hanya bingung saat melihat kelakuannya. Dia tak pernah berpikir seorang Byun Baekhyun akan mabuk tepat di hadapannya. Tiba-tiba Baekhyun kembali bangun yang sontak mengangetkan Chanyeol, "Kau tahu Park, hidupku tak akan lama lagi," ujarnya dengan mata yang sudah sayu.
"Kau akan mati?"
Baekhyun memukul lengannya "Hey, apa-apaan ini?" Chanyeol protes.
"Ini lebih menyedihkan daripada kematian. Aku diusir dari negaraku sendiri. Aku akan dideportasi, Park. Dideportasi! Dan sekarang aku harus mencari lelaki yang mau kunikahi agar aku tak di deportasi dari sini," Baekhyun meracau .
"Kau bisa menikahi si Jongin itu kan?" tanya Chanyeol
Baekhyun kembali menggelengkan kepalanya cepat, "Aku tak mungkin menikah dengan dia. Itu inses," kemudian ia terkekeh, "aku berharap ada pria lajang yang dilempar Tuhan dari langit dan bersedia kunikahi," ia kembali meracau dengan wajah yang sudah merah seperti udang rebus.
Belum sempat Chanyeol menimpalinya, Baekhyun bangkit dari kursinya. Ia seperti kehilangan keseimbangan dan terlihat akan jatuh, Chanyeol sudah siap untuk menangkapnya. Namun ia sudah kembali berdiri dengan normal. Tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi dengan gontai ia berjalan menerobos kerumunan lalu menghilang. Chanyeol yang sedari tadi disitu hanya melongo saat melihatnya pergi begitu saja.
"Hoy, mate," Sehun menepuk pundak Chanyeol.
"Kau sudah memulai pesta duluan," tambah Kris.
Chanyeol memandang ketus pada kedua sahabatnya, "Kalian yang menghilang begitu saja."
Mereka berdua terkekeh, "Ayo kita mulai pestanya sekarang," ujar Kris lagi
Chanyeol mengikuti mereka sambil mengedarkan pandangan mencari sosok Byun yang menghilang seketika.
.
Deportation
.
Pagi-pagi sekali Chanyeol sudah sampai di kantornya. Bukan karena ingin menghadiri rapat atau sebagainya, ia hanya ingin menemui Jungki, kaki tangannya di kantor untuk mencari tahu di Kementerian apa yang sebenarnya terjadi pada Baekhyun. Deportasi. Itu hal gila yang pernah ia dengar. Selama 23 tahun menjadi warga Korea, ia tak pernah tahu tentang peraturan pendeportasian. Bukankah wilayah dan jarak tak penting, bila segala sesuatu dapat dilakukan dengan uang. Uang bisa menaklukan siapa saja, lalu untuk apa ada hukum pendeportasian? Chanyeol hanya diam memikirkannya.
Sekitar tengah hari, Jungki kembali ke ruangan Chanyeol dengan membawa laporan penyelidikan yang ia lakukan hari ini. Ia melaporkan bahwa benar Byun Baekhyun menjadi salah satu nama yang akan dideportasi kembali ke negara asalnya. Dan Chanyeol baru tahu bahwa ternyata Baekhyun berkewarganegaraan China. Tak ada aksen Chinasedikitpun di setiap tutur katanya, jadi ia tak pernah berekspektasi bahwa ia bukanlah warga negara Korea. Kembali pada laporan Jungki. Ia juga mengatakan bahwa Baekhyun harus menikah dalam kurun waktu 3 minggu ke depan jika ingin melanjutkan kariernya di Korea dan secara otomatis pula ia akan menjadi warga Korea yang sah.
Saat itu juga ide gila terlintas di pikirannya. Dia bisa mengajak Baekhyun menikah. Bukan untuk selamanya. Cukup setahun kedepan. Saat perusahaan benar-benar sudah sah menjadi miliknya setelah itu ia akan bercerai dan menemukan orang yang dicintainya untuk hidup bahagia bersamanya kelak. Namun, saat itu juga ia langsung mengacak-acak rambutnya. Tak mungkin ide ini dapat ia realisasikan. Pertama, apa rasanya menikah dengan Baekhyun yang notabene musuhnya selama bertahun-tahun ini? Kedua, apa yang akan di katakan orang-orang jika mengetahuinya? Dan yang ketiga, apakah dia mau menikah dengannya? Tetapi, jika ia menikah dengan Baekhyun ia akan mendapat banyak keuntungan. Selain mereka saling membutuhkan, dia juga dapat mengubah citra buruk yang melekat di kalangan para pengusaha.
Chanyeol mengacak-acak rambutnya lagi.
Frustrasi.
.
Deportation
.
Baekhyun terbangun dari tidur panjangnya seharian ini. Kepalanya sedikit berdenyut. Hal ini pasti dikarenakan bersloki-sloki minuman kemarin malam. Dia berjalan gontai seperti para awak kapal yang sedang menghadapai badai untuk mengambil jubah tidurnya lalu turun menuju dapur. Dia membuat air madu hangat dan berjalan ke beranda dapurnya guna menyapa matahari yang sudah beranjak tinggi.
Setelah meyesap air madu hangatnya, ia kembali ke dalam dan duduk di ruang tengah Apartemen-nya. Dia melihat tablet putihnya untuk melihat Agenda hari ini.
Jadwalnya kosong sesiangan ini, hanya ada satu jadwal sore hari nanti. Dia akan bertemu dengan klien dari sebuah brand tas ternama. Dan terima kasih Kahi, pertemuan itu akan di adakan di kantor agensinya. Jadi, ia tak perlu pergi bekejar-kejaran dengan para juru warta.
Bel apartemen-nya berbunyi, membuat Baekhyun sedikit merasa kesal dan terganggu, namun ia segara melangkah menuju pintu dan melihat Yuri yang sudah berdiri dengan anggun, "Hey," Sapanya pada Baekhyun.
"Hey," balas Baekhyun padanya.
Yuri langsung menghempaskan tubuhnya tepat di samping sahabatnya itu "Kau baru bangun?" tanyanya dengan sedikit mendenguskan hidung.
"Aku mabuk berat semalam," kekehnya, "kau tidak bekerja hari ini?"
Yuri menaikkan sebelah alisnya, "Ini jam makan siang, Nona."
Baekhyun memperhatikan raut wajah Yuri. Manik wajahnya menunjukkan kesedihan. Apa ini ada hubungannya dengan Jenno?
"Ayo ceritakan sekarang," ujar Baekhyun yang langsung duduk bersila menghadapnya. Dia selalu tahu kapan Yuri membutuhkannya untuk berbagi cerita.
Yuri menoleh, "Jenno berkencan dengan seseorang kemarin," ucapnya pelan.
"Bukannya itu yang kau harapkan?" tanya Baekhyun padanya.
Dan air mata Yuri mulai berderai. Hubungan mereka memang sudah berakhir sejak satu tahun yang lalu. Terlalu banyak perbedaan. Begitulah kata mereka. Tetapi, mereka tetap saling menjaga, saling menyayangi seperti tak ada yang terjadi dengan hubungan mereka. Yuri sudah mencoba untuk berkencan dengan beberapa pria di kantornya, tapi tak ada yang bertahan lama. Dia juga selalu berharap agar Jenno dapat melanjutkan hidupnya, tapi toh sampai sekarang ia sama sekali tak pernah berkencan. Dan sekarang Yuri tiba-tiba datang ke kediaman Baekhyun dengan membawa kabar yang seharusnya membuat dia gembira, tapi tidak pada kenyataannya.
Isakan Yuri semakin kencang. Baekhyun mencoba menenangkannya, "Shh,ini yang selalu kau inginkan bukan?" ujar Baekhyun lagi, "dia akhirnya dapat melepaskanmu dan sekarang ia berkencan."
"Aku memang selalu mengharapkannya Baekkie, tapi entah mengapa rasanya begitu sakit saat mendengar ia kembali memulai hubungan baru dengan wanita lain," ucapnya masih tetap terisak.
Baekhyun beranjak dari sofa itu untuk mengambil segelas air untuk menenangkan gadis berambut merah ini. Dia kembali kemudian menyodorkan gelas itu, "Terima kasih," ujar Yuri saat menerimanya.
"Siapa wanita itu?" tanya Baekhyun lagi yang kembali duduk di sampingnya.
Yuri buru-buru mengelap air matanya lalu menghadap sahabatnya ini, "Kau pasti tak akan percaya," ujarnya dengan antusias namun masih dengan sedikit isakan di dalamnya.
"Cepat beritahu aku."
"Jaemin."
Bola mata Baekhyun serasa akan copot dan mulutnya langsung menganga saat mendengarnya, "Apa aku tak salah dengar? Maksudmu Kang Jaemin? Si Ratu berisik komplotan Park itu?"
Yuri mengangguk "Dunia semakin gila bukan?" ujarnya.
Baekhyun menghela napas "Iya semakin gila."
"Pertama, kau akan dideportasi dari sini dalam kurun waktu 3 minggu lagi dan dalam kurun waktu 3 minggu ini jugalah kau harus mencari pria Korea untuk kau nikahi sementara kau tak menjalin hubungan dengan siapapun saat ini," Baekhyun tersedak saat mendengar masalah yang menimpanya, "kedua, dua sahabat kita sedang berkencan atau terjebak dengan gadis-gadis komplotan Park itu," ucapnya dalam satu napas, "ketiga, Luhan menghilang begitu saja di hutan antah berantah hanya untuk merampungkan penelitiannya," lanjutnya, "dan yang terakhir adalah aku masih mencintai Jenno," ujarnya sarkastik .
"Kau juga melupakan bahwa sepupumu akan segera menjadi ayah dalam beberapa bulan lagi," tambahku.
Yuri menepuk kepalanya, "Aku lupa tentang Jongin yang akan segera menjadi ayah. Ini semua seperti lelucon paling dahsyat yang ada di muka bumi," tambahnya.
Kami berdua terkekeh dan kemudian menghela napas secara bersamaan.
.
Deportation
.
Kantor agensi dimana Baekhyun bernaung dibawahnya sudah mulai senggang. Seharian ini kantor menjadi lumayan sibuk kerena pengiklan sedang sibuk mencari model untuk mengiklankan koleksi-koleksi musim panas mereka. Baekhyun baru saja keluar dari sebuah ruangan setelah menandatangani kontrak terbarunya dengan brand tas terbesar di dunia.
Dia melenggang anggun menuju beranda bangunan ini. Seperti biasa ia akan menghabiskan sorenya untuk sekadar menyesap caramel macchiato favoritnya sambil bercengkrama dengan model-model lainnya. Sedari tadi dia hanya diam mendengar Nana dan Hyuna sedang sibuk menceritakan perjalanan mereka ke Jepang untuk pemotretan beberapa minggu lalu. Dia hanya diam sambil menyesap macchiato-nya sambil terus menikmati angin yang menerpa wajahnya. Sinar matahari sore menambah ketenangan dalam pikirannya. Untuk sementara ia ingin melupakan semua masalah yang membelitnya sekarang.
"Nona Byun," sebuah suara mengintrupsi ketenangannya.
Baekhyun menoleh pada Lim Kahi, asistennya "Ada apa?"
"Ada yang ingin bertemu denganmu," jawabnya.
"Siapa?"
Belum sempat ia menjawab, sosok itu muncul dari belakangnya, "Kau ada waktu?" tanya sosok tinggi menjulang itu.
Park? Apa yang ia lakukan disini? Dan mencarinya? Satu lagi lelucon muncul dihidupnya. Tiba-tiba ingatan tadi malam muncul begitu saja di pikirannya. Damn! Baekhyun merutuki dirinya. "Apa yang sebenarnya aku katakan padanya semalam?" tanya Baekhyun pelan pada dirinya sendiri
"Nona Byun?" suara Chanyeol kembali menginterupsi.
Baekhyun langsung bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri pria itu. Dia dapat mendengar para model yang sedang berada di beranda itu dan kebetulan lewat di sekitar situ mulai berbisik-bisik mengomentari kehadiran Park Chanyeol disini.
"Aku tak tahu apa yang kukatakan semalam, tapi aku minta maaf bila ada perkataanku membuatmu tersinggung," ujar Baekhyun pelan padanya
Chanyeol hanya menyeringai "Aku memang mau membahas apa yang kau katakan semalam, kau ada waktu?"
Baekhyun menelan ludanhnya. Sejak kapan pria ini bisa sangat sopan seperti ini? Apakah ini salah satu lelucon di dalam hidupnya lagi?
"Apa yang ingin kau katakan sebenarnya?"
"Aku tak mungkin mengatakannya disini," ujar Chanyeol mencondongkan tubuhnya kemudian berbisik lembut di telinga Baekhyun.
Kontan saat itu wajah Baekhyun memerah. Dan disaat bersamaan itu jugalah orang-orang makin sibuk berbisik-bisik. Tak mau menjadi bahan omongan, Baekhyun langsung berjalan meninggalkan Chanyeol, "Ayo kita bicarakan di bawah."
Mereka akhirnya sampai di sebuah kedai minuman di bawah bangunan ini. Baekhyun sengaja mengambil tempat yang lumayan tertutup agar para wartawan tak dapat menemukannya. Setelah memesan dan minuman itu sampai di meja mereka Baekhyun mulai angkat bicara, "Jujur saja kau lumayan menakuti, Park," dengusnya.
"Aku? Menakutimu? Apa aku tak salah dengar?" ucapnya sambil tetap memamerkan seringaian khas miliknya.
"Kau datang tiba-tiba ke kantor-ku seperti hantu," ujar Baekhyun lumayan sebal.
"Aku hanya ingin berdiskusi sesuatu denganmu," balasnya.
Baekhyun mengerutkan dahinya, "Dengar, Chanyeol-ssi, jika ini berhubungan dengan ucapanku tadi malam, aku benar-benar tak tahu harus berkata apa. Aku saja lupa dengan apa yang aku ucapkan."
Chanyeol hanya menyeringai, "Kita bicarakan saat minumannya tiba, aku haus sekali," ujarnya sambil bersandar kemudian menyilangkan kakinya dengan santai
Sebenarnya bukan karena kehadiran Chanyeol yang membuatnya sebal, tapi efek dari kehadirannyalah yang membuat Baekhyun kesal. Pasti besok ia akan menjadi sasaran empuk dari teman-teman modelnya. Mereka pasti akan menggila seperti wartawan yang sibuk mengejar berita para selebritis. Secara yang datang menemuinya adalah Park Chanyeol. Semua selebriti dan para sosialita mengetahui tentang si pewaris kerajaan bisnis ParkCoorps ini. Berita tentang ketampanannya sudah tersebar dimana-mana. Dan yang lebih menjijikan bagi Baekhyun, Nana selalu mengatakan bahwa Chanyeol adalah sosok yang sangat susah untuk ditaklukan oleh para wanita.
"Jadi, apa yang akan kau katakan padaku?" tanya Baekhyun saat pesanan mereka tiba.
Chanyeol menyesap Green tea Frappuccino pesanannya lalu membuka suaranya, "Menikahlah denganku."
.
.
To be continued
.
.
…
Senin, 24 April 2017
Kalo ada kesalahan nama dan lain halnya mohon kritikannya, karena walaupun kadang kritik itu bikin sesek dan juga suka ngilangin mood buat nulis lagi, mau bagaimanapun kalo kritik itu berarti untuk membangun gak masalah, bisa buat aku belajar dari kesalahan dan mencoba lebih baik untuk kedepannya.
Sekian.
Sekali lagi, mohon Follow dan Favorite story ini ya^^
.
.
